21
BAB III BIOGRAFI HAJRIYANTO YASIN THOHARI
A. Latar Belakang Keluarga
Hajriyanto  Yasin  Thohari  lahir  pada  26  Juni  1960  di  Desa  Manggis, jaraknya 5 km dari Karanganyar, atau sekitar 15 km dari Kota Solo, Surakarta,
Jawa  Tengah.  Desa  Manggis  adalah  sebuah  desa  dengan  hamparan  sawah yang sangat luas. Mayoritas penduduknya petani. Sungai
di desa itu mengalir begitu  jernihnya.  Sungai  tersebut  jadi  sumber  kehidupan  masayarakat  desa.
Dan anak-anak desa suka sekali bermain atau mandi di sungai tersebut.
1
Hajriyanto  merupakan  anak  keempat  dari  tujuh  bersaudara  pasangan Mohammad  Yasin  Thohari  dan  Suyatmi.
2
Hajriyanto  lahir  tepat  di  bulan Muharram,  tahun  baru  Hijriyah  dalam  kalender  Islam  dan  bulan  Suro  dalam
kalender  Jawa.  Karena  lahir  di  tahun  baru  Islam,  kedua  orangtuanya menamakan Hajri. Lengkapnya, Hajriyanto Yasin Thohari.
3
Dalam perspektif Islam,  bulan  Muharram adalah  bulan mulia.  Pada  bulan  tersebut,  umat  Islam
dilarang  berperang  atau  berkonflik  dengan  siapa  pun.  Sementara  dalam perspektif Jawa, pada bulan Suro, dilarang menggelar acara keramaian, seperti
pernikahan dan lain-lain. Dua filosofi ini mewarnai kelahiran Hajriyanto kecil. Ia besar di antara kultur Islam dan kejawen.
4
1
Majelis, “Anak Desa di Panggung Politik.” Majelis Edisi No.25, Tahun III Mei 2009:
h. 18.
2
Wawancara Pribadi dengan Hajriyanto Yasin Thohari, Jakarta, 24 Mei 2013.
3
Majelis , “Hajriyanto Yasin Thohari: Politisi yang Hobi Membaca Buku,” Majelis Edisi
No.01, Tahun IV Januari 2010: h. 20.
4
Wawancara Pribadi dengan Hajriyanto Yasin Thohari.
Ayah  Hajriyanto,  M.  Yasin  Thohari  adalah  seorang  muballig  dan aktivis  Muhammadiyah  yang  sangat  religius.  Dia  juga  seorang  santri  di
pesantren Tebu Ireng. Ayahnya dikenal sebagai seorang pendidik yang cermat dan penuh perhatian. Ia selalu mengajarkan mereka untuk selalu dekat dengan
ajaran  Islam.
5
Ayahnya  menjadi  ketua  pimpinan  daerah  Muhammadiyah Kabupaten  Karang  Anyar  sampai  tahun  1991.  Dan  pernah  menjadi  Anggota
DPRD Kabupaten Karanganyar.
6
Sementara  ibundanya,  Suyatmi,  adalah  seorang  priyayi-abangan.  Ia anak seorang kepala desa dalam sistem pemerintahan yang masih tradisional,
yang  menjadi  kepala  desa  seumur  hidup.  Sebagai  anak  kepala  desa,  ibunya sangat mengutamakan pertanian. Dan, bahkan ibunya memiliki beberapa buah
sawah.  Sawah-sawah  tersebut  diurus  oleh  ia  ibunya  sendiri  dengan mengggunakan tenaga-tenaga buruh tani untuk menggarap sawah. Atau kalau
tidak  ibunya  mengerjakan  sawah  itu  pada  orang  lain,  nanti  hasilnya  dibagi berdua  dengan  yang  mengerjakan.  Ia  juga  sangat  dekat  dengan  tradisi
kejawen.  Sedangkan  Kakeknya  adalah  seorang  lurah  di  Karanganyar,  oleh masyarakat  setempat  disebut  Mbah  Lurah.  Kakeknya  sangat  kental  dengan
tradisi  Jawa,  seperti  tradisi  bancaan
7
dalam  bahasa  Indonesianya  selamatan atau syukuran.
8
5
Wawancara Pribadi dengan Hajriyanto Yasin Thohari.
6
Majelis, “Hajriyanto Yasin Thohari,” h. 19.
7
Bancaan adalah sebuah upacara sederhana tradisi adat masyarakat Jawa yang menyertai sebuah  tahapan  perkembangan  seorang  anak.  Bancaan  biasa  dilakukan  untuk  memperingati  hari
lahir berdasarkan pada hari pasaran penanggalan Jawa atau wetonan.
8
Wawancara Pribadi dengan Hajriyanto Yasin Thohari.
Menurut Hajriyanto, hampir semua anak-anak dan cucu-cucunya selalu dibuatkan  bancaan  pada  setiap  weton  kelahirannya.  Setiap  weton  artinya
adalah  setiap  selapan  dino  sekali.  Selapan  dino  adalah  tiga  puluh  lima  hari dalam  hitungan  Jawa.  Sebagai  contoh,  misalnya  ia  lahir  pada  Jumat  Pahing.
Maka  pada  setiap  Jumat  Pahing  itu  ia  selalu  di  selameti  dengan  melakukan bancaan.  Bancaan  itu  dibuat  nasi  tumpeng,  yang  berisi  sayur-sayuran,  telur
yang  di  potong  kecil-kecil,  ayam  yang  di  iris  tipis-tipis,  berkedel,  sambal goreng  dan  lain-lain  yang  dibungkus  dengan  daun  pisang.  Kemudian
dibagikan  kepada  anak-anak  dan  tetangga-tetangga.  Tujuan  dari  bancaan  ini adalah  agar  selamat  dan  tetap  di  bawah  perlindungan  Allah  selama  dalam
perjalanan hidupnya.
9
Selain  tradisi  bancaan,  kakeknya  setiap  tahun  selalu  mengadakan nanggep wayang kulit sehari semalam dan dilakukan pada hari Jumat malam
Sabtu,  yang  biasa  disebut  dengan  Rasulan.  Rasulan  berasal  dari  kata  Rosul. Rasulan biasanya dirangkaikan dengan upacara bersih desa. Bersih desa atau
Rasulan  di  selenggarakan  sehabis  panen.  Dan  macam-macam  tradisi-tradisi Jawa  lainnya  juga  dilaksanakan  oleh  kakeknya.  Seperti,  setiap  malam  Satu
Muharram  dan  Satu Syuro’,  kakeknya  tidak  tidur  semalam  suntuk  untuk
menyambut satu Syuro’ itu. Selain itu ia punya tradisi, setiap selapanan sekali
selalu  sholat Jum’at  di  Masjid  Agung  Solo.  Dan  itu  dialakukan  dengan
9
Wawancara Pribadi dengan Hajriyanto Yasin Thohari.