Teori Makna Penerjemahan kata taghut : studi terjemahan ayat-ayat Al-Qur'an atas buku ' Taszkiroh' karya Abu Bakar Ba'asyir

21 kata B akan memiliki jenis hubungan yang berbeda bila A dihubungkan dengan C. 28 Konteks kebahasaan berkaitan dengan struktur kata dalam kalimat yang dapat menentukan makna yang berbeda, seperti taqdim posisi didahulukan dan ta khir diakhirkan, seperti: berbeda dengan . Konteks emosional dapat menentukan makna bentuk kata dan strukturnya dari segi kuat dan lemahnya muatan emosional, seperti dua kata yang berarti membunuh , yaitu: ﻞ ﺘ dan ﻞ ﺘ ﻗ yang pertama digunakan dalam pengertiaan membunuh orang yang mempunyai kedudukan sosial yang tinggi dan dengan motif politis, sedangkan yang kedua membunuh secara membabi buta dan ditujukan kepada orang yang tidak memiliki status sosial yang tinggi. Konteks situasi adalah situasi eksternal yang membuat suatu kata berubah maknanya karena adanya perubahan situasi. Sedangkan konteks kultural adalah nilai-nilai sosial-kultural yang mengitari kata yang menjadikannya mempunyai makna yang berbeda dari makna leksikalnya. Menurut J.R. Firth, teori kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan semantik bandingan antar bahasa. Makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Teori ini juga mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks. Namun demikian, ada yang berpendapat bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau premier yang terlepas dari konteks situasi. Kata 28 T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengantar ke arah Ilmu Makna Bandung: PT Refika Aditama, 1999, cet 2, h. 5-6. 22 baru mendapatkan makna sekunder sesuai dengan konteks situasi. Singkatnya hubungan makna bagi firth, baru dapat ditentukan setelah masing-masing kata berada dalam konteks pemakaian melalui beberapa tataran analisis, seperti leksikal, gramatikal, dan sosio-kultural. 29 Makna sebuah kata bergantung pada penggunaannya dalam bahasa kalimat. Misalnya kata baik, jika ia bersanding pada seseorang maka makna terkait dengan budi perkerti yang dimiliki. Namun jika kata baik oleh seorang dokter kepada pasien, maka ia berarti sehat. Begitu juga jika kata baik oleh pedagang buah, maka artinya adalah segar, bersih dan bergizi. 30 Kata hub mencintai dalam kalimat ana uhibu ummî saya mencintai ibuku yang disampaikan pada saat kesusahan dengan ana uhibu umî dalam suasana lebaran, akan berbeda kadar makna mencintai karena konteks emosinya yang berbeda. Begitu pula penggunaan kata dalam konteks-konteks yang lain 31

4. Rincian dalam Konteks

32 Unsur-unsur pembicara, pendengar, dan benda atau situasi keadaan, peristiwa, dan proses yang menjadi acuan dalam konteks wacana dapat dirinci. Setiap orang pembicara memiliki cara untuk memperkenalkannya sesuai dengan konteks. Ciri-ciri orang dapat diperjelas acuannya, misalnya dengan ciri fisik luar atau dengan uraian yang agak emosional, bahkan dapat pula dinyatakan 29 Moh.Matsna, Orientasi Semantik, h. 23. 30 Ahmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, Malang: UIN Malang Pres, 2007, h. 29-40. 31 Ahmad Muzakki, Kontribusi Semiotika, h. 29-40. 32 Abdul Chaer, lingiustik Umum Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994 h. 35-37. 23 dengan perbuatan yang sedang dilakukan orang tersebut. Bila perhatikan antara lain ada: a. Rincian ciri luar fisik; Rincian ini dapat melibatkan ciri-ciri yang dimiliki oleh manusia, benda, binatang secara fisik, atau ciri luar yang menyangkut milik atau ciri luar dari bagian tubuh yang menonjol secara fisik. Contoh: Pandangannya tertuju kepada laki-laki yang tegap, berkumis tebal, dengan dahi lebar. b. Rincian emosional Rincian emosional berhubungan erat dengan makna feeling di dalam semantik. Makna feeling perasaan berhubungan dengan sikap pembicara, situasi pembicaraan. Rincian emosinonal di dalam konteks wacana menyangkut masalah perasaan emosi. Contoh: Gadis cantik yang mungil itu duduk di atas permadani. c. Rincian perbuatan Rincian perbuatan menyangkut upaya ragam tindakkan yang dilakukan atau yang dialami oleh pelaku atau pengalaman di dalam konteks wacana. Rincian perbuatan menunjukkan atau mengacu pada unsur-unsur sebagai ciri atau pewatas acuan orang, binatang, benda tertentu. Contoh: Laki-laki yang sedang berjalan itu, guru saya. d. Rincian campuran mis., rincian emosional dan perbuatan Rincian campuran ini terjadi antara rincian emosional dan perbuatan, fisik dan perbuatan, atau fisik dan emosinal, dan sebagainya. Upaya yang digunakan merupakan campuran dari fisik, perbuatan dan emosional, olehkarena itu disebut 24 campuran. Contoh: Mila yang cantik itu mengambil gelas dari dapur, ia berbaju hijau pada waktu itu, serta rambutnya yang ikal sebatas bahu membuat wajah bulat itu bertambah menarik. Gelas itu diberikan kepada temannya yang berkumis tipis berperawakan mungil seperti perempuan, tangannya gemetar menuangkan wiski ke dalam gelas tadi.

5. Pentingnya Makna Kontekstual Dalam Terjemahan

Makna dan terjemahan memiliki hubungan yang sangat erat. Menurut Newmark menerjemahkan berarti memindahkan makna dari serangkaian atau satu unit linguistik dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Yang perlu dicermati adalah di dalam sebuah wacana terdapat lebih dari satu macam makna. Oleh sebab itu menurut Suryawinata ada lima macam makna, yaitu makna leksikal, gramatikal, tekstual, kontekstual atau situasional, dan makna sosiokultural. 33 Berkaitan dengan penerjemahan, makna merupakan referensi dasar bahasa yang selalu diperhatikan. 34 Teori makna kontekstual dalam dunia penerjemahan memiliki peran yang sangat penting karena makna suatu kata seperti makna konotatif dalam prakteknya sangat bergantung dalam konteks sekaligus relasi dengan kosa kata lainnya dalam kalimat. Contoh: kata kitâbun dalam makna dasar bermakna Buku tetapi ketika kata kitab dihubungkan dengan konsep Islam serta kemudian ditempatkan dalam hubungan erat dengan kata-kata 33 Sa adah, Analisis semantik Kontekstual atas penerjemahan Kata Arab serapan, Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010, h. 26. 34 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah,2008, h. 136.