Pengertian Dakwah 1. KERANGKA TEORITIK DAKWAH NABI MELALUI SURAT

kepada mereka yang sudah menjadi muslim tapi masih membutuhkan beberapa penjelasan dari Rasulullah. c. Surat yang berisi tentang hal-hal yang wajib dikerjakan orang- orang non-muslim yang tinggal dan hidup di wilayah dan pemerintahan Islam Madinah. Surat dengan jenis seperti ini disampaikan kepada golongan non-muslim yang telah membuat perjanjian damai dengan Rasulullah. 19 Sebagaimana butir-butir perjanjian yang dibuat antara Rasulullah dan umat Islam dengan kaum Yahudi di Madinah, di mana butir-butir dari kesepakatan dan perjanjian itu dituangkan dalam bentuk surat tertulis yang disepakati oleh kedua belah pihak. Sebagaimana tujuan penulisan surat dan sejalan dengan pengertian dari surat yang terklasifikasi pada urutan pertama, maka surat yang disampaikan Rasulullah kepada para pemimpin di luar Jazirah Arabia itu memuat isi berupa ajakan mengikuti dan mengimani ajaran Islam. 20 Dengan begitu penulisan dan penyampaiannya ini merupakan salah satu cara yang ditempuh beliau dalam rangka melaksanakan dakwah Islam.

B. Pengertian Dakwah 1.

Pengertian Dakwah Pengertian dakwah secara etimologi bahasa atau lughah berasal dari bahasa Arab ﻰ د - ﻮ ﺪ - ةﻮ د . Ada beberapa arti yang dapat 19 Ali Mustafa Ya’cub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997, h. 8. 20 Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad. Penerjemah H.A. Aziz Salim Basyarahil Jakarta: Gema Insani Press, 1991, h. 7. diperoleh dari kata ini, seperti; mengajak, menyeru, memanggil, dan mengundang. Dalam Al-Quran kata dakwah bisa berarti menyeru kepada kebaikan maupun keburukan. Ada bebearapa ayat Al-Quran yang berkaitan dengan seruan seperti Surah Al-Mukmin40:41 yakni artinya Hai kaumku Bagaimanakah kamu, aku seru kamu adukum kepada keselamatan tapi kamu menyeruku taduni ke neraka. 21 Dakwah juga berari doa atau permohonan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah1: 186 yang artinya Aku mengabulkan permohonan dawatan orang-orang yang berdoa dai apabila ia berdoa daa kepada-Ku. Bentuk perkataan dakwah tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar . Sedangkan bentuk kata kerja atau fi’il-nya adalah da’aa – yad’u yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak. Dalam arti seperti ini dapat ditemukan dalam Al Qur’an, misalnya Surah Yusuf12: 33 sebagai berikut: ☺ “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.” 22 21 K.H. Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002, h. 9. 22 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya Jakarta: Penerbit PT. Bumi Restu, 1975 h. 353. Pengertian dakwah dengan merunut kepada pengertian terminologi sangat beragam. Beberapa ahli dan pemikir mempunyai batasan-batasan tersendiri tentang pengertian dakwah dalam perspektif terminologis ini. Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin, sebagaimana dilansir Chadijah Nasution, memberikan batasan mengenai dakwah ini, sebagai berikut: “Mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarangnya dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat” 23 Baginya, dakwah adalah upaya untuk mendorong atau memotivasi orang lain atau manusia dalam melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka untuk berbuat kebaikan ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. 24 Sementara itu Hamzah Ya’cub memberikan batasan dakwah, yaitu sebagai upaya untuk mengajak manusia yang dilakukan dengan cara hikmah ilmu dan kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Kemudian, Bakhial Khulli juga menyatakan, dakwah adalah sebagai upaya untuk memindahkan umat dari situasi yang tidak atau belum baik menuju kepada situasi yang lain yang lebih baik. 25 23 Syekh Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyidin. Penerjemah Chadijah Nasution Jakarta: Usaha Penerbitan Tiga A, 1970, h. 17. 24 Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasat fi Dakwah al-Islamiyah Kairo: Dar el Tibaah al Mahmadiyah, 1987 h. 10. 25 M. Mashur Amin, Metode Dakwah Islam dan Beberapa Keputusan Pemerintah tentang Aktivitas Keagamaan Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1980, h. 13. Dari pakar Indonesia sendiri, batasan mengenai istilah dakwah ini dapat diambil dari pendapat Mohammad Natsir yang mengatakan, dakwah adalah: “Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia mengenai konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia, yang meliputi amar ma”ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam kehidupan perseorangan, perikehidupan rumah tangga usrah, perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara” . 26 Tentu masih banyak batasan lain yang diberikan oleh para pemikir dan ahli selain dari batasan-batasn yang disebutkan di atas. Sebagai agama dakwah, hubungan ajaran Islam dengan dakwah diibaratkan sebagai dua keping mata uang. Dengan begitu dakwah menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dari ajaran dan keimanan Islam. Dalam Al- Qur‘an cukup banyak ayat-ayat yang menguraikan tentang segala sesuatu yang terkait dengan kegiatan dakwah. Ayat-ayat itu mengemukakan tentang kewajiban, perintah dan cara dalam melakukan aktivitas dakwah Islam. Dalam konteks upaya dakwah Islam melalui media surat, Rasulullah telah melakukan hal yang menjadi upaya dalam berbagai definisi yang telah disebutkan itu. Dengan media surat, Rasulullah mendorong dan menyeru kepada para penguasa untuk melakukan perbuatan ma’ruf dan menjauhi kemunkaran. Selain itu dalam melaksanakan upaya ini, Rasulullah melakukannya dengan cara hikmah ilmu dan kebijaksanaan, yakni dengan media surat berarti beliau telah menunjukkan pengetahuan 26 Abdul Rosyad Shaleh dalam buku, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, h. 9. Dalam buku ini batasan tentang dakwah dilansirnya dari buku Mohamad Natsir, Fungsi Dakwah Islam dalam Rangka perjuangan, di halaman 7 dari buku tersebut. dan ilmu yang dimilikinya. Sementara kebijaksanaan yang ditunjukkan adalah sikap penghormatannya pada kedudukan para penguasa dan untuk menyeru kepada mereka itu Rasulullah tidak memakai cara berkhotbah yang mana ini bisa menimbulkan kesan menggurui dan merendahkan kedudukan dari para penguasa.

C. Metode dan Media Dakwah