Latar Belakang Pendidikan Memperhatikan Konteks Kalimat

38 pada tahun 1985, kedua tokoh itu melarikan diri ke Malaysia saat mereka dikenai tahanan rumah. Di Malaysia, pada tahun 1985 sampai 1999 aktivitasnya hanya berdakwah menurut ajaran Al Quran dan Hadits setiap sebulan sekali dalam sebuah forum tanpa organisasi. Tetapi pemerintah Amerika Serikat memasukkan nama Baasyir sebagai salah satu teroris karena keterkaitannya dengan jaringan Al-Qaeda. Sekembalinya dari Malaysia, Baasyir langsung aktif di Majelis Mujahidin Indonesia MMI yang merupakan salah satu dari Organisasi Islam baru yang bergaris keras dengan tujuan menegakkan Syariah Islam di Indonesia. Pada bulan Februari 2002, Menteri Senior Singapura, Lee Kuan Yew, menyatakan bahwa Indonesia, terutama kota Solo sebagai sarang teroris dengan salah satu pentolannya adalah Abu Bakar Baasyir. Pada tanggal 19 April 2002, Abu Bakar Baasyir menolak eksekusi atas putusan Mahkamah Agung MA untuk menjalani hukuman pidana selama 9 tahun atas dirinya dalam kasus penolakannya terhadap Pancasila sebagai asas tunggal pada tahun 1982 karena menganggap Amerika Serikat mendalangi eksekusi yang sudah kadaluwarsa itu. Kemudian pada bulan April 2002, dia meminta perlindungan hukum kepada pemerintah atas dasar putusan kasasi MA tahun 1985, sebab dasar hukum untuk penghukuman Baasyir, yaitu UU Nomor 11PNPS1963 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Subversi sudah tidak berlaku lagi dan pemerintah pun sudah memberi amnesti serta abolisi kepada tahanan dan narapidana politik dari masa itu. Pada tanggal 8 Mei 2002, Kejaksaan 39 Agung membatalkan rencana eksekusi terhadap Abu Bakar Baasyir. Sebaliknya, Kejagung menyarankan kepada Kepala Kejaksaan Negeri Sukoharjo Jawa Tengah untuk meminta amnesti bagi Baasyir kepada Presiden Megawati Soekarnoputri. 61 Tanggal 8 Agustus 2002, Majelis Mujahidin Indonesia mengadakan kongres I di Yogyakarta untuk membentuk struktur kepemimpinan di mana Ustadz Abu Bakar Baasyir dipilih sebagai ketua Mujahidin sementara. Setelah sekian lama, pada akhir tahun 2002 akhirnya beliau kembali ke pesantren Ngruki untuk mengajar. Tapi kabar kontroversial kembali menyeruak kala pada bulan September 2002 Majalah TIME menulis berita dengan judul Confessions of an Al Qaeda Terrorist di mana ditulis bahwa Abu Bakar Baasyir disebut-sebut sebagai perencana pemboman di Mesjid Istiqlal. TIME mendasarkan tulisan pada dokumen CIA, dan pengakuan Umar Al-Faruq, seorang pemuda warga Yaman berusia 31 tahun yang ditangkap di Bogor pada Juni 2002. Seluruh isi artikel tersebut disangkal oleh Abu Bakar Baasyir. Oktober 2002, Abu Bakar Baasyir mengadukan Majalah TIME, menurutnya berita itu masuk dalam trial by the press dan berakibat pada pencemaran nama baiknya. Proses hukum dan usaha penjelasan pada masyarakat mengenai kasus ini berlangsung sepanjang tahun 2002. 62 61 Swasti Prawidya Mukti, Biografi Abu Bakar Baasyir, artikel diakses pada 20 februari 2015 dari http:profil.merdeka.comindonesiaaabu-bakar-baasyir 62 Prawidya Mukti, Biografi Abu Bakar Baasyir.