Tinjauan Pustaka Metodologi Peneltian

9

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat masalah penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II kerangka teori mencakup morfologi yang terdiri atas morfem, akar ashl dan Pola wazn, kelas kata, nomina, verba, partikel, pembentukan kata. Wawasan semantik yang mencakup terdiri atas pengertian semantik, jenis-jenis semantik, teori semantik, rincian dalam konteks dan pentingnya makna kontekstual dalam terjemahan. Yang terakhir penerjemahan yang mencakup terdiri atas model penerjemahan, memperhatikan tujuan kalimat dan memperhatikan konteks kalimat. Bab III biografi mencakup riwayat hidup, latar belakang pendidikan, aktifitas dakwah dan politik dan gamabaran umum buku tadzkiroh. Bab IV analisis mencakup temuan ayat- ayat al-Qur an yang terdapat kata tâghût dan analisis terjemahan kata tâghût dan konsekuensi teologis. Bab V penutup mencakup kesimpulan dan saran-saran. 10

BAB II KERANGKA TEORI

A. Morfologi

Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks dalam proses afiksasi, pengulangan dalam proses reduplikasi, penggabungan dalam proses komposisi, pemendekan dalam proses akronimisasi, dan pengubahan status dalam proses konversi. 13 Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari bentuk betuk kata dan segala hal proses pembentukannya. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dalam bahasa arab, ilmu ini lebih dikenal dengan ilm al-sharf yang merupakan satuan gramatikal yang membahas masalah struktur intern kata. Menurut Verhaar, secara terminologi morfologi adalah salah satu dari bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Definisi lain dikemukakan oleh Hijazi yang menyatakan bahwa morfologi adalah penyatuan dari beberapa unsur bunyi yang ada sehingga menjadi sebuah kata yang mengalami afiksasi. 14 Sebagai suatu disiplin ilmu, ia tidak berdiri sendiri tanpa adanya keterikatan atau ketergantungan pada ilmu yang lain. Oleh karena itu, morfologi 13 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia pendidikan proses Jakarta :Rineka Cipta, 2008, h. 25. 14 Moch Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab Jakarta, UIN, 2010, cet 1, h. 59. 11 tidak bisa lepas dari tiga unsur subdisiplin linguistik lainnya fonologi, sintaksis, dan semantik. Inilah alasan mengapa linguistik sering juga disebut dengan linguistik umum general linguitic. Dengan demikian, sangat tampak bangunan komunal linguistik itu sendiri dan pertanda bahwa terdapat unsur keterkaitan yang kuat antara beberapa subdisiplin ilmu. Lebih konkret lagi dapat kita kaji bahwa linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Arab, Indonesia, Inggris, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi manusia. 15 Morfologi merupakan salah satu dari empat unsur pokok fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik dalam ilmu linguistik. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hijazi. Meskipun ada pula pedapat lain yang menganggap bahwa fonetik dan fonologi adalah dua hal yg berbeda, didasarkan pada fungsionalitas bunyi yang dikaji. Belakangan selain subdisiplin tersebut, dimasukkan pula pragmatik dalam unsur pokok lingustik. 16 Terlepas dari itu, beberapa karya tentang morfologi dalam bahasa Arab, diiringi dengan pembahasan sintaksis. Bahkan, Al-Zaji berpendapat bahwa morfologi dan sintaksis adalah dua ilmu yang sama. Hal ini menunjukan bahwa morfologi merupakan disiplin ilmu yang keberadaanya sangat diperlukan, karena morfologi adalah salah satu inti ilmu yang memfasilitasi pemahaman terhadap makna sebuah teks, terutama bahasa Arab. 17 15 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 59. 16 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 60. 17 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 60.