Latar Belakang Masalah KESIMPULAN DAN SARAN

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang 1995: 3 menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang disusun oleh manusia dimana manusia tersebut hidup, dan mereka bergantung pada jaringan-jaringan makna tersebut. Banyak perwujudan dari kebudayaan, salah satunya adalah sastra. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, yaitu penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik Zainuddin, 1992 : 99. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat sarana. Maka dari itu sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajar Teeuw, 1984:23. Sedangkan menurut Hermawan 2006:7, bahwa istilah sastra adalah karya tulis yang bersifat “imajinatif”. Boulton dalam Aminuddin 2000:37 mengungkapkan bahwa suatu karya sastra, selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik, maupun berbagai macam problema yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini. Menurut sifatnya, karya sastra dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerpen, essai, dan cerita rakyat. Sedangkan karya sastra yang bersifat non fiksi berupa puisi, drama dan lagu. Universitas Sumatera Utara 2 Pada bahasan mengenai sastra terdapat didalamnya yaitu mengenai genre sastra, yang di dalam genre tersebut tercakup prosa. Sesuai dengan objek yang akan dipakai dalam penelitian ini maka penulis mengambil salah satu bentuk prosa yaitu novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Kata novel mulai dikenal pada zaman renaisans abad ke 14 hingga abad ke 17. Saat itu, tahun 1353 penulis Italia, Giovanni Boccaccio menggunakan istilah novella untuk karya prosa pendeknya. Ketika karyanya diterjemahkan, istilah novel masuk ke dalam bahasa Inggris. Sekarang kata novella dalam bahasa Inggris digunakan untuk menyebut novel pendek. Kata novel dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Inggris. Di Perancis kata roman lebih banyak lebih lebih banyak digunakan dibanding kata novel. Jadi istilah novel dan roman sebenarnya memiliki pengertian yang sama. Novel merupakan karya fiksi tulis yang diceritakan secara panjang lebar. Sebagian besar novel mengungkapkan berbagai karakter dan menceritakan kisah yang kompleks dengan menampilkan sejumlah tokoh dalam berbagai situasi yang berbeda. Panjang suatu novel berkisar antara puluhan hingga ratusan halaman. Untuk menciptakan dunia fiksi dalam novel yang mendekati kenyataan, novelis menggunakan 5 unsur yaitu: plot, karakter, konflik, latar dan tema Trianto, 2009:118. Di Jepang novel dikenal dengan sebutan 小 。shousetsu. Banyak novel terkenal yang telah dihasilkan oleh sastrawan-sastrawan Jepang. Sastrawan Jepang dapat digolongkan dalam 2 bagian yaitu sastrawan klasik dan sastrawan kontemporer. Sastrawan klasik selalu mengangkat nilai-nilai budaya dan tradisi Jepang dalam setiap karyanya. Sedangkan sastrawan kontemporer selalu mengadaptasi budaya Amerika atau Eropa dalam setiap karyanya. Salah satu sastrawan kontemporer Jepang yang terkenal adalah Yasunari Kawabata. Universitas Sumatera Utara 3 Tokoh yang ditampilkan pengarang dalam karyanya merupakan kebebasan kreatifitas seorang pengarang. Oleh karena pengarang sengaja menciptakan dunia dalam fiksi, ia mempunyai kebebasan penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai dengan keinginannya, bagaimana perwatakan, permasalahan yang dihadapi, kondisi psikologis, dan lain-lain dari seorang tokoh merupakan kebebasan dari pengarang. Psikologis sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak lepas dari kejiwaan masing-masing. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang , akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra. Jatman 1985:165 berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi, gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Psikologis seorang tokoh yang terdapat dalam karya sastra fiksi merupakan hak seorang pengarang untuk menampilkan bagaimana psikologi tokohnya sehingga terdapat keserasian dan kesesuaian antara tokoh dan jalan cerita yang dibuat pengarang. Psikologi tokoh dapat kita lihat dari karakter tokoh di dalam cerita fiksi tersebut. Secara harfiah, psikologis berarti ilmu jiwa yang mempelajari tentang gejala- gejala kejiwaan. Sigmund Freud dalam Milner 1992:43, mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental, sedangkan bagian besarnya adalah ketidaksadaran. Ketidaksadaran ini dapat menyublim ke dalam proses kreatif pengarang. Dalam kajian psikologi sastra, akan berusaha mengungkap psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu: id, ego, dan super ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta Universitas Sumatera Utara 4 membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Sebagai contoh gejala seperti di atas penulis temukan pada tokoh utama dalam novel yang berjudul “Keindahan dan Kepiluan” karya Yasunari Kawabata, dimana dikisahkan percintaan antara seorang pengarang novel dan wanita bekas selirnya yang menjadi pelukis. Percintaan itu seakan-akan tak terhalang oleh istri si pengarang, tapi justru terkait oleh tokoh lain, yaitu gadis didik si wanita pelukis. Gaya lirik Kawabata dengan anggun menjalin pelukisan renungan dan gairah asmara yang kadangkala tersamar, kadangkala muncul secara terus terang dari kabut penyamaran, dan kondisi psikologis tokoh utama yang sering mengalami tekanan batin serta kesedihan dalam hidupnya dalam menghadapi situasi percintaan yang rumit membuat ketertarikan bagi penulis untuk menelitinya dengan harapan dapat memberikan pandangan dan informasi kepada pembaca tentang psikologis yang digambarkan oleh Kawabata dalam karya sastranya. Dengan demikian penulis memilih judul “ANALISIS PSIKOLOGIS PARA TOKOH DALAM NOVEL KEINDAHAN DAN KEPILUAN KARYA YASUNARI KAWABATA ”.

1.2. Perumusan Masalah