Morfologi Cara Penulisan Kata

12 1. Morfem Morfem adalah bentuk bahasa yang dapat dipisah-pisahkan menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian dapat diceritakan lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang jika dipotong lagi tidak mempunyai makna. Oleh karenanya, al-khuli mendefinisikan morfem sebagai satuan gramatikal terkecil, otonom, dan mempunyai makna . Dalam bahasa Arab, kita bisa mengambil contoh pada kata al- ilm yang dapat dipisah menjadi al + ilm. Morfem al- merupakan morfem morfem terikat, sedangkan kata ilm merupakan morfem bebas. 18 Morfem bebas adalah morfem yang tidak tergantung pada adanya morfem lain. Ia dapat berdiri sendiri dan dapat membentuk suatu kata. Contohnya kata fahima. Sementara itu, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri. Ia tidak dapat membentuk suatu kata dan tidak mempunyai makna bila tidak digabungkan dengan kata lain. Contohnya artikel al-. 2. Akar Ashl dan Pola Wazn Bahasa Arab memiliki prinsip akar dan pola. Secara struktur dan semantic, leksikon bahasa arab berkaitan dengan akarnya. Akar-akar tersebut diderivasikan dengan menggandakan radikal tengah, menambahkan prefiks yang berupa konsonan, atau kombinasi dari proses-proses tersebut. 18 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 60. 13 Maksud dari akar adalah asal sebuah kata . Kata kataba mempunyai asal KTB. Dari asal kata ini nantinya akan melahirkan beberapa pola atau bentuk kata, atau yang disebut juga dengan pola wazn. Contoh pola pada kata kataba adalah yaKTubu menulis ,KiTa:B buku , maKTaB meja , maKTaBah perpustakaan . muKa:TaBah,dsb. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akar adalah asal dari suatu kata, sementara pola adalah bentuk kata yang mengalami perkembangan sehingga dari satu asal kata menghasilkan kata yang berbeda-beda dengan makna yang tentunya berbeda pula dan inilah yang diistilahkan dalam bahasa Arab dengan tashri:f derivasi, yaitu adanya proses pembentukan kata baru. Pada saat sebuah kata sebuah kata mengalami suatu proses pembentukan kata lain, sebenarnya ia telah mengalami dua perubahan, yaitu yang disebut dengan mofrosintaktik infleksi dan morfoseantik derivasi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa morfositaksis lebih menekankan kepada proses pembentukan kata baru karena unsur gramatikalnya, sementara morfosemantik menekankan pada proses pembentukan kata-kata baru karena adanya perubahan pada pola dasarnya. 3. Kelas Kata Aqsa:m al-Kalimah Ni mah membagi kelas kata dalam bahasa Arab menjadi tiga: nomina, verba, dan partikel. Nomina ism adalah kata yang mengacu pada makna yang terkandung di dalamnya tanpa menunjukkan hubungan dengan waktu atau kala. 14 Verba fi il adalah kata yang mengacu pada suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Partikel harf adalah kata yang hanya mempunyai makna bila berdampingan dengan kata lain. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki tidak kurang 13 anggota kelas kata, bahasa Arab hanya memiliki tiga saja anggota kelas kata. Ini tidak berarti bahasa Arab tidak memiliki anggota kelas kata, selain tiga yang sudah disebutkan sebelumnya. Dalam bahasa Arab, pronominal dhami:r, adjektiva shifah, numeralia adad, adverbial zharaf, demonstrativaisya:rah, semuanya masuk dalam kategori ism. Semantara itu, interogative istifha:m, preposisi jarri, konjungsi athf, semuanya masuk dalam kategori harf. 4. Nomina ism Wright membagi nomina menjadi nomina primitf dan nomina derivatif. Nomina primitif merupakan kata benda, seperti rajul lelaki , ﲔ ﻋ ain mata . Nomina derivatif bisa berupa kata benda atau ajektiva, deverba yang diderivasikan dari verba,seperti ﻢ ﻴ ﺴ ﻘ ﺗ taqsi:m divisi dari ﻢ ﺴ ﻗ qasam- membagi , atau denominatif yang diderivasikan dari nomina, seperti ma sadah tempat yang dipenuhi singa dari asad singa . Perkembangan mutakhirnya, nomina juga dibentuk dari pronomina dan artikel departikulatif,seperti ana:niyyah egoisme , ﺔ ﻴ ﻔ ﻴ ﻛ kayfiyyah kualitas . Nomina sendiri mempunyai beberapa ciri berikut: 1 kata yang berharakat bernunasi tanwin, seperti rajulun seorang lelaki ; 2 kata yang dibubuhi 15 artikel alif lam , seperti al-rajulu lelaki itu ; 3 kata yang didahului preposisi jarr , seperti min al-rajul dari lelaki itu dan partikel sumpah , , , seperti billa:hi demi allah. 5. Verba Verba atau kata kerja adalah jenis kata yang mengandung makna dasar perbuatan aksi, proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Berdasarkan bentuknya, verba dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, verba asal, yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contohnya, katab, qara a, ja a, dan lain sebagainya. Kedua, verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau berupa penggabungan paduan bentuk dasar. Contohnya, yaktub dan yaqra . 19 a Infleksi adalah kata kata dalam bahasa bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu. Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu. Dalam bahasa Arab perubahan perubahan tersebut berupa perubahan bentuk jumlah dan jenis. 20 b Derivasi adalah proses pembentukan kata kata, atau dapat diartikan perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis 19 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 68. 20 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 68. 16 yang lain. Derivasi juga dikenalkan dengan nama morfosemantik, yaitu suatu bentuk proses morfologis pada dataran pembentukan kata baru, yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-tashrif al-ishthilahi. Perubahan perubahan yang terjadi di dalam derivasi ini terletak pada pola kata, baik nantinya pola itu terdiri dari tiga atau lebih. 21 6. Partikel harf Menurut Syaibah, harf terbagi menjadi 3 tiga: 1 harf yang mendampingi ism; 2 harf yang mendampingi fi il; 3 harf yang mendampingi ism dan fi il. Harf yang mendampingi ism biasanya berfungsi sebagai preposisi harf al-jarr; harf al-nida : partikel vokatif ; dan partikel akusatif na:shib, seperti anna bahwa , kaanna sepertinya , lakinna tetapi , laita andai saja . Sementara itu, harf yang mendampingi fi il biasanya merupakan partikel akusatif, seperti an bahwa , lan tidak pernah , kai agar , idzan jadi ; juga harf yang merupakan partikel jusif, seperti lam belum , la: jangan , in pada klausa kondisional andai . Lain lagi, harf yang bisa mendampingi ism dan fi il. Ia biasanya berupa konjungsi harf al- athf, harf al-istifha:m partikel tanya, harf al-jawa:b partikel jawab, seperti na am iya dan la: tidak , dan sebagainya. 21 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 70. 17 7. Pembentukan Kata Bina: al-Kalimah Beberapa kata baru terbentuk melalui proses pengabungan dua kata atau lebih. Perpaduan ini sedikitnya dapat berwujud ke dalam beberapa jenis perpaduan kata berikut: afiksasi, pemajemukan, akronim, pembentukan susut, abreviasi, paduan dan pemenggalan.

