Sosial Media dan Politik
menyuarakan suara dari bawah ke atas, yang kerap dengan power yang dimiliki, dimanfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan golongannya.
Internet diharapkan bisa menjadi media baru mengalirnya informasi dua arah yang interaktif antara politisi dan pendukungnya. Internet menjanjikan
akan memberikan forum yang seluas-luasnya bagi pengembangan kelompok kepentingan dan sebagai sarana penyaluran opini.
Dahlberg dalam McQuail menggambarkan adanya tiga model dasar pemanfaatan internet dalam konteks politik baru, yaitu:
54
1. Model “Cyber-libertarianism” yang menginginkan pendekatan politik
didasarkan pada model pasar konsumen. Dalam hal ini media baru bisa menjadi sarana dalam melakukan survey plebisit pemilihan umum di
suatu daerah untuk menentukan status daerah itu, dan televoting, menggantikan proses yang dilakukan melalui media lama.
2. Ada pandangan komunitarian yang mengharapkan adanya saluran yang
terbuka lebar antara partisipan grass-roots yang bisa memberikan masukan yang bermanfaat bagi partaipolitisi dan ini pada gilirannya
akan memperkuat komunitas politik pada tingkat local. 3.
Terjadi interaksi dan pertukaran ide pada ruang publik melalui teknologi internet yang memberikan manfaat signifikan bagi
berkembangnya demokrasi deliberatif. Margolis dan Resnick dalam Nayar mengidentifikasi salah satu jenis
politik internet internet politics sebagai pemanfaatan politisi jaringan
54
Dennis McQuail. McQuail’s Mass Communication Theory, page 151.
net yang mengacu pada pemanfaatan jaringan untuk memengaruhi opini publik dan aktivitas politik offline.
55
Situs-situs politik akan mendorong masyarakat untuk terlibat dalam kampanye dan mengirim e-mail kepada
pemerintah. Dengan pengenalan electronic voting, jaringan akan mampu meningkatkan partisipasi demokratis.
Van Dijk memakai istilah digital democracy yang dalam pandangannya secara luas diterjemahkan sebagai upaya mempraktikkan
demokrasi tanpa batasan waktu, tempat, dan kondisi fisik lainnya, dengan menggunakan peralatan digital, dan sebagai tambahannya, demokrasi
digital ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan praktik politik “analog” tradisional.
Dalam The Network Society, Van Dijk menjelaskan beberapa manfaat dari pengaplikasian digital democracy, yakni:
56
1. Digital democracy dan e-government memperbaiki pencarian dan
pertukaran informasi bidang politik antara pemerintah, administrasi publik, anggota DPR, organisasi dan komunitas politik, serta individu
masyarakat. 2.
Digital democracy dan e-government mendukung terjadinya debat politik serta pembentukan deliberasi dan komunitas.
3. Digital democracy dan e-government meningkatkan partisipasi warga
Negara dalam proses pengambilan keputusan.
55
Pramod K Nayar. Virtual World: Culture and Politics in The Age of Cybertechnology. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd, 2004, h. 174-175.
56
Jan Van Dijk. The Network Society, page 104.
Peran internet dalam bidang politik khususnya dalam perkembangan demokrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Bentivegna dalam
McQuaill 2005 mengungkapkan yakni:
57
1. Mendobrak paradigma media lama yang hanya bersifat satu arah,
melalui keunggulan interaktivitasnya. 2.
Memungkinkan terjadinya komunikasi vertical dan horizontal, sehingga terjadi keseimbangan antara partaipolitisi dan masyarakat
sebagai pemegang kekuasaan. 3.
Meminimalkan peran jurnalisme daam hubungan antara masyarakat dan politisi.
4. Tidak memakan biaya yang mahal.
5. Memiliki daya kirim pesan yang sangat tinggi dibandingkan media
tradisional. 6.
Tidak memiliki batas ruang dan waktu.
57
Dennnis McQuail. McQuail’s Mass Communication Theory, 5
th
Edition. London: Sage Publications Ltd, 2005, page 151-152.
56