Pendewasaan Dini (Precocious)
2. Pendewasaan Dini (Precocious)
Menjadi dewasa adalah suatu keniscayaan dalam perjalanan hidup manusia dewasa melambangkan sebuah sikap matangnya seoarang individu yang dianggap sudah bukan lagi anak-anak. Secara prinsip, dewasa terdiri dari dua macam bentuk yaitu dewasa isik dan dewasa mental. Dewasa isik berarti sebuah bentuk kedewasaan individu secara jasmaniah atau biologis yang tampak secara kasat mata melalui perubahan isiknya dan dicirikan dengan telah siapnya organ reproduksinya untuk menuju fase pernikahan. Sedangkan dewasa dari segi mental dapat diartikan sebagai bentuk kematangan emosional pada individu yang telah menyadari eksistensinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang tampak dari pola pikirnya, pola bicaranya dan pola tindakanya. Artinya ia sudah mampu beraktivitas serta mengatur dan mengelola dirinya menuju tujuan ilosois kehidupan.
Selanjutnya Agus DS (2009: 107), menyebutkan bahwa manusia dewasa juga berarati berkembang secara emosional, sosial, dan moral. Kedewasaaan mengandung separangkat tanggungjawab atas pribadinya dan sosial secara menyeluruh terhadap lingkungan dan masyarakatnya. Karena, pada hakikatnya, kematangan seseorang bisa diukur dari sejauh mana ia dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dan orang lain(Agus, 2009:107). Selain itu, Hawighur dalam Agus DS (2009: 107) menyebutkan bahwa kemandirian emiliki empat aspek;
a. Aspek intelektual (kemauan untuk berpikir dan menyelesaikan masalah sendiri);
b. Aspek sosial (kemauan untuk membinarelasi secara aktif);
c. Aspek emosi (kemauan untuk mengelola emosinya sendiri);
d. Aspek ekonomi (kemauan untuk mengatur ekonominya sendiri) (Agus, 2009:107).; Adapun yang dimaksud pedewasaan dini dalam tulisan ini adalah meminjam stilah
precocious yaitu suatu keadaan dimana indvidu terlalu cepat menjadi dewasa, atau dewasa sebelum waktunya. Kraeplin, 1883 (dalam Yustnus Semiun, 2006: 20-21) menyatakan bahwa kata praecox = dapat diartikan sebagai keadaan terlalu cepat matang atau dewasa(Semiun, 2006:20-21). Pendewasaan dini ini beragam bentuk dan caranya diantaranya adalah dengan meningkatkan peran anak untuk merawat dirinya sendiri (self-care). Meskipun demikin cara ini dipandang tidak efektif jika dilakukan tanpa melalui proses (tahapan). Sebagaimana dijelaskan Ahmad Baedowo, dkk (2015: 296) bahwa pandangan yang mengatakan bahwa self-care dapat menghantarkan pendwewasaan anak tidak sepenuhnya bisa diterima. Anak-anak yang ditinggal di rumah tanpa pengawasan orang dewasa merasa sendiri, takut, dan khawatir. Mereka juga mengalami berbagai resiko seperti kecelakaan, terlalu banyak menonoton, nutrisi rendah atau bahkan menjadi korban tindak kejahatan (Baedowi dkk, 2015:196).
Selanjutnya ada juga perbedaan antara pendewasaan anak sejak dini dengan kondisi anak berbakat. Jika anak berbakat memang memiliki potensi untuk maju lebih cepat, maka pendewasaan sejak dini adalah upaya meningkatkan kemajuan dan kemampuan anak dengan tanpa memperhatikan potensi dan kondisin yang dimiliki anak. Ellen Winner, 1999 (dalam Reni Akbar Hawadi, 2004: 82) menyebutkan anak yang benar-benar berbakat berbeda dengan anak yang sekedar pandai, yaitu dalam tiga hal:
a. Anak berbakat terlalu capat dewasa (precocious). Mereka menguasai pelajaran lebih dahulu dan lebih cepat dari pada teman-temannya.
b. Anak berbakat terlalu akan maju dengan iraanya sendiri. Mereka melakukan pene- muan-penemuan sendiri dan sering kali dapat mencari penyelesaian suatu permasalahan sejcara naluriah tanpa melalui sederetan langkah-langkah pemikiran yang linear.
c. Anak berbakat didorong oleh suatu keinginan yang sangat kuat dalam bidang atau domain dimana mereka mempunyai kemampuan yang tinggi – seperti matematika maupun seni dan mereka dengan mudah akan memfokuskan diri secara intens dalam domain tersebut sehingga kehilangan kesadaran terhadap dunia luar (Hawadi, 2014:82).
Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini”