Hakekat Permainan Tradisional

1. Hakekat Permainan Tradisional

a. Pengertian Permainan Tradisional Istilah permainan berasal dari kata dasar “main”. Kata main diartikan sebagai melakukan

permainan untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat-alat tertentu atau tidak menggunakan alat. Sehingga, kata main merupakan kata kata kerja, sedangkan permainan merupakan kata benda jadian untuk memberi sebutan pada sesuatu yang jika dilakukan dengan baik akan membuat senang hati si pelaku. Menurut Desmita (2005), permainan adalah bentuk aktivitas yang menyenangkan dan dilakukan semata- mata untuk aktivitas tersebut dan bukan ingin memperoleh sesuatu dari aktivitas tersebut.

Selanjutnya tradisional berasal dari kata tradisi (tradition). Bungaran Antonius Simanjutak (2016: 145) menyatakan bahwa tradisi adalah sebagian unsr sistem budaya masyarakat yang merupakan warisan berwujud dari nenek moyang dan telah menjalani waktu ratusan tahun dan tetap dituruti oleh mereka yang lahir belakangan. Tradisi juga dapat diartikan sebagai adat

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”

b. Alat (Instrumen) Permainan Sebagaimana telah dijelaskan di awal, tujuan orang bermain adalah untuk mencari kesenangan,

dan pada dasarnya orang ingin senang. Kesenangan dapat ditemukan dimana-mana dan kapan saja apabila ia mampu memanfaatkan semua hal yang ditemuinya. Rasa senang dapat dialami oleh setiap orang, tua atau muda, kaya atau misikin, orang pandai atau bodoh, orang kota atau orang desa dan berlaku dari dulu, sekarang dan seterusnya sampai waktu tak terhingga. Salah satu sarana untuk membuat orang senang adalah permainan. Permainan itu diciptakan oleh manusia untuk manusia dengan menggunakan waktu, dan lingkungannya.

Diberbagai wilayah dunia yang beriklim gurun sekalipun orang bisa menemukan kesenagannya melalui permainan. Apa lagi jika dikaitkan dengan alam Indonesia yang ramah dibalut dengan gunung, ngarai dan lembah yang indah pemandangannya dan memberikan rasa senang bagi yang dapat menikmatinya.

Tidak semua permainan tradisional membutuhkan bahan atau peralatan. Permainan yang tidak memerlukan bahan atau peralatan lebih banyak daripada permainan yang memerlukan bahan atai peralatan. Bagi permainan yang membutuhkan bahan atau peralatan adalah hasil pemberian alam dan lingkungan. Alam terdiri dari darat dan laut sedang lingkungan adalah lora dan fauna yang ada diatasnya atau didalamnya. Masyarakat Indonesia masa lalu dan kini dapat menerima dan memanfaatkan pemberian alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi lahiriah dan kehidupan rohaniah termasuk permainan yang menyenangkan.

Dari akar, batang pohon, daun-daunan, hingga biji-bijian semuanya dapat dijadikan alat permainan. Di beberapa daerah seperti Yogyakarta, biji kemiri dapat dijadikan permainan jirak. Di Aceh permainan meupet-pet dan peh kaye menggunakan kayu. Di Jawa Barat batang daun pisang dijadikan bebedilan dan lain-lain. Bahkan kreatiitas membuat permainan tradisonal hingga menjadikan barang bekas seperti sandal, kaleng dan botol menjadi mobi-mobilan.

c. Cara Mengundi dan Memulai Permainan Kejujuran dan sportiitas merupakan ciri utama pada permainan tradisonal. Setiap permainan selalu dilakukan dengan melalui beberapa proses tahapan. Tahapan itu meliputi persiapan,

awal permainan, pelaksanaan dan akhir permainan. Ada permaianan yang tidak perlu dipimpin oleh seorang wasit. Ada pula permainan yang perlu dipimpin wasit, tetapi dapat berjalan baik meskipun tidak ada wasit. Biasanya wasit ditunjuk oleh kedua belah pihak yang bermain yang secara umum dipilih dari bentuk isik tentang siapa yang paling besar, atau yang paling tua.

Permainan yang tidak memerlukan wasit, misalnya gotong sisingaan di Jawa Barat; oncling dan baren di Jawa tengah; cahu dan dododio di Jakarta; asak-asakan dan meu een aceue di Aceh;

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”

Banyak jenis permainan banyak pula cara untuk menentukan pihak yang harus mulai permainan. Untuk menentukan pihak yang harus mulai permainan dilakukan secara undian. Ada permainan yang tidak memerlukan undian tetapi, langsung dapat dilakukan bersama. Ada permainan yang dilakukan dengan dimulai oleh satu pihak berdasar hasil persetujuan bersama. Namun ada permainan yang dimulai dengan mengundi untuk menentukan pihak-pihak permainan pertama.

Cara mengundi telah ada sejak dahulu. Ada cara mengundi yang masih digunakan sampai sekarang. Peralatan mengundipun sangat sederhana. Namun dari yang sedrahana itu dapat menjamin kelancaran pelaksanaan permainan yang sebenarnya. Bahan pengundipun banyak di dapat dari alam sekitar.

Undian itu biasa dilakukan oleh kedua ketua kelompok atau regu bagi permainan yang tidak memerlukan wasit dan dapat dilakukan oleh wasit bagi permainan yang dipimpin wasit namaun permainan yang bersifat perorangan atau individu, meskipun permainan terdir dari banyak pemain, maka basanya undian dilakukan oleh padara pemain masing-masng. Jenis undian pun ada yang mem[punyai nama atau istilahm, namun ada undian yang tanpa nama. Bagi undian tanpa nama, mereka langsung melakukan perbuatan yang biasa mereka lakukan sebagai tradisi. Jadi unsur saling pengertian dan maksud “perbuatan” undian tersebut yang sangat penting. Maka “nama” biasanya dipandang kurang penting dalam kehidupan yang telah merupakan kebiasaan.

Cara mengundi yang sangat populer, umum dan sifatnya universal adalah yang disebut dengan sut atau suten dan ada yang menyebut hom-pim-pah. Cara itu dikenal di seluruh Indonesia, bahkan di duia. Sut atau suten atau hom-pim-pah pada prinsipnya menggunakan tangan atau jari jari tangan. Di Jawa, ibu jari melambangkan Gajah enang dari manusia; jari telunjuk melambangkan manusia menang dari semut; dan kelingking melambangkan semut menang dari gajah. Di Jawa , sut atau suten terdapat perbedaan dari hom-pimp-pah.

Sut atau sutten yaitu kedua pemain melakukan saling pegangan tangan seperti posisi jabat tangan. Dalam waktu yang cepat keduanya saling melepas seperti bantingan tangan dan seketika itu keduanya mengepal dan menunjukkan ibu jari, atau telunjuk atau kelingking dalam posisi seperti di adu. Kalah atau menang ditentukan bahwa gajah menang dai manusia, manusia menang dari semut dan semut menang dari gajah. Kalah menang dalam hom-pim- pah adalah sama dengan pada saat sut atau sutten. Perbedaan antara keduanya terletak pada sebagian teknis pelaksanaan. Pada hom-pim-pah, telapak tangan dikepal atau tidak disembunyikan dibelakang bahu atau dibelakang tengkuk; jadi posisi tangan ditekuk ke atas-belakang. Kemudian kedanya menghitung dengan ucapan hom-pim-pah dan pada akhir hitungan itu keduanya menghitung secara bersamaan menunjukkan ibu jari, telunjuk atauu kelingking seperti posisi diadu dan kalah menang dengan sama sut.