Analisis Psikologis Para Tokoh

32

3.2. Analisis Psikologis Para Tokoh

3.2.1 Analisis Psikologis Tokoh Oki

Cuplikan 1: “Aku senang melihat kau sebagaimana adanya. Gigimu begitu bagus, alis matamu.” Oki menekankan bibirnya ke pipinya yang menyala. Keiko memekik sedikit waktu kursinya terbalik dan Oki ikut bersamanya. Kini Oki berada di atasnya. Ciuman itu adalah ciuman yang panjang. Oki menarik kepalanya untuk bernafas. “Jangan, jangan, jangan tarik” Keiko menarik dia lebih rapat. Untuk menyembunyikan keheranannya ia mencoba menjadikannya lelucon. “Bahkan penyelam mutiara tidak bisa tahan dalam air selama itu. Kau nanti pingsan.” “Biar…” “Tentu saja wanita lebih kuat…” Lagi-lagi Keiko ia cium lama sekali. Karena sekali lagi kehabisan nafas, gadis itu ia pangku lalu ia baringkan di atas tempat tidur. Gadis itu berlekuk bagai bola. Biarpun gadis itu tidak melawan, Oki kesulitan untuk meluruskan badan Keiko. Sementara itu baginya jelas, bahwa gadis itu bukan perawan lagi. Lalu ia memperlakukannya dengan lebih kasar. 99 Analisis Cuplikan di atas berlatar tempat di sebuah hotel di Enoshima. Dari cuplikan ini dapat dilihat bahwa Oki yang sudah memiliki anak-istri dan berusia lanjut, sama sekali tidak ragu untuk kembali tidur dengan gadis belia yang usianya jauh di bawahnya. Di sini id Oki yang bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan pleasure principle dan menghindari kenyataan yang ada bahwa dia sudah beristri dan lanjut usia, Universitas Sumatera Utara 33 sehingga sangat tidak pantas berlaku seperti itu. Tetapi id lebih mendominasi hingga menghilangkan akal sehat. Sementara super ego Oki yang bekerja berdasarkan pertimbangan moral tidak mempunyai kekuatan meredam keinginan id yang bekerja dengan prinsip kenikmatan. Cuplikan 2 Oki mengumpulkan kedua lukisan itu lalu mulai membungkusnya. “Jangan berbicara lagi soal dirayu itu, aku tidak senang. Kalau ia betul begitu cantik, maka lukisan ini adalah dirinya, narsisma seorang gadis muda.” “Tidak, aku yakin lukisan ini tentang Otoko.” “Kalau begitu siapa tahu dia dan Otoko kasih-mengasihi.” “Kasih-mengasihi?” Fumiko kebingungan. “Menurut kau mereka kasih- mengasihi?” “Entahlah. Tapi aku tidak akan heran kalau keduanya lesbian. Tinggal bersama di sebuah kuil tua di Kyoto, sedangkan keduanya bernafsu panas-bukan mustahil.” Fumiko terdiam mendengar mereka disebut lesbian. Waktu ia membuka mulut kembali suaranya tenang. “Biarpun begitu, aku yakin lukisan itu menunjukkan bahwa Otoko masih cinta padamu.” Oki merasa malu karena sudah membawa-bawa lesbianisme untuk menyelamatkan dirinya dari kesukaran 59 Analisis Cuplikan di atas berlatar di rumah keluarga Oki di Tokyo. Dijelaskan ketika Oki menyadari bahwa ingatan akan perselingkuhannya dengan Otoko kembali membangkitkan amarah isterinya, id Oki kembali bekerja untuk menghindari rasa sakit akibat konflik tersebut, di sini id Oki dengan kekuatan kateksisnya mendorong ego Oki untuk melakukan suatu tindakan yang berupa fitnah, karena pada dasarnya Oki tidak Universitas Sumatera Utara 34 benar-benar mengetahui bahwa Okoko dan Keiko memang pasangan lesbian. Walaupun pada akhirnya super ego juga muncul, karena dikatakan bahwa akhirnya Oki merasa malu karena berkata seperti itu

