Membentuk Karakter Anak

2. Membentuk Karakter Anak

Pengertian karakter menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna tabiat atau watak (Tim Penyusun KBBI, 1990:389). Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabi’at, temperamen, watak.” (Zubeidi, 2012:8).

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan tata cara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Abdul Haris

50 Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 50 Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”

Simon Philips mengemukakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandaskan pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan (Muslich, 2013:70). Sementara menurut Ginanjar dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al- Asma’ul Husna. Sifat-sifat dan nama-nama Allah ini merupakan sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan oleh siapa pun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-nama Allah itu, ia merangkumnya dalam tujuh karakter dasar berikut ini: jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli dan kerja sama. Meskipun demikian, karakter Nabi Besar Muhammad SAW, hanya mencakup empat hal, yakni Sidiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah (STAF). Keempat hal tersebut telah mencakup seluruh perilaku, sehingga Dia dijuluki Al-Amin (orang yang dapat dipercaya) (Mulyasa, 2014:16).

Pendidikan dalam Islam tidak hanya mentransfer ilmu tapi juga diiringi dengan upaya قﻼﺧﻻا مر ﺎﻜﻣ ﺎﻤﲤﻻ ﺖﺜﻌﺑ ﺎﳕا

memberikan keteladanan (qudwah), dari pendidik dalam rangka membentuk karakter anak َۡ  didik. Dan itu merupakan upaya untuk melahirkan seorang yang berilmu, berkarakter, beradab ْاُَ َنُِٰ َ ۡٱ ُُَ ََ اَذ ٗۡَ ِض ٱ َ َ َنُۡَ َِ ٱ ٱ ُدَِَو

dan berakhlakul karimah membangun karakter akhlak diantaranya yaitu Al-quran surah An-Nur ayat 30 sebagai berikut:

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaklah mereka menah-

an pandangannya dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci

bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur : 30)

Syafei Ma’arif dalam kata pengantar pada Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, mengatakan Akhlak merupakan pondasi dasar sebuah karakter diri, sehingga pribadi yang berakhlak baik akan menjadi masyarakat yang baik pula. Akhlaklah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya (Syafri, 2012,68).

Jadi Al-Quran sendiri melakukan proses pendidikan akhlak melalui latihan-latihan, baik formal ataupun nonformal. Dalam kontek Islam, karakter berkaitan dengan iman dan ihsan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles bahwa, karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan diamalkan (Mulyasa, 2014,3).

Sejalan dengan pendapat tersebut Dirjen Pendidikan Islam (2010) mengemukakan bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentiikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan individu yang lain. Orang dikatakan berkarakter bila ia berperilaku sesuai dengan etika atau kaidah moral. Selanjutnya Lickona (1992) menekankan

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”

Menurut megawangi dalam E. Mulyasa, dia menyusun Menurut Megawangi ada 9 pilar karakter mulia yang seharusnya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter yaitu: Cinta Allah dan kebenaran, tanggung jawab, disiplin dan berani, amanah dan hormat dan Santun, kasih sayang, peduli dan kerjasama, percaya diri, kreatif dan pantang menyerah, adil dan berjiwa kepemimpinan, baik dan rendah hati dan toleran dan cinta damai (Mulyasa, 2014:3-4)

Pendidikan karakter yang kemudian menjadi character education menjadi tema populer saat ini, terutama setelah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan pada 2 Mei 2010, dengan menjadikan pembangunan karakter sebagai fokus pendidikan nasional. Deklarasi itu disambut dengan penuh antusias. Agar mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan, yaitu memperbaiki karakter orang Indonesia, hendaknya bukan hanya sekadar deklarasi, tetapi diikuti oleh pencanangan perubahan paradigma, yakni berpindah dari paradigma bahwa pendidikan karakter hanya oleh guru agama dan PKn menuju paradigma bahwa pendidikan karakter adalah tugas semua aparat yang terkait dengan anak didik.

