pertama. Sehingga pada zaman dahulu dalam suku Batak Toba itu banyak yang polygami atau marimbang. Ketidakhadiran seorang anak laki-laki dalam sebuah
rumah tangga sering kali yang disalahkan adalah isteri, yang tidak mampu memberikan anak laki-laki dalam keluarga tersebut. Seringkali tekanan di rasakan
seorang isteri dari pihak keluarga suaminya atau mertuanya yang sangat menggangu keharmonisan rumah tangga tersebut. Tuntutan dari keluarga besar
untuk memiliki anak laki-laki mendapatkan tekanan kepada suami, yang suami itu terkadang di rendahkan atau dilecehkan. Seperti yang dialami oleh Ibu NM 49
Tahun. “….mertua mak tua ke rumah kami yang maksa
mak tua ngalah biar suami mak tua kawin lagi supaya dapat anak laki-laki. Karena kami hanya punya anak
perempuan. Padahal dokter bilang mak tua sehat-sehat aja, mungkin kami harus lebih sabar lagi. Tapi itu terus
yang jadi bahan pertengkaran. …. pokoknya mak tua udah gak tahan lagi lihat kelakuan suami mak tua,
makanya dari pada mak tua pusing mikirinnya, mending mak tua pisah aja, biar gak ada lagi urusan yang bikin
pening kepala.”
Selain tidak memiliki anak atau keturunan, hal yang tidak jarang juga menjadi masalah atau konflik oleh suatu keluarga khususnya dalam keluarga
Batak Toba adalah tidak adanya hadir anak laki-laki dalam keluarga. Hal tersebut sama saja halnya dengan tidak mempunyai keturunan yang seharusnya
meneruskan, mewarisi atau juga membawa nama keluarga Marga.
4.4.4 Sirang so Sirang Terjadi Akibat Permasalahan Ekonomi Rumah Tangga
Perkawinan untuk membentuk dan membangun rumah tangga yang bahagia pasti didambakan oleh setiap pasangan suami isteri. Tidak ada orang yang
Universitas Sumatera Utara
ketika melakukan perkawinan mengharapkan terjadi sesuatu yang buruk dalam perkawinannya. Ada banyak factor penyebab terjadinya perceraian. Salah satunya
adalah masalah keuangan. Uang bisa menjadi ukuran, orang tua yang baik atau tidak, menjadi menantu yang baik atau durhaka, menjadi pasangan yang
menyenangkan atau tidak. Ya uang juga bisa menjadi penentu langgeng atau tidak langgengnya hubungan suami istri. Kesempurnaan cinta dan kasih sayang
akhirnya ditentukan oleh uang juga. Meskipun berbuih mulut menyatakan cinta, jika uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga tidak dapat dipenuhi, kebahagian
bisa terganggu ,bahkan perkawinan itu bisa berantakan juga. Penyebab ekonomi di masa sekarang ini sangatlah besar dampaknya dalam hubungan perkawinan
dikarenakan memang biaya atau kebutuhan sehari-hari memang semakin melambung tak terkendali. Semua harga-harga barang dipasaran semakin naik
tanpa terkontrol lagi dan hal tersebut hanya semakin merugikan dan benar-benar mempengaruhi kelompok masyarakat yang kemampuan ekonominya memang
biasa-biasa saja apalagi bagi masyarakat yang kemampuan ekonominya sangat kurang mampu.
Seperti yang dialami dan dirasakan oleh LT 51 Tahun, demikian yang dikatakan oleh Ibu dari 6 orang anak ini.
“….tentang masalah suami saya yang tidak dapat pekerjaan tetap. Setiap hari bahan pertengkaran kami
hanya tentang suami saya yang tidak mau serius mencari pekerjaan bagus yang bisa untuk menafkahi seluruh
kebutuhan keluarga kami. Sampai untuk biaya sekolah anak-anak kami nunggak semuanya, belum lagi biaya
untuk makan sehari-hari kami semua. Jangankan biaya sekolah anak kami beres, untuk makan aja sudah susah
dek… ini malah suami saya tahan begini-begini aja dirumah, kerjaannya hanya pergi keluar sama tetangga
kami. Gak ada yang dipikirkan suami saya dek, masa hanya saya yang terus banting tulang cari makan buat
Universitas Sumatera Utara
keluarga, yang kepala keluarga disini siapa kalo gitu dek? Itu yang membuat saya gak bisa menerima perlakuan
suami saya de, keterlaluan sikap acuh tak acuhnya itu sama anak-anaknya, apalagi sama saya dek…. Pokoknya
gak terbilangkan lagi lah itu manusia..”
Masalah ST diatas tadi mencerminkan kaburnya fungsi kepala keluarga dalam keluarga sekarang ini, sudah dapat banyak kita jumpai tipe keluarga yang
seperti keluarga ST ini, dimana sang suami yang fungsinya sebagai pencari nafkah keluarga sekarang tidak berfungsi lagi. Malah fungsi tersebut digantikan oleh sang
istri yang selalu perduli dan berusaha keras berpikir dan berusaha memenuhi segala keperluan sehari-hari keluarga. Entah mengapa dan sejak kapan tanpa kita
sadari betul hal tersebut menjadi hal biasa yang dapat kita lihat kenyataannya sekarang ini di masyarakat kita, tidak terkecuali juga pada masyarakat Batak
Toba. Hal serupa juga dialami oleh SS 34 Tahun, begini yang dikatakannya
pada saya sambil bercerita mengenai keadaan keluarganya dan juga beberapa penyebab mengapa SS memilih untuk berpisah Sirang so Sirang pada saat itu.
“….mungkin karena semua biaya hidup kami masih ditanggung sama mertua kakak. Juga karena waktu
itu kakak dan suami kakak belum ada pekerjaan sama sekali yang bisa membiayai kebutuhan kami sendriri, juga
karena suami kakak anak satu-satunya, jadi orangtuanya gak tega lihat keadaan rumah tangga kami yang begini.
Kakak udah gak tahan lagi kalo hanya terus hidup tergantung-gantung sama mertua kakak. Kakak juga malu
karena suami kakak gak dapat-dapat kerjaan yang bagus. Kami jadi selalu minta-minta sama mertua kakak terus
hanya untuk kebutuhan sehari-hari kami...”
Hal diatas dapat kita katakan penyebabnya adalah rasa kekecewaan dan rasa malu yang melukai harga diri seorang istri yang melihat ketidakmampuan
atau ketidakberdayaan suaminya melaksanakan fungsi dalam keluarganya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
SS disini memiliki jiwa untuk berkembang dan maju, hal tersebut nampak jelas dari sikapnya yang tidak tahan terus menerus meminta belas kasihan atau bantuan
dari orang lain sedangkan suaminya sebenarnya masih mampu menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab atas segala keperluan
anggota keluarganya. Sedangkan suaminya merasa nyaman dengan keadaan dan fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya bahkan setelah dia memiliki keluarga
sendiri dalam arti kata suaminya bukan lagi tanggungan orang tuanya, malah seharusnya suaminya SS lah yang menanggung seluruh kebutuhan anggota
keluarganya sendiri setelah menikah atau berumah tangga.
4.4.5 Sirang so Sirang Terjadi Akibat Pertengkaran Yang Terus Menerus