3.2.2 Analisis Psikologis Tokoh Otoko

Cuplikan 1 Setelah berpisah dari Oki, selama dua puluh tahun tidak ada yang menyentuh buah dadanya. Sementara itu usia muda dan kesempatan baginya untuk menikah, lewat. Tangan perempuan lainlah-Keiko-yang menyentuhnya sekali lagi. Sebetulnya Otoko cukup banyak punya kesempatan untuk bercinta dan menikah semenjak ia datang ke Kyoto bersama ibunya. Tapi kesempatan-kesempatan itu ia hindarkan. Begitu ia tahu bahwa seorang laki-laki sudah jatuh cinta padanya, maka kenangan pada Oki hidup kembali. Kenangan bukan sekadar impian. Waktu berpisah dari Oki ia yakin tidak akan menikah lagi. Karena sangat kacau oleh kepiluan, ia tidak sanggup membuat rencana untuk esok hari, jangankan untuk masa depan yang jauh. Tapi niat tidak pernah kawin telah menyelinap ke dalam hatinya, dan lambat laun menjadi suatu penyelesaian yang tidak bisa dirobah. 137 Analisis Cuplikan di atas berlatar di Kota Kyoto. Dijelaskan bagaimana dalamnya cinta sekaligus kekecewaan yang dirasakan Otoko terhadap Oki setelah mereka berpisah, yang membuat Otoko trauma untuk jatuh cinta lagi kepada laki-laki sehingga ia membiarkan hatinya bercinta dengan murid perempuannya. Rasa trauma yang dirasakan Otoko terhadap laki-laki yang membuat Otoko mencintai murid perempuannya sebagai kekasih mengalahkan super egonya, dia tidak Universitas Sumatera Utara 35 lagi mempertimbangkan moral untuk mendapatkan kenikmatan akibat dorongan id yang begitu kuat. Cuplikan 2 Otoko mencukur bagian atas alis matanya dan di bawah bibirnya. Sementara garis rambut keningnya dicukur, Keiko mengatupkan mata. Dengan muka tengadah, ia meletakkan kepala di atas tangan Otoko yang dipergunakan sebagai penopang. Lehernya yang panjang dan jenjang menarik perhatian Otoko. Leher itu kelihatan suci sekali, manis dan berbentuk bagus, bernyala-nyala dengan kemudaan. Otoko mendiamkan pisau cukurnya. Keiko membuka mata. “Ada apa?” Otoko beroleh pikiran, jika pisau itu ditikamkannya ke leher yang cantik ini, maka Keiko akan mati. Pada saat itu ia bisa membunuhnya dengan mudah, dengan satu kali tebas saja pada bagian tubuh yang paling cantik. Leher Otoko sendiri yang jenjang dan menunjukkan kegadisan, memang tidak begitu bagus, tapi sekali, waktu Oki memelukkan tangan padanya, Otoko mengatakan bahwa Oki mencekiknya. Lalu Oki malahan memeluknya lebih keras lagi. 146 Analisis Cuplikan di atas berlatar tempat di kuil, tempat tinggal Otoko dan Keiko, di Kyoto. Dalam cuplikan di atas dijelaskan bagaimana rutinitas yang mereka lakukan sehari-hari, saat Otoko mencukur alis mata Keiko dan melihat lehernya yang jenjang, muncul perilaku yang datang dari alam prasadar Otoko yang mengingatkannya dengan sikap perilaku Oki saat menjalin asmara dengannya. Hal ini mendorong id Otoko berdasarkan prinsip kenikmatan, yaitu dengan munculnya keinginan untuk mencekik leher Keiko, tetapi keinginan itu kembali ditekan oleh super ego yang menjadikan Ego Universitas Sumatera Utara 36 menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan reality principle dan membuatnya tidak benar-benar mencekik Keiko.

3.2.3 Analisis Psikologis Tokoh Keiko

Cuplikan 1 “Bagaimana kalau kucoba membuat sketsa kasar?” “Baik kiraku. Aku senang pada lukisan perkebunan tehmu itu-begitu muda kelihatannya. Lukisan itu juga kaubawa ke rumah Tuan Oki, ya?” “Ya. Barangkali kini isterinya sudah merobek-robeknya sampai habis…Aku bermalam bersama dia di sebuah hotel di Enoshima. Nafsunya kelihatannya besar sekali, tapi waktu namamu kusebut ia jadi tenang dengan segera. Ia masih mencintai kau dan merasa dirinya berdosa. Aku jadi cemburu karenanya.” “Tapi apa maksudmu sebenarnya?” “Aku mau menghancurkan keluarganya, mau membalaskan sakit hatimu.” “Lagi-lagi pembalasan.” “Aku betul-betul benci. Kau masih cinta padanya, biarpun segalanya sudah terjadi. Permpuan memang bebal-itu yang ku benci” Ia diam. “Itu makanya aku cemburu.”103 Analisis Cuplikan di atas berlatar tempat di ruang tamu rumah Yayoi. Dari cuplikan di atas dijelaskan bahwa terlihat rasa benci di hati Keiko pada Oki beserta keluarganya. Karena Oki telah menghancurkan masa muda Otoko, wanita yang dicintainya. Keinginan untuk membalaskan dendam mengalahkan super ego Keiko, ia tidak lagi mempertimbangkan moral, dan berusaha melakukan segala cara untuk Universitas Sumatera Utara 37 mendapatkan kenikmatan akibat dorongan id yang begitu kuat. Tanpa menyadari tindakan yang telah dilakukannya justru telah merusak dirinya sendiri. Cuplikan 2 “Otoko, kau adalah satu-satunya yang ku sayangi. Hanya kau.” Tanpa bicara Otoko menyeka keringat dingin dari keningnya. “Kalau kau terus-menerus begitu kau akan menderita seumur hidupmu.” “Aku tidak takut pada penderitaan.” “Kau muda dan cantik, kau bisa saja bicara begitu.” “Selama aku bersama kau aku akan bahagia.” “Aku senang-tapi bagaimanapun juga, aku seorang permpuan.” “Aku benci laki-laki.” 105 Analisis Cuplikan di atas berlatar di sebuah taman batu, Kuil Lumut. Dari cuplikan di atas dapat dilihat bagaimana ego Keiko sudah sangat tunduk pada id yang bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan pleasure principle, Keiko sudah tidak lagi mempertimbangkan moralitas, bahkan masa depannya. Karena saat itu ia sudah mabuk dengan kenikmatan bercinta dengan seorang wanita. Dalam novel ini tidak dijelaskan apa yang menyebabkan Keiko tidak menyukai laki-laki, dan lebih memilih menyukai sesame jenisnya. Sebaliknya, Otoko jelas-jelas menjadi seorang lesbian dikarenakan trauma pada kegagalan percintaannya dengan Oki ketika masih remaja. Universitas Sumatera Utara 38

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN