Perseteruan Kaisar Heraclius dan Kisra Eperwiz

namun begitu pula ada yang meragukan pendapat seperti itu. Mereka yang meragukan itu mengatakan, meskipun Kaisar Najasyi telah mendapatkan surat Rasulullah tapi ia tetap bersikukuh dengan keyakinan Kristen Nestorian-nya itu. 89 Namun di atas semua ketidakjelasan tersebut, yang jelas sikap yang ditunjukkan Kaisar Najasyi terhadap surat seruan Rasulullah itu sangat simpatik, bersahabat dan menghormati seruan tersebut. 90 Dengan demikian Kaisar Najasyi telah menunjukkan kebesarannya sebagai seorang pemimpin dan negarawan yang baik dengan indikasinya ia menerima, mengerti dan menghormati terhadap seluruh isi surat yang disampaikan. Sikap ini menunjukkan sebagai seorang kaisar dan pemimpin ia masih memegang teguh etiket yang semestinya ditunjukkan kepada sesama pemimpin yang lain.

2. Perseteruan Kaisar Heraclius dan Kisra Eperwiz

Memasuki pertengahan Abad ke-7 Masehi, adalah masa meletusnya persaingan dua kutub kekuasaan politik paling kuat di dunia saat itu, yakni Romawi Timur Byzantium dan Persia. Perseteruan itu secara personalitas juga dilihat sebagai bentuk dari perseteruan antara Kaisar Heraclius dan Kisra Eperwiz. Keduanya berambisi untuk 89 Ali Mustafa Ya’kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997, h. 184. 90 Dalam sebuah kisah disebutkan, begitu selesai membaca surat tersebut, Kaisar Najasyi kepada utusan yang menyampaikan surat itu menyatakan penghormatannya kepada Rasulullah. Kaisar ini juga kemudian menuliskan surat kepada Rasulullah yang isinya tentang kemengertiannya serta penghormatannya terhadap seluruh isi surat yang disampaikan kepada dirinya. Ketika utusan Rasulullah itu akan pulang ke Madinah, Kaisar Najasyi memberikan berbagai macam hadiah yang ditujukan kepada Rasulullah dan umat Islam sebagai bentuk rasa hormatnya kepada Rasulullah dan umat Islam di Madinah. mengalahkan satu dengan yang lain agar bisa diakui sebagai penguasa tunggal. Romawi Timur yang saat itu adalah representasi kekuatan Romawi yang sebelumnya terbelah menjadi dua yakni Romawi Barat yang berpusat di Roma dan Romawi Timur Byzantium dengan pusatnya di Konstanstinopel sekarang menjadi kota Istanbul, yang masuk dalam wilayah negara Turki. 91 Dalam perkembangannya Romawi Timur tumbuh lebih pesat dan menjadi kuat dibanding dengan Romawi Barat. 92 Nampaknya Kaisar Heraclius memendam dendam terhadap Kisra Eperwiz terkait dengan serangan yang telah dilakukan oleh Persia terhadap Romawi Timur pada tahun 615 Masehi. 93 Serangan itu dimaksudkan untuk menikam langsung jantung kekuasaan Romawi Timur, sekaligus juga untuk mengkampanyekan kepada para penguasa lain di kawasan Timur Tengah untuk tidak tunduk kepada Romawi timur dan mengakui kekuasaan Persia. Karena serangan ini, Kaisar Heraclius kemudian selalu berupaya keras dan mencari kesempatan untuk suatu saat bisa menyerang balik Persia sebagai bentuk dari pembalasan dendamnya. 91 Pemberian nama ibukota Romawi Timur Byzantium dengan sebutan Konstantinopel ini didasari oleh pada penghormatan kepada salah satu Kaisar Romawi yang bernama Kaisar Konstantin. Kaisar ini dinilai memberi jasa yang sangat luar biasa atas tersebarnya ajaran Kristen di Roma. Kaisar Konstantin mengambil langkah yang sangat berani dengan menyatakan diri masuk agama Kristen sebagai upaya politik untuk meredam kemungkinan munculnya pemberontakan dari kaum Nasrani yang saat itu menjadi musuh nomor satu pemerintahan Romawi. Dengan masuknya Konstantin menjadi pemeluk Kristen maka pada saat itu ajaran Kristen mulai bersinggungan dan bersinergi dengan budaya dan keyakinan kuno Romawi. Karena jasa-jasanya itu maka penguasa Romawi Timur menjadikan nama Kaisar Konstantin sebagai nama ibukota negara mereka. 