Pendidikan karakter sebenarnya bukan hal yang baru. Sejak awal kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, dan masa reformasi sudah dilakukan dengan nama dan bentuk yang berbeda- beda. Akan tetapi, hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini terbukti dari fenomena sosial yang menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter (Hamid, 2013).

Jadi Pendidikan Karakter yaitu Usaha sadar yang dilakukan untuk menanamkan kebiasaan, tentang nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan berdasarkan sifat yang dimiliki Rasulullah yaitu Siddiq, Amanah, Tabligh dan fathonah.

Anak adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di sekolah. Anak sebagai agent of change, anak merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sekolah, sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Sebagai suatu komponen pendidikan, anak dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan psikologis, pendekatan sosial, dan pendekatan edukatif/ paedagogis. Istilah “anak” berasal dari bahasa Sanskerta “shastri” artinya orang yang belajar kalimat suci dan indah (tim penulis kitab).

Pengertian pendidikan menurut beberapa ahli istilah, pendidikan berasal dari bahasa Inggris yaitu, “education berakar dari bahasa latin educare, yang dapat diartikan bimbingan berkelanjutan (to lead forth)” arti etimologis itu mencerminkan keberadaan pendidikan berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang kehidupan manusia. Menurut Muhajir menyatakan bahwa:

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang. Sedangkan pelayan yang menjemput dinamakan paedgogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Sedangkan dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.

Menurut Kihajar Dewantoro “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan bathin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita.” Pengertian karakter dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah “karakter” berarti sifat-sifat

52 Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 52 Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”

Dalam istilah Inggris, yaitu : “caracter of current English (2000) dapat diartikan : (1) All the qualities and features that make a person, groups of people, and places different from others (semua baik kualitas maupun ciri-ciri yang membuat seseorang, kelompok orang atau tempat berbeda dari yang lain); (2) the way the something is, or a particular quality or peature that a’thing, an event or a place has (cara yang khas atau kekhasan yang dimiliki oleh sesuatu, peristiwa atau tempat); (3) strong personal qualities such as the ability to deal with dificult or dangerous sitiations kualitas pribadi yang tangguh misalnya kemampuan dalam menghadapi situasi yang sulit atau berbahaya); (4) the interesting or unusual quality that a place or aperson has (kualitas menarik dan luar biasa yang dimiliki suatu tempat atau orang); (5) a person, particulary an unpleasant or strange one (orang yang aneh atau tidak menyenangkan); (7) the opinion the people have of you, particularly of whether you can be trusted or relied on (pendapat khalayak tentang anda, apakah anda dapat dipercaya). Dari penjelasan konsep karakter di atas, maka karakter pada nomor (5) dan (6) lebih bersifat informal sedangkan nomor (7) mengandung pengertian yang lebih bersifat formal.

Secara hariah menurut Hornby dan Parnwell karakter artinya “ kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi” Aziz menyimpulkan defenisi karakter adalah: “kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu lain dan keyakinan yang ditanamkan dalam proses pendidikan yang merupakan kepriabdian khusus melekat pada peserta didik. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan mempokuskan tata cara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Hamid, 2013)

Secara umum istilah “karakter” yang sering disamakan dengan istilah “temperamen”, “tabiat”, “watak” atau “akhlak” yang memberinya sebuah deinisi sesuatu yang meekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Secara hariah menurut beberapa bahasa, karakter memiliki beberapa arti seperti: “kharacter” (latin) berarti intrument of marking, “charessein” (Perancis) berarti to engrove (mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri wanci, “watak” (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan perangai.Dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki sejak lahir, sehinggaDoni Kusuma (2007:80) istilah karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan. Berpadanan dengan “character” yang dalam Oxford Advace Learner’s Dictionary. Karakter yang baik menurut Maxwell (2001) lebih dari sekedar perkataan, melainkan dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran, perkataan, perbuatan, kebiasaan, keberanian, usaha keras, dan bahkan dibentuk dari kesulitan hidup.

