Tempat yang tepat dan strategis untuk mengkader anak untuk berakhlak mulya dalam ke- hidupannya
4. Tempat yang tepat dan strategis untuk mengkader anak untuk berakhlak mulya dalam ke- hidupannya
Selanjutnya pada bab 4 dan 5, konsep pendidikan akhlak di dalam kitab al-Akhlaqu Lil banin yaitu mendidik anak untuk berakhlak mulya di rumah. Diantara tata krama di rumah ialah menghormati kedua orang tua dan saudaranya yang lebih tua, menyayangi dan menjaga saudaranya yang lebih muda. Selain itu juga tidak berbuat sesuatu yang membuat anggota keluarganya atau pembantunya sakit hati serta membantu pekerjaan di rumah sesuai dengan kemampuannya. Tidak berbicara dengan keras atau tidak memainkan atau merusak peralatan rumah sehingga orang-orang yang ada di rumah selalu mencintainya. Dalam kegiatan pribadi termasuk adab di rumah ialah menjaga kedisiplinan waktu seperti kapan harus tidur, bangun tidur, belajar, bermain, membersihkan tubuh, beribadah dan lain sebagainya. (Umar Baradja, 1950: 4-7)
Rumah merupakan miniatur kehidupan masyarakat luas, dari tingkat RT sampai tingkat Negara bahkan sampai tingkat internasional. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda tentunya akan banyak ditemui diluar rumah, begitu juga untuk keamanan dan kenyamanan di masyarakat maka jangan menyakiti hati orang yang membuat orang marah. Berbicaralah dengan lemah lembut di masyarakat agar orang mendengarkan apa yang dibicarakan. Tidak kalah penting juga, jangan memainkan ataupun merusak fasilitas umum demi kenyamanan bersama. Semua itu bisa dididik di dalam kehidupan di rumah.
Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan bahwa ”baiti jannati” artinya: “rumahku adalah surgaku”. Ungkapan ini dinyatakan oleh Nabi SAW ketika di rumahnya tidak terdapat makanan. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang utama dalam kehidupan rumah adalah keharmonisan diantara penghuni rumah bukan dari apa rumah itu di bangun dan makanan apa saja yang tersedia di rumah tersebut. (kabarmakkah.com, 2015:1)
Hadis di atas menggambarkan betapa pentingnya berakhlak mulya di dalam rumah yang berimbas di kehidupan di luar rumah. Bisa juga dilihat, bahwa kesejahteraan suatu masyarakat, bukan karena gedungnya tinggi, penggunaan teknologi yang canggih, banyak makanan yang dikosumsi, tapi kesejahteraan itu bisa dirasakan ketika anggota masyarakat itu saling mencintai, menyayangi dan menghormati satu sama lainnya.
Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”
َبِﺬَﻜْﻟا ﱠنِﺈَﻓ َبِﺬَﻜْﻟا ْﻢُﻛﱠِإ َو » - ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ - ِﱠا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ ِﱠا ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ ﱠﱴَﺣ َبِﺬَﻜْﻟا ىﱠﺮَﺤَﺘَـﻳَو ُبِﺬْﻜَﻴَﻟ ﱠنِإَو ِرﺎﱠﻨﻟا َﱃِإ ىِﺪْﻬَـﻳ َرﻮُﺠُﻔْﻟا ﱠنِإَو ِرﻮُﺠُﻔْﻟا َﱃِإ َﻞُﺟﱠﺮﻟا ىِﺪْﻬَـﻳ
5. Orang yang menjadi sentral pembentukan akhlak yang mulya bagi seorang anak
Pada bab 6-8 di dalam kitab al-Akhlaqu Lil Banin juz pertama menjelaskan bahwa seorang anak ْﻢُﻛَدﻻْوَأ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﱠ ا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ ِﻩِّﺪَﺟ ِﻪﻴِﺑَأ اوُﺮُﻣ َﻢﱠﻠَﺳَو ْﻦَﻋ ْﻦَﻋ ٍﺐْﻴَﻌُﺷ ِﻦْﺑ وِﺮْﻤَﻋ ْﻦَﻋ
dianggap berakhlak mulya jika ia mencintai, menyayangi, menghormati, memulyakan serta
ayahnya hanya terdapat pada bab 3, untuk anak dan ibunya maka terdapat pada bab 6-8. Hal ُءﺎَﻨْـﺑَأ ْﻢُﻫَو ِةﻼﱠﺼﻟِ
patuh kepada ibunya. Dalam kitab al-Akhlaqu Lil Banin juz pertama ini, ِﰲ ْﻢُﻬَـﻨْـﻴَـﺑ ٍﺮ ْﺸَﻋ ‘ibarah untuk anak dan ِﻊِﺟﺎَﻀَﻤْﻟا اﻮُﻗِّﺮَـﻓَو ُءﺎَﻨْـﺑَأ ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ ْﻢُﻫَو ْﻢُﻫﻮُﺑِﺮْﺿاَو َﲔِﻨِﺳ ِﻊْﺒَﺳ
itu menandakan bahwa point penting dalam mengklaim seorang anak beradab ialah dengan
melihat akhlak anak tersebut terhadap ibunya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah
orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemu- dian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Be- liau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari, no. 5971)
Berdasarkan hadis di atas, secara tersirat menjelaskan bahwa berakhlak mulyua kepada ibu menjadi menjadi tolak ukur apakah seorang anak dikatakan beradab, kurang beradab atau tidak beradab. Jika diprosentasikan maka beradabnya seorang anak untuk ibu 75 % dan untuk ayah
25 %. Oleh karena itu, dalam bab 6-8 di dalam kitab al-Akhlaqu Lil Banin juz pertama semuanya membahas tentang keutamaan mencintai, menyayangi, mematuhi serta menghormti seorang ibu.