92 Mukhtar Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah sebelum Lahirnya Agama Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1985, h. 472. 93 Dengan melihat bahwa Kaisar Heraclius mulai berkuasa pada tahun 610 M, maka Persia melakukan serangan tersebut pada masa empat tahun setelah Heraclius naik menjadi Kaisar di Romawi Timur. Dendam ini kemudian dilaksanakan pada tahun 622-630 M, di mana kaisar Heraclius melakukan berbagai serangan ke wilayah-wilayah yang berada dalam kekuasaan Persia, seperti Asia Kecil, Mesir dan Suriah. 94 Puncak dari kemenangan Kaisar Heraclius atas Persia terjadi pada tahun 630 M ketika pasukan Romawi berhasil merebut Yerussalem, kota suci bagi orang Kristen dari tangan Persia. 95 Surat seruan Rasulullah diterima Kaisar Heraclius pada saat ia berada di Yerussalem dan berada di tengah pasukan yang sedang merayakan kemenangan besarnya atas Persia. 96 Sebagaimana diriwayatkan, sambutan Heraclius diberitakan sangat simpatik meski ia tetap memegang keyakinan lamanya. Namun begitu sebagai seorang penguasa yang baik, Heraclius menghormati seruan itu dan mengakui bahwa Rasulullah tidak hanya sebagai pemimpin spiritual bagi masyarakat Arab Madinah tapi lebih dari itu ia menyatakan, Rasulullah adalah seorang pemimpin negara yang memiliki kedudukan yang sama dengan dirinya. Sikap seperti ini tentu mengundang simpati dari kaum Muslimin karena kaisar ini baru saja mendapatkan kemenangan yang gemilang yang 94 Funk Wagnalls New Ensiklopedia jilid 13 United State of America Printed: RR Donelly Sons Company, 1994, h.69. 95 Al Hamid Al Hussein, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw Jakarta: Waqtiyah, 1990, h. 677. 96 Sebagai kota yang sering menjadi sasaran perebutan dari berbagai kekuatan yang ada pada saat itu, kota Yerussalem seringkali diganti namanya sesuai dengan kehendak dari pihak yang berhasil merebutnya. Dalam khasanah bahasa Ibrani, Yerussalem sering disebut dengan “Bethlehem” atau orang Arab menyebutnya dengan aksen yang ada pada mereka dengan sebutan “Baitullahmi” yang keduanya memiliki arti yang kurang lebih sama yakni “Kota Tuhan”. Sebutan terhadap Yerussalem ini juga berubah ketika pasukan Romawi di bawah kendali Kaisar Heraclius berhasil merebut kota ini dari penguasaan pasukan Persia. Oleh orang-orang Romawi mereka menyebut kota Yerussalem berdasarkan aksen bahasa yang mereka miliki dengan menyebut Yerussalem sebagai “Elia Capitolania” yang juga mengandung pengertian yang sama yakni kota Tuhan. tentunya sangat wajar jika ia bersikap sombomg atau tinggi hati. Namun hal ini tidak ditunjukkan oleh Kaisar Heraclius yang tidak lantas menjadi sombong dan memandang remeh pemimpin lainnya seperti Rasulullah. Sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah, Kaisar Heraclius membalas surat itu dengan disertai bermacam hadiah sebagai bentuk rasa hormat dan pengakuannya terhadap kedudukan Rasulullah di Madinah. Karena sikap-sikapnya yang demikian itu, sangat masuk akal jika dalam konflik Romawi Timur versus Persia ini, Rasulullah lebih bersimpati pada Kaisar Heraclius karena selain sikapnya terpuji, Rasulullah juga menilai penganut keyakinan Nasrani Kristen termasuk sebagai golongan Ahli Kitab yang mewarisi konsep monotheisme yang sebelumnya dibawa oleh Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan nabi Isa Al Masih serta nabi-nabi lainnya. Kenyataan ini tentu sangat berbeda dengan orang Persia yang menganut ajaran Majusi, di mana mereka tidak termasuk sebagai pewaris ajaran ketuhanan yang dibawa Nabi Ibrahim. Selain itu sikap pemimpin mereka, Kisra Eperwiz, saat menerima surat seruan dari Rasulullah juga sangat tidak terpuji dan jauh sekali dari gambaran dari sikap seorang pemimpin dan penguasa yang baik.

3. Sikap Pasif Al Muqauqis dan Harits Al Ghissani