Dalam ”National Conference on Character Bulding”, Jakarta (2005),defenisi karakter yaitu,:“Charakter has been deined as the inner disposition conductive to right conduct. It is a person’s collection of attitudes and habits which enable and fasilitate moral action. It is a the foundation for all activity in the worlk; every task and every achivement bears the inprint of one’s character. Moreover, as we shall see, one result of attaining good character is that individuals are able to love others well and become more productive citizens. Good character is thus the foundation for all human endeavors.

Karakter dalam pendidikan Islam disebut juga dengan akhlak, di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat tentang membangun akhlak. Beberapa di antaranya adalah pengarahan agar umat manusia berakhlakul karimah. Diantaranya : QS. An-Nur: 30-31, QS. Al-Ahzab: 33 yang mengungkapkan hal-hal yang berkenaan dengan perilaku, penjagaan diri, sifat pemaaf dan kejujuran. Ayat tersebut adalah:

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”

Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka memeli-

hara kelamaluannya; yag demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur (24):30) Menurut Thomas Lickona, “Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk

kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, kerja keras dan sebagainya.” (Heri, 2012:23). Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus artinya yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).

Menurut Thomas, “mengatakan tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter seseorang akan cerdas emosinya, kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak dalam menyongsong masa depannya. Dengan kecerdasan emosi seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.” (Masnur, 2013:29-30).

Menurut megawangi mengemukakan karakter adalah tabiat langsung disetir oleh otak oleh karena itu kedua tahapan yaitu moral understanding, moral feeling itu perlu disuguhkan kepada peserta didik melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis, sehingga perilaku yang muncul benar-benar sesuai dengan yang diharapkan (Mulyasa, 2011:13- 15). Pendekatan pendidikan karakter menurut Daryanto dkk, yaitu dengan pendekatan keteladanan,pembelajaran,pemberdayaan dan pembudayaan, penguatan dan penilaian (Daryanto, 2013:103-126).

Tujuan dari pendidikan nilai adalah menghidupkan apa yang sudah ada dan menyediakan alat untuk memahamiapa dampak dari suatu tindakan pada diri sendiri, orang lain dan masyarakat, serta meningkatkan kemampuan kepemimpinan berdasarkan nilai-nilai tersebut. Karena menurut pendidikan karakter yang desain dan didefenisikan oleh kemediknas dan kebudayaan pendidikan karakter yaitu proses pendidikan yang melibatkan pengetahuan yang baik, (moral knowing), perasaan yang baik loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan prilaku dan sikap hidup peserta didik (Munawar dkk, 2014:xix-xx).

Tujuan Pendidikan Karakter seperti penjelasan yang telah diuraikan diatas bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan akhlak yang menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan karakter menyentuh unsur mendalam dari pengetahuan, perasaan dan tindakan. Dalam Islam ketiga unsur ini disebut degan unsur akidah, unsur ibadah dan unsur muamalah (Munawar dkk, 2014:xix-xx).

Pendidikan Karakter harus diterapkan kepada anak sejak usia kanak-kanak karena pada usia itu sangat menetukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkata 30 % berikutnya terjadi pada usia 8 tahun dan 20% sisany pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Oleh karena itu pendidkan karakter harus dimulai dari keluarga yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter. Tujuan dari Pendidikan Karakter adalah: Membentuk anak berikir Rasional, dewasa dan bertanggung jawab, mengembangkan sikap mental yang terpuji, membina kepekaan sosial anak didik, membangun

54 Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 54 Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pengertian karakter anak adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandaskan pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan oleh para anak atau peserta didik yang ada di sekolah. proses pendidikan yang melibatkan pengetahuan yang baik, (moral knowing), perasaan yang baik loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan prilaku dan sikap hidup peserta didik. Indikator dari karakter anak yaitu: Cinta Allah dan kebenaran, tanggung jawab, disiplin dan berani, amanah dan hormat dan Santun, kasih sayang, peduli dan kerjasama, percaya diri, kreatif dan pantang menyerah, adil dan berjiwa kepemimpinan, baik dan rendah hati dan toleran dan cinta damai.