Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
                                                                                kenyataannya,  seorang  pejabat  publik  sadar  bahwa  dia  adalah  wakil  atau pelayan masyarakat.
Pejabat  publik  dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  KBBIH terdiri dari dua suku kata, yaitu “pejabat” dan “publik”. “Pejabat” memiliki
pengertian  pegawai  pemerintah  yang  memegang  jabatan  penting  unsur pimpinan.  Sedangkan  istilah  “publik”  diartikan  dengan  orang  banyak
umum.  Dari  penggabungan  pengertian  kedua  suku  kata  tersebut  dapat dipahami bahwa “pejabat publik” memiliki pengertian pegawai pemerintah
yang  memegang  jabatan  penting  sebagai  pimpinan  yang  mengurusi  orang banyak.  Dengan  definsi  tersebut,  bisa  kita  simpulkan  bahwa  ada  3  tiga
syarat seseorang bisa dikatakan “Pejabat publik”, yaitu: 1 bahwa dia adalah pegawai pemerintah; 2 menjabat sebagai pimpinan; dan 3 bahwa tugasnya
adalah mengurusi orang banyak. Sedangkan  dalam  UU.  No.  14  tahun  2008  tentang  Keterbukaan
Informasi Publik, “Pejabat publik” memiliki pengertian yang tegas dan jelas di
dalam pasal 1 angka 8: “Pejabat publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi  tugas  untuk  menduduki  posisi  atau  jabatan  tertentu  pada  badan
publik”. Sementara, yang dimaksud badan publik sebagaimana dinyatakan dalam  Pasal  1  angka  3  dalam  Undang-Undang  yang
sama: “Badan Publik adalah  lembaga  eksekutif,  legislatif,  yudikatif  dan  badan  lain  yang  fungsi
dan  tugas  pokoknya  berkaitan  dengan  penyelenggaraan  negara,  yang sebagian  atau  seluruh  dananya  bersumber  dari  Anggaran  Pendapatan  dan
Belanja  Negara  danatau  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Daerah,  atau
organisasi  nonpemerintah  yang  sebagian  atau  seluruh  dananya  bersumber dari  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Negara  danatau  Anggaran
Pendapatan  dan  Belanja  Daerah,  sumbangan  masyarakat,  danatau  luar negeri.”
1
Salah  satu  jabatan  publik  yang  populer  dan  mendapat  perhatian khsusus  dan  lebih  oleh  masyarakat  adalah  Anggota  Dewan  Perwakilan
Rakyat  Republik  Indonesia  DPR  RI  dan  atau  Anggota  Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR RI. Mereka dipilih dan
dipercaya  oleh  konstituennya  untuk  mewakili  aspirasi  mereka  dalam penyusunan regulasi dan anggaran untuk terlaksananya pengelolaan Negara
yang  baik  dan  efektif.  Penyalahgunaan  kewenangan  jabatan  publik  sering pula  terjadi  di  lembaga  legislatif  tersebut.  Kuatnya  kepentingan  partai  dan
kepentingan  pribadi  menjadikan  anggota  DPRMPR  RI  paling  rentan terkena  permasalahan  moral  ataupun  kasus  korupsi.  Memang  tidak  banyak
permasalahan moral maupun kasus korupsi  yang melibatkan DPRMPR RI bila  dibandingan  dengan  jumlah  Anggota  DPRMPR  RI  yang  ada.  Namun
seharusnya,  mereka  sebagai  wakil  rakyatnya  bisa  memberikan  contoh tauladan yang baik dengan menjalankan jabatan publiknya dengan baik dan
benar.  Bayangkan  bila  wakil  rakyat  menjadi  tidak  baik  karena  terlibat permasalahan  moral  dan  kasus  korupsi,  apa  yang  akan  terjadi  oleh  rakyat
yang diwalikinya? Rakyat, secara sadar maupun tidak sadar, akan mengikuti perilaku dan sikap wakilnya di DPRMPR RI.
1
Redaksi  Sinar  Grafika,  UU  Keterbukaan  Informasi  Publik  UU  RI  No.  14  Th.  2008, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2008, h. 3.
Beberapa  Anggota  DPRMPR  RI  yang  konsisten  dengan  apa  yang menjadi  pekerjaan  dan  apa  yang  diperjuangkannya  adalah  mereka  yang
justru  bukan  berasal  dari  partai  politik  yang  berbasiskan  agama  tapi  partai politik  berbasiskan  nasional.  Salah  satunya  adalah  Hajriyanto  Y.  Thohari,
Anggota  DPRMPR  RI  dari  Partai  Golkar  yang  saat  ini  menjabat  sebagai Wakil  Ketua  MPR  RI.  Beliau  selain  menjabat  sebagai  Wakil  Ketua  MPR
RI,  adalah  seorang  aktivis  organisasi  dakwah  kemasyarakatan  Ormas Muhammadiyah.  Menarik  untuk  diteliti  dan  dianalisa,  bahwa  apakah  latar
belakang  organisasi  dan  partai  politik  berpangaruh  dalam  sukses  atau tidaknya  Hajriyanto  Y.  Thohari  dalam  menjalankan  pengelolaan  jabatan
publik. Dengan konsep performa komunikatif, penelitian ini mencoba untuk mengurai apa yang melatarbelakangi dan bagaimana seorang Hajriyanto Y.
Thohari mengelola jabatan publik tersebut. Konsep  performa  komunikatif  yang  diambil  dari  Teori  Budaya
Organisasi  dapat  menganalisis  bagaimana  seseorang  dalam  menjalankan tugasnya  di  suatu  organisasi  tertentu  bisa  dilihat  dari  berbagai  varian  yang
terdapat  di  Konsep  Performa  Komunikatif,  yaitu  1  Perfoma  Ritual,  2 Performa  Hasrat,  3  Performa  Sosial,  4  Performa  Politis,  dan  4  Performa
Enkulturasi.
2
Performa  itu  sendiri  memiliki  definisi  metafora  yang menggambarkan proses simbolik pemahaman akan perilaku manusia dalam
sebuah organisasi.
3
2
West,  Turner,  Pengantar  Teori  Komunikasi,  Edisi  3,  Analisis  dan  Aplikasi  Jakarta: Salemba Humanika, 2008. h. 325.
3
Ibid., h. 326
Dan  keberhasilan  Pejabat  publik  dalam  menajalankan  tugasnya  bila dianalisis  dengan  konsep  Performa  Komunikatif  sangatlah  sedikit.  Oleh
karena  itu,  penelitian  ini  mengambil  judul  Performa  Komunikatif Hajriyanto  Yasin  Thohari  dalam  Implementasi  Pengelolaan  Jabatan
Publik.
                