B. Wawasan Semantik 1. Pengertian Semantik

Kata semantik berasala dari bahasa Yunani sema kata benda yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Tanda atau lambang itu sendiri dikemukakan Ferdinand De Saussure terdiri dari dua bagian, yaitu komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang disebut referen atau hal yang ditunjuk. 22

2. Jenis-Jenis Makna

1. Makna Leksikal Istilah leksikal adalah bentuk ajektifa dari nomina leksikon, yang berasal dari leksem. Dalam kajian morfologi leksem lazim diartikan sebagai bentuk dasar yang setelah mengalami proses gramatikalisasi akan menjadi kata. Sedangkan 22 Abdul Chaer, Pengantar semantik Bahasa Indonesia Jakarta: Pt Rineka Cipta.2009 cet 2, h.2. 18 dalam kajian semantik leksem lazim diartikan sebagai satuan bahasa yang memiliki satu makna atau satu pengertiaan. 23 Jadi, makna leksikal adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh sebuah leksem. Makna leksikal ini dapat juga diartikan sebagai makna kata secara lepas, di luar konteks kalimatnya. Makna leksikal ini terutama yang berupa kata atau entri yang terdaftar dalam kamus. Misalnya, bagian tubuh dari leher ke atas adalah makna leksikal dari kata kepala , sedangkan makna ketua atau pemimpin bukanlah makna lesikal. Sebab untuk menyatakan makna ketua atau pemimpin kata kepala itu harus bergabung dengan unsur lain, seperti dalam frase kepala sekolah atau kepala kantor. 24 2. Makna Gramatikal Makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Di dalam semantik makna gramatikal dibedakan dari makna leksikal. Sejalan dengan pemahaman makna dibedakan dari arti. Makna merupakan pertautan yang ada antara satuan bahasa, dapat dihubungkan dengan makna gramatikal, sedangkan arti adalah pengertiaan satuan kata sebagai unsur yang dihubungkan. 25 23 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik Jakarta: Pt Rineka Cipta.2003, cet 1, h.269. 24 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, cet 1, h. 270. 25 T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Relasi Makna Paradigmatik-Sintagmatik-Derivasional Bandung: PT Refika Aditama,2013, cet 5, h. 16. 19 Oleh karna itu, pada makna sebuah kata baik kata dasar maupun kata jadian, sering sangat tergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi maka makna gramatikal ini sering juga disebut makna kontekstual atau makna situasional. 26 3. Makna Kontekstual Makna Kontekstual adalah teori yang berasumsi bahwa sistem bahasa itu saling berkaitan satu sama lain di antara unit-unitnya, dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Karena itu, dalam menentukan makna, diperlukan adanya penentuan berbagai konteks yang melingkupinya. Teori yang dikembangkan oleh Wittgenstein ini menegaskan bahwa makna suatu kata dipengaruhi oleh empat konteks, yaitu : a konteks kebahasaan, b Konteks emosional, c konteks situasi dan kondisi. Dan d konteks sosio-kultural. 27

3. Teori Makna

Makna merupakan pertautan yang ada di antara unsur-unsur suatu bahasa terutama kata-kata. Menurut Palmer makna hanya menyangkut intrabahasa sedangkan menurut Lyons mengkaji makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lainnya. Dalam hal isi komunikasi ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri. Makna mempunyai tiga tingkat keberadaan, yakni : 1. Pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan. 2. Kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan. 26 Abdul Chaer, Pengantar Semantik, cet 2, h. 62. 27 Moh.Matsna, Orientasi Semantik , h, 21.