Teori Pertukaran Sosial Realitas Sosial Sirang So Sirang (Pisah Tidak Pisah)(Studi Kasus Pada Suami Dan Istri Di Etnis Batak Toba Kristen Yang Mengalami Sirang So Sirang Di Kota Medan)

setiap anak laki-laki dan perempuan yang sudah beranjak dewasa sudah saatnya memikirkan jodohberumahtangga.

2.1. Teori Pertukaran Sosial

Menurut Peter Blaw teori pertukaran sosial itu adalah untuk “memahami struktur sosial berdasarkan analisis proses sosial yang mempengaruhi hubungan antara individu dan kelompok.. Blaw bermaksud menganalisis struktur sosial yang lebih kompleks, melebihi Homans yang memusatkan perhatian pada bentuk- bentuk kehidupan sosial mendasar. Blaw memusatkan perhatian kepada proses pertukaran yang menurutnya mengatur kebanyakan perilaku manusia dan melandasi hubungan antarindividu maupun kelompok. Pertukaran social yang dimaksud disini terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi- reaksi penghargaan dari orang lain dan yang berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan ini tidak kunjung datang. Prinsip-prinsip teori pertukaran yang diterapkan oleh Pieter M Blaw di dalam menganalisa hubungan social antara orang yang saling mencintai, seperti hal nya dengan perkawinan. Hubungan social dapat dikelompokkan kedalam dua kategori umum didasarkan pada apakah reward yang ditukarkan itu bersifat intrinsik termasuk kasih sayang, kehormatan atau kecantikan atau ekstrinsik seperti uang, barang-barang. Reward yang intrinsik berasal dari hubungan itu sendiri. Sebaliknya, hubungan ekstrinsik berfungsi sebagai alat bagi suatu reward yang lainnya, dan bukan reward untuk hubungan sendiri. Dalam kasus seperti itu, reward dapat dilepaskan dari hubungan tertentu, dan pada prinsipnya dapat diperoleh dari setiap pasangan pertukaran Doyle Paul Johnson,1990:77 Universitas Sumatera Utara Blaw juga mengatakan “kemampuan orang atau kelompok memaksakan kehendaknya pada pihak lain, walaupun terdapat penolakan melalui perlawanan, baik dalam bentuk pengurangan pemberian ganjaran secara teratur maupun dalam bentuk penghukuman, sejauh kedua hal itu ada dan memperlakukan sangsi negatif”. Norma dan Nilai. Menurut Blaw, mekanisme yang menengahi antara struktur sosial yang kompleks itu adalah norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Ada mekanisme lain yang menengahi antara struktur sosial, tetapi Blaw memusatkan perhatian pada konsensus nilai. Menurutnya konsensus nilai mengganti pertukaran tak langsung dengan pertukaran langsung. Seorang anggota menyesuaikan diri itu dan mendapat persetujuan implisit karena kenyataan bahwa penyesuaian diri memberikan kontribusi atas pemeliharaan dan stabilitas kelompok. Dengan kata lain, kelompok atau kolektivitas terlibat dalam suatu hubungan pertukaran dengan individu. Dahulu perkawinan masyarakat Batak adalah sakral tetapi jika memperhatikan perkembangan sekarang ini , apakah masih bisa tetap demikian. Karena menurut Rajamarpodang, dikatakan sudah banyak masalah yang timbul bahwa perkawinan itu sudah semakin umum sifatnya. Masalah ini dapat saja timbul karena adanya campur tangan yang besar dari pihak keluarga kedua belah pihak pasangan suami istri tersebut. Hal ini disebabkan sebagaimana yang telah dikatakan bahwa perkawinan orang Batak itu tidak hanya melibatkan pasangan suami istri saja tetapi melibatkan keluarga kedua belah pihak, sehingga dalam setiap masalah apapun peranan keluarga ini sangat besar. Jika sebuah perkawinan orang Batak tidak memiliki keturunan atau anak laki-laki maka pihak keluarga suami berusaha untuk mencari istri lain bagi anaknya sampai dapat memiliki anak Universitas Sumatera Utara laki-laki keturunan sebagai penerus marga. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpecahan antara pasangan suami dan istri karena si istri tidak mau diduakan dan akhirnya memilih untuk berpisah saja, tetapi karena adanya efek atau akibat dari perpisahan tersebut banyak di alami oleh pihak si istri sebagai contohnya saja dalam perkumpulan marga suaminya, si istri tidak lagi termasuk perkumpulan itu, maka pilihan yang tepat atau baik dirasakan si istri adalah pisah ranjang Sirang so Sirang. Adanya pengaruh dari luar dari keluarga kedua belah pihak dapat membawa perubahan pada keluarga itu sendiri. Perubahan ini mengakibatkan penilaian kembali dari moral dan nilai masyarakat yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Teori Pertukaran sosial ada di pendekatan objektif. Pendekatan ini disebut “obyektif” berdasarkan pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu dunia yang dapat diamati oleh pancaindra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pembau, dapat diukur dan diramalkan. Teori Pertukaran sosial beranggapan orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Pada pendekatan obyektif cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya disebabkan kekuatan-kekuatan sosial di luar diri mereka. Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut tidak setepat ramalan perilaku alam. Dengan kata lain, hukum-hukum yang berlaku pada perilaku manusia bersifat mungkin probabilistik. Misalnya, bila suami isteri sering bertengkar, mereka mungkin akan berpisah. Universitas Sumatera Utara

2.2. Teori Pilihan Rasional