propaganda, hal tersebut sah-sah saja dilakukan, namun dalam ajaran Islam serangan verbal yang tanpa bukti dan kebenarannya bisa menjadi fitnah. Islam
sendiri sangat mengecam fitnah dalam surat Al-Baqarah 191.
“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu Mekah; dan fitnah itu
lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat
itu. Jika mereka memerangi kamu di tempat itu, maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir
”. Kedua, glittering of generalities.
Teknik dengan menggunakan “kata-kata bijak” agar mendapat dukungan secara tidak murni atau alami. Ini bertentangan
dengan Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 70.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar
” Dalam ayat tersebut Islam mengajarkan untuk bertutur kata yang tepat.
Maksudnya ialah jujur, sesuai, dan tidak dibuat-buat. Kita bisa melihat kembali contoh-contoh teknik propaganda glittering of generalities dari masing-masing
Tim Media Center yang peneliti temukan pada pembahasan sebelumnya seperti kalimat „Jk ada salah kata, mohon di lepaskan, mohon di maafkan dan ijinkan
saya berjuang memenangkan kepentingan rakyat. Mulai detik ini pikirkan SATU‟ dan „JOdohnya Kota betaWI‟. Penggunaan „kata-kata yang baik‟
tersebut digunakan untuk mendapat dukungan meskipun tanpa menyelidiki ketepatan asosiasinya. Bisa diartikan, punya maksud atau tujuan lain. Jika
menilik pada teori propaganda, cara ini tidak dilarang dan sah saja digunakan. Namun dalam ajaran Islam teknik propaganda ini bertentangan karena caranya
yang dibuat-buat atau tidak jujur.
C. Kelebihan dan Kekurangan Implementasi Teknik Propaganda di Twitter
dalam Pemilukada DKI Jakarta 1.
Jokowi-Ahok
a. Kelebihan
1. Strategi Jasmev adalah fun and joke. Tentunya ini menjadi nilai positif
karena membuat muatan tweet dari Tim Media Center tersebut tidak terasa berat dan membuat setiap followers akan merasa nyaman
menyimak timeline mereka. Strategi dengan cara mengkomposisi tweet seperti ini menurut peneliti cukup cerdas karena bagaimana
dengan 140 karakter huruf Tim Media Center mampu mengemas tweet dengan menarik.
2. Dengan cara kerja shift by shift dalam pengelolaan new media
khususnya Twitter diharapkan efektif mampu meraih vote getter dari jejaring sosial tersebut. Sebuah tim yang bekerja secara shift by shift
mengelola Twitter menandakan bahwa pengelolaan pada jejaring sosial ini serius dan intensif. Twitter timeline bersifat continue, jadi
terus menerus dan tidak putus. Sehingga para followers ataupun
pengguna Twitter akan terus mengamati tweet dari Tim Media Center yang bermunculan secara teratur.
b. Kekurangan Jokowi tidak memegang langsung akun Twitternya. Tim Media
Centernya yang dominan mengelola akunnya. Tentu akan lebih baik jika Jokowi mengelola akunnya sendiri meski intensitasnya tidak
sering. Bisa saja para followers atau pengguna Twitter beranggapan bahwa tweet-tweet yang dibuat tidak natural dan dibuat-buat.
2. Foke-Nara
a. Kelebihan 1. Mempunyai dua tim di dalam Twitter yakni offense dan defense. Tentu
ini menjadi kekuatan dalam melancarkan counter tweet maupun menanggapi mention secara tegas. Strategi ini menunjukkan bahwa Tim
Media Center ini tidak mau basa-basi alias tidak kenal kompromi. Di saat attacking Tim Media Center ini langsung bermain lugas,
sebaliknya tim lawan politik akan berpikir berulang kali sebelum melancarkan attacking tweet ke Tim Media Center pasangan ini.
2. Fauzi Bowo mengkomposisi tweet sendiri. Itu merupakan sebuah nilai positif karena bisa langsung berhubungan langsung dengan para
followers di Twitter. Meskipun Foke jarang melakukan tweet tetapi Tim Media Centernya yang mem-back up. Twitter merupakan jejaring
sosial. Prinsip jejaring sosial itu terdapat komunikasi dua arah. Tepat
sekali jika memang Foke ikut mengelola akunnya sendiri sehingga prinsip jejaring sosial terpenuhi dan pesan antara komunikator dan
komunikan tersampaikan. b. Kekurangan
Tidak terlalu menganggap penting pemanfaatan new media khususnya Twitter sehingga tidak intensif dalam mengelola new media pada
Pemilukada DKI Jakarta kemarin. Di era perkembangan teknologi informasi seperti sekarang ini
seharusnya para stake holder perpolitikan nasional seperti Cagub- Cawagub memperhatikan sosial media. Tidak hanya paham dalam segi
retorika maupun media mainstream. Jika retorika jangka waktunya tidak menentu dan media mainstream hanya berjalan satu arah, maka
new media khususnya Twitter bisa menjadi senjata baru karena mampu berjalan dua arah dan bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.