14 menerima apa yang dilukiskan dalam novel itu berdasarkan pengetahuannya tentang
dunia nyata.
2.1.1 Unsur Intrinsik
Dalam sebuah novel terkandung unsur-unsur struktur yang membentuk novel tersebut. Unsur-unsur struktur novel tersebut adalah tema, penokohan, alur, latar, gaya
bahasa, dan sudut pandang.
a. Tema
Bila seorang pengarang mengemukakan hasil karyanya, sudah tentu ada sesuatu yang hendak disampaikan kepada pembacanya. Sesuatu yang menjadi persoalan
atau pemikirannya itulah yang disebut tema. Tema ibarat dasar pada sebuah bangunan. Tema merupakan dasar segala
penggambaran tokoh, penyusunan alur, dan penentuan latar. Tema tidak dituliskan secara eksplisit. Kita dapat menentukan tema novel setelah kita membaca kedeluruhan
cerita. Jadi tema tidak dapat dilihat secara konkret, tetapi harus dipikirkan dan dirasakan, baru dapat disimpulkan Rustapa, 1990:11. Tema merupakan ide pokok atau
permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel. Biasanya
dalam menyampaikan
tema, pengarang tidak berhenti pada pokok
persoalannya saja. Akan tetapi, disertakan pula pemecahannya atau jalan keluar menghadapi persoalan tersebut. Hal ini tentu sangat bergantung pada pandangan
pengarang, itulah yang disebut amanat atau pesan Suroto, 1989:89
b. Penokohan
Yang dimaksud penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh- tokoh dalam ceritanya dan bagaimana perilaku tokoh-tokoh tersebut. Ini berarti ada dua
hal penting, yang pertama berhubungan dengan teknik penyampaian, sedangkan yang
Universitas Sumatera Utara
15 kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan. Kedua hal
tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Penampilan dan penggambaran sang tokoh harus mendukung watak tokoh tersebut secara wajar. Apabila penggambaran
tokoh kurang selaras dengan watak yang dimilikinya atau bahkan sama sekali tidak mendukung watak tokoh yang digambarkan, jelas akan mengurangi bobot ceritanya
Suