pada tahun ke-8 Hijriyah atau bertepatan dengan bulan Agustus-September 629 Masehi. Dalam peperangan ini pihak Syam dibantu pasukan Byzantium.
61
F. Surat-surat Yang Lain
Selain kelima surat yang telah dipaparkan di depan, masih terdapat beberapa surat-surat Rasulullah yang ditujukan untuk mengajak para
pemimpin suatu wilayah agar bersedia menerima ajaran Islam sebagai keyakinan baru untuk pengganti keyakinan yang lama. Dari kelima surat yang
telah dipaparkan tersebut memang belum ada hasil yang bersifat langsung, dalam arti para penguasa tersebut langsung mengimani dan mengikuti segala
yang telah diserukan oleh Rasulullah. Namun begitu upaya yang telah dilakukan oleh Rasulullah tersebut bisa dibilang sebagai tindakan yang maju
pada zamannya. Beberapa surat seruan Rasulullah yang disampaikan selain kepada lima
pemimpin di depan adalah kepada; 1.
Al Mundzir bin Sawa Kedudukannya adalah setingkat prekurator seperti halnya Al
Muqauqis Aleksandria, Mesir maupun Harits Al Ghissani Syam.
62
Dalam surat yang ditujukan kepada Al Mundzir tersebut
61
Para ahli sejarah melihat bahwa peristiwa Perang Mut’ah ini sebagai fase baru dari gerakan kaum Muslimin Arab terhadap wilayah-wilayah yang berada di luar jazirah Arab. Perang
Mut’ah yang melibatkan pasukan Syam yang dibantu dengan pasukan Romawi berhadapan dengan pasukan Muslim Arab berlangsung di suatu daerah yang menjadi perbatasan antara wilayah
kekuasaan Romawi Byzantium dengan wilayah Arab. Keberhasilan umat Islam dalam peperangan besar menjelang wafatnya Rasulullah ini seolah membuka pintu bagi kaum Muslimin Arab untuk
melebarkan wilayah kekuasaan dan jangkauan penyebaran ajaran Islam keluar dari wilayah Semenanjung Arabia. Lihat Al Husaini, Membangun Peradaban, Sejarah Muhammad Saw, h.
718-732.
62
Yang membedakan antara Al Muqauqis dan Harits Al Ghissani dengan Al Mundzir bin sawa adalah dua pemimpin yang pertama adalah pejabat walinegara prekurator untuk kekuasaan
diriwayatkan bahwa ia sempat mengalami kegamangan antara ketakutannya pada jabatan serta Kisra yang telah mengangkatnya
sebagai walinegara di Bahrain.
63
Meskipun sempat mengalami kebimbangan Al Mundhir bin Sawa akhirnya sampai pada satu
keputusan untuk memenuhi seruan Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam.
2. Haudzah bin Ali al-Hanafi Haudzah adalah penguasa al-Yamamah suatu wilayah yang
berada di sebelah timur kota Mekkah. Namun nampaknya Haudzah tidak ingin mengambil risiko kehilangan kekuasaannya jika ia
memutuskan untuk mengikuti seruan Rasulullah dan ia pun masih memegang keyakinannnya yang lama.
3. Jaifar dan Abdu bin Julandi Dua raja ini berkuasa di wilayah Oman, surat seruan
Rasulullah itu disampaikan pada tahun ke-8 Hijriyah.
64
Yang mendapatkan kepercayaan untuk menyampaikan surat itu adalah
Amr bin Ash.
Romawi Byzantium, sementara Al Mundzir bin Sawa saat itu adalah pejabat setingkat gubernur yang berada dalam kendali kekuasaan Kisra Eperwiz Persia. Dengan demikian dapat dipastikan
bahwa Al Mundzir bin Sawa adalah seorang pengikut kepercayaan Majusi, kepercayaan yang dianut oleh pemimpinnya Kisra dari Persia. Lihat Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, h. 57.
63
Ibid., h. 60
64
Ibid., h. 63.
Nampaknya untuk kali ini Rasulullah telah mengirimkan seorang utusan yang tepat. Amr bin Ash dikenal sebagai seorang
sahabat Nabi yang mempunyai kecakapan dalam berbicara serta mempunyai bakat sebagai seorang diplomat ulung. Diriwayatkan
ketika surat tersebut sampai kepada kedua pemimpin itu, kemudian terjadi satu dialog dan debat yang sangat panjang. Berkat kecakapan
Amr bin Ash serta isi surat yang begitu meyakinkan maka kedua penguasa di Oman itu kemudian menyatakan diri masuk Islam.
65
Demikian pemaparan sekilas mengenai surat-surat yang berisi seruan untuk mengimani ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah kepada beberapa
pemimpin yang berkuasa pada saat itu. Memang tidak semua surat yang telah disampaikan oleh Rasulullah tersebut kemudian mendapatkan sambutan
sebagaimana yang diharapkan, bahkan dalam beberapa kasus surat yang disampaikan Rasulullah itu kemudian mendapatkan respon dan reaksi yang
kurang mengenakkan. Sebagai kejadian dan bagian yang menyertai dari upaya dakwah maka hal-hal seperti ini telah menjadi bagian yang sangat dimaklumi
oleh Rasulullah. Satu hal yang menjadi catatan khusus dari upaya yang telah dilakukan
oleh Rasulullah adalah beliau telah melakukan sebuah strategi dan metode dakwah yang lebih maju pada zamannya. Selain itu upaya ini adalah
pembuktian nyata bahwa Islam dalam keadaan apapun juga harus dibuktikan sebagai rahmat untuk seluruh alam. Bagi Rasulullah keinginan bahwa Islam
65
Ibid., h. 64.
adalah rahmat bagi seluruh alam itu tidak hanya diwujudkan dalam ungkapan lisan semata namun pada menjelang akhir dari kehidupan beliau hal itu telah
diupayakan dengan sungguh-sungguh dengan tetap mempertimbangkan segala risiko yang mungkin muncul dan ditanggung.
Selain itu menurut hemat penulis, upaya yang dilakukan Rasulullah dengan menyampaikan surat seruan itu memiliki nilai taktis dan strategis ke
depan yakni sebagai upaya untuk membuka cakrawala bagi umat Islam terkhusus orang Arab untuk melihat kenyataan di dunia luar Arab. Dari
cakrawala yang telah dibuka ini akan memicu kaum Muslimin untuk berfikir dan bertindak lebih serius lagi dalam upaya menyebarkan ajaran Islam ke
wilayah-wilayah yang lebih luas di masa-masa mendatang.
BAB IV DAKWAH NABI MUHAMMAD MELALUI SURAT