Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat hasil hubungan antara variabel, yakni dukungan pasangan memberi pujian dan dukungan serta
aturan makanan dan diet dan kepatuhan diet. Hasil analisis hubungan dukungan pasangan memberi pujian dan dukungan serta makanan dan
diet terhadap kepatuhan diet menunjukkan pola positif, yaitu berarti semakin tinggi nilai dukungan pasangan maka semakin tinggi tingkat
kepatuhan diet responden. Hubungan antara memberi pujian dan dukungan terhadap kepatuhan diet menunjukkan r = 0,608 yang berarti hubungan
tersebut kuat dengan nilai signifikansi p = 0,000, sedangkan untuk hubungan antara aturan makanan dan diet terhadap kepatuhan diet
menunjukkan r = 0,395 yang berarti hubungan tersebut rendah dengan nilai signifikansi p = 0,003. Dari hasil uji signifikansi menunjukkan
bahwa nilai signifikansi p 0,005, sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan
diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.
71
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan secara mendalam dan memberikan interpretasi mengenai analisis faktor kuesioner, analisis univariat dan analisis
bivariat yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta keterbatasan penelitian.
A. Analisis faktor kuesioner
Item-item pernyataan dalam kuesioner disusun oleh peneliti sesuai dengan teori Sarafino 2004 yang telah dibahas dalam kajian pustaka.
Kuesioner penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu kuesioner dukungan pasangan dan kuesioner kepatuhan diet. Jumlah keseluruhan item kuesioner adalah 18
item pernyataan untuk kuesioner dukungan pasangan dan 9 pernyataan untuk kuesioner
kepatuhan diet.
Setelah dilakukan
pengukuran dengan
menggunakan metode faktor analisis didapatkan data yang telah disajikan pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada kuesioner dukungan pasangan
terbentuk dua faktor, diantaranya item pernyataan nomor
6, 12, 7, 13, 11, 14, 18, 10, 17, 15, dan 9
membentuk faktor memberi pujian dan dukungan, serta nomor item 2, 1, 3, 8, 19, 4, dan 5 membentuk faktor aturan makanan dan
diet. Sedangkan untuk kuesioner kepatuhan diet hanya terbentuk satu faktor yaitu item pernyataan nomor 2, 10, 7, 3, 9, 5, 4, 8, dan 6.
Jumlah item kuesioner yang telah diuji validitasnya yaitu 19 item pernyataan untuk kuesioner dukungan pasangan dan 10 item pernyataan
unutk kuesioner kepatuhan diet, dari dua kuesioner tersebut peneliti
melakukan analisis dan pengukuran kembali. Hasil dari analisis dan pengukuran kembali dengan menggunakan metode faktor analisis pada 54
sampel uji coba, peneliti menghapus satu item pernyataan pada kuesioner dukungan pasangan dan satu item pernyataan pada kuesioner kepatuhan diet.
Hal ini berkaitan dengan hasil statistik yang menunjukkan kedua item tersebut tidak valid.
Item nomor 16 dengan pernyataan “Pasangan saya mengantar atau mendampingi saya ketika
berobat ke pelayanan kesehatan.” pada kuesioer dukungan pasangan memiliki factor loading 0,136 dan item
no mor 1 dengan pernyataan “Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan
yang sudah dikonsultasikan dengan dokter, perawat atau petugas kesehatan lain.
” untuk kuesioner kepatuhan diet memiliki factor loading 0,166. Hasil ketidakvalidan dari item pernyataan tersebut dapat dikarenakan jawaban
responden yang variatif, sehingga menyebabkan responden ragu-ragu dalam memilih jawaban.
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Munjul a.
Usia Responden
Responden dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus DM tipe 2 yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Munjul. Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 54 orang. Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan
bahwa rata-rata usia penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul tahun 2015 adalah 55,9 tahun dengan usia
termuda adalah 34 tahun dan usia tertua adalah 83 tahun. Usia diatas 40 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi
terjadinya DM tipe 2. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada lansia usia 40-65 tahun,
disamping adanya riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan Smeltzer Bare, 2002.
Usia mempengaruhi resiko dan kejadian DM tipe 2. Usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah,
sehingga semakin meningkatnya usia maka prevalensi DM tipe 2 dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua
terjadi pada usia diatas 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Setelah usia 30 tahun, kadar
glukosa darah akan naik 1-2 mgdLtahun pada saat puasa dan akan naik 5,6-13mgdL pada 2 jam setelah makan Sudoyo, 2006. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori tersebut bahwa rata-rata usia responden adalah 56 tahun, dengan usia termuda adalah 34 tahun
dan usia tertua adalah 83 tahun.
b. Jenis Kelamin Responden
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Munjul adalah