harus memperhatikan kaidah-kaidah disiplin yang diperintahkan Islam. Bekerja sedikit waktu tapi secara teratur dan
berkesinambungan lebih baik dari pada bekerja dengan banyak
waktu tapi tanpa arah dan tidak berkesinambungan.
Adapun media atau sarana dakwah langsung adalah menyangkut teknik penyampaian tabligh melalui perkataan, perbuatan, dan perilaku
dai yang dijadikan teladan orang lain sehingga mereka tertarik kepada Islam.
33
Dalam menyampaikan dakwahnya, seorang dai memerlukan berbagai macam media atau sarana yang bermanfaat. Namun perlu
diketahui bahwa sebagian media adakalanya berguna pada suatu masa tapi tidak berguna pada masa lain, bermanfaat bagi suatu masyarakat tapi tidak
bagi masyarakat yang lain. Seorang dai yang bijak adalah yang mampu mimilah-milah media atau sarana yang cocok pada zaman dan tempat.
34
D. Metode bil Qalam Dalam Dakwah Islam
Dalam kesejarahan perkembangan agama-agama besar di dunia, media surat telah cukup lama digunakan dalam mendukung upaya penyebaran ajaran.
Peran surat dalam menunjang penyebaran ajaran terbukti efektif dalam upaya menjadikan sebuah ajaran menjadi cepat tersiar dan mendapatkan pengikut
dalam jumlah yang lebih besar lagi. Media surat ini, dalam sejarah penyiaran agama apapun yang ada selalu
digunakan ketika metode lama yang konvensional dirasa sudah tidak mampu
33
Ibid., hal. 102.
34
Ibid., h. 103.
menjawab terhadap tuntutan untuk menyebarkan ajaran dalam lingkup jumlah dan wilayah yang lebih luas.
Demikian halnya dalam sejarah penyiaran ajaran Islam. Ketika pertama kali Islam sebagai ajaran muncul di Mekkah, cara yang digunakan Rasulullah
untuk menyampaikan dan menyebarkan ajaran juga menggunakan cara yang lazim saat itu yakni dengan mengggunakan metode berdakwah langsung
khotbah. Cara ini mengandalkan kemampuan berbicara secara lisan dalam menyampaikan ajaran atau dikenal dengan metode retorika. Pada masa itu
metode ini menjadi hal yang lazim. Dalam menyampaikan ajaran dituntut adanya kemampuan retorika yang baik. Pada masa Rasululah metode seperti
ini sering dilakukan dalam acara “Fannal Khitobah” yaitu satu kontes berpidato yang diikuti peserta dengan penyelenggaraannya dilangsungkan di
dekat bangunan Ka’bah.
35
Namun pada saat Islam memasuki periode Madaniyah, struktur masyarakat Islam sudah sangat kuat serta telah mulai terjalinnya hubungan
dengan kawasan-kawasan di luar Jazirah Arab, maka sudah pasti metode retorika ini sudah tidak relevan lagi karena jangkauan yang sudah semakin
luas dan sudah dipastikan obyek dakwah yang berada di luar Jazirah Arab itu memiliki latar belakang budaya dan keyakinan yang jauh berbeda dengan
masyarakat Madinah. Dari sinilah maka metode selanjutnya yang menjadi alternatif dilakukan yakni dengan menggunakan metode tulisan yang dalam
hal ini dilakukan dalam bentuk pemanfaatan surat.
36
Dalam konteks sebagai sebuah pendekatan, dakwah dengan menggunakan media surat ini oleh Mustafa Ya’cub dikategorisasikan sebagai
35
She H. Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah Jakarta: Rineka Cipta, 1990, h. 37.
36
Sutirman Eka Sardhana, Jurnalistik Dakwah Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1995, h. 25.
pendekatan korespondensi. Pengertiannya adalah, suatu pendekatan dari cara berdakwah yang tertuju kepada perseorangan atau wilayah yang lebih jauh dan
luas dengan menggunakan media tulisan yang tertuang dalam bentuk surat. Masih dalam pandangan Mustafa Ya’cub, selain sebagai sebuah
pendekatan, metode korespondensi ini juga bisa dilihat sebagai sebuah motivasi untuk menunjukkan tentang nilai-nilai universalitas dari suatu agama
baca: Islam dalam kedudukannya sebagai agama dakwah.
37
Dalam hemat penulis sebagai kelengkapan dari motif adalah, dengan menggunakan pendekatan korespondensi ini sekaligus juga menunjukkan
bentuk dari kedudukan agama atau ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
37
Ya’cub, Sejarah dan Metoda Dakwah Nabi, h. 181.
BAB III SURAT-SURAT RASULULLAH KEPADA PARA PENGUASA
Dalam pembahasan pada bab II disebutkan bahwa pengertian dari Surat- surat Rasulullah tidak hanya dipahami sebagai surat-surat yang ditujukan kepada
para penguasa semata. Dengan begitu sudah pasti ada surat-surat lain dari Rasulullah yang pernah dibuat dan ditulis untuk berbagai tujuan dan
kepentingannya. Jika demikian halnya maka jumlah dan jenis surat yang pernah dibuat oleh Rasulullah tentu berjumlah sangat banyak dengan tujuan yang
beragam pula. Menurut ahli Sejarah Islam, Muhammad bin Sa’ad, sebagaimana dilansir
Ali Mustafa Ya’cub, disebutkan bahwa dari keseluruhan surat-surat Rasulullah yang pernah ada, tercatat ada sekitar 105 buah surat yang telah ditulis lengkap
dengan sanadnya.
38
Jumlah ini mencakup pada tiga kelompok jenis surat sebagaimana disinggung pada bab II. Sudah pasti surat-surat yang terkait dengan
seruan dakwah Islam termasuk ke dalam 105 surat itu. Sementara untuk lebih khusus, dalam hal jumlah surat-surat yang pernah
disampaikan Rasulullah kepada para penguasa belum dapat dipastikan jumlahnya. Tentunya jumlah surat seruan yang telah dibuat oleh Rasulullah lebih dari lima
buah sebagaimana yang telah menjadi tema dalam penyusunan penulisan ini. Ketika muncul gagasan untuk mengirimkan surat-surat seruan yang ditujukan
kepada para penguasa itu, situasi yang berlangsung dalam masyarakat Islam di Madinah sangat kondusif. Keadaan seperti itu jelas sangat memungkinkan bagi
38
Ali Mustofa Ya’cub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997, h. 8