Teori Performa Komunikatif TINJUAN TEORITIS

berada di performa terbaiknya atau tidak, dengan dilihat dari penjabaran terhadap 5 Lima Performa Komunikatif, yaitu :1 Performa Ritual, 2 Performa Hasrat, 3 Performa Sosial, 4 Performa Politis, dan 5 Performa Enkulturasi. Kelima performa ini bisa dilaksanakan oleh siapapun dan anggota manapun dalam organisasi atau instansi apapun. Berikut adalah penjelasan singkat terhadap 5 Lima Performa Komunikatif, yaitu: 1 Performa Ritual Pada performa ini, akan dijabarkan bagaimana seseorang melakukan aktivitas hariannya yang terjadi secara teratur dan berulang. Ritual terdiri atas empat jenis, yakni 1 Personal, 2 Tugas, 3 Sosial, dan 4 Organisasi. Ritual personal merupakan rutinitas yang dilakukan di tempat kerja setiap hari. Ritual tugas merupakan rutinitas yang dilakukan dengan pekerjaan tertentu di tempat kerja. Ritual sosial merupakan rutinitas yang melibatkan hubungan dengan orang lain di tempat kerja, Ritual organisasi merupakan rutinitas yang berkaitan dengan organisasi secara keseluruhan. 4 2 Performa Hasrat Pada Performa Hasrat peneliti ingin melihat berbagai cerita dan kisah tentang seseorang dalam menajalankan seluruh aktivitasnya, baik di organisasi maupun di institusi tempat ia 4 Ibid., h. 326. beraktivitas. Tentu perlu dilakukan wawancara secara objektif yang mendalam tentang performa hasrat ini kepada orang-orang yang selama ini selalu berinteraksi dengannya. 3 Performa Sosial Apabila pada performa hasrat kita menemukan suatu cerita tentang keseharian aktivitas seseoarang, maka pada performa sosial akan dibedah tindakan keseharian seseorang dalam menjalankan aktivitasnya. Sikap santun dan kesopanan serta sikap-sikap lainnya akan terungkap pada performa ini. 4 Performa Politis Performa Politis merupakan perilaku organisasi yang mendemonstrasikan kekuasaan atau kontrol. 5 Pada performa ini akan dideskripsikan gaya dan perilaku kepemimpinan seseorang dalam kapasitasnya ia sebagai pimpinan. 5 Performa Enkulturasi Performa enkulturasi mencakup perilaku organisasi yang membantu para karyawan dalam menemukan makna dari menjadi anggota suatu organisasi. 6 Sudah tentu, apa yang didapatkan oleh seoarang pemimpin adalah karena latar belakang organisasi yang dijalaninya selama ini. Artinya, pada performa Ekluturasi ini, penelitian ini mencoba untuk 5 Ibid., h. 327 6 Ibid., mengungkapkan seberapa penting peran organisasi yang dijalaninya dalam perjalanan kariernya.

B. Pengertian Pejabat Publik

Dalam Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik Nomor 14 Tahun 2008 UU RI No. 14 Th. 2008 7 dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 8, bahwa Pejabat Publik adalah Pejabat Publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu pada badan publik. Sementara, yang dimaksud badan publik sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 3 dalam Undang- Undang yang sama: “Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara danatau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara danatau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, danatau luar negeri.

C. Konsep Gaya Kepemimpinan

Gaya merupakan ringkasan atau gambaran yang digolongkan dari bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan 7 Redaksi Sinar Grafika, UU Keterbukaan Informasi Publik UU RI No. 14 Th. 2008 Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2008 h. 3. bagaimana ia dilihat oleh mereka yang dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mangamati dari luar. Gaya dalam memimpin telah coba dirumuskan oleh para teoritis manajemen dan kepemimpinan dalam menggambarkan gaya kepemimpinan. Para teoritis mencoba untuk menggambarkan bagaimana orang itu bertindak bukan siapa orang tersebut yang bertindak.saBila ada yang berfikir dan melihat secara langsung sejumlah pemimpin yang dikenal secara pribadi, mungkin dapat meyimpulkan mengenai gaya kepemimpinan mereka. Artinya, kita cendurung mengelompokkan seorang pemimpin berdasarkan cara ia memimpin dan bagaimana cara pandang kita terhadap dia. Dengan sendirinya, seseoarang mungkin berbeda pendapat dengan orang lain mengenai gaya kepemimpinan. Menurut Robert D. Dale 8 cara kerja pemimpin dalam organisasi memiliki beberapa gaya kepemimpinan yang terbagi dalam; a. Birokratis Ini adalah suatu gaya yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat diatasi bila setiap orang mematuhi peraturan. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan prosedur-prosedur baku. Pemimpinnya adalah seorang diplomat dan tahu bagaimana memakai sebagaian besar peraturan untuk membuat orang-orang melaksanakan tugasnya. Kompromi merupakan suatu 8 Robert D. Dale, Pelayanan Sebagai Pemimpin Malang: Gamdum Mas, 1992, h. 36-38. jalan hidup karena untuk membuat satu keputusan diterima oleh mayoritas, orang sering harus mengalah kepada yang lain. b. Permisif Di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam kelompok tersebut puas. Membuat orang-orang tetap senang adalah aturan mainnya. Gaya ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut akan berfungsi dan dengan demikian pekerjaan akan bisa diselesaikan. Koordinasi sering dikorbankan dalam gaya. c. Laissez-faire Ini sama sekali bukanlah kepemimpinan. Gaya ini membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya. Pemimpin hanya melaksankan fungsi pemeliharaan saja. Misalnya, seorang ulama mungkin hanya namanya saja ketua dari organisasi tersbeut dan hanya menangani urusan khotbah, sementara yang lainnya mengerjakan segala pernik mengenai bagaimana organisasi tersebut harus beroperasi. Gaya ini kadang-kadang dipakai oleh pemimpin yang sering berpegian atau yang yang hanya bertugas sementara. d. Partisipatif Gaya ini dipakai oleh mereka yang percaya bahwa cara untuk memotivasi orang-orang adalah dengan melibatkan mereka dalam proes pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan akan menciptakan rasa memiliki sasaran dan tujuan bersama. Masalah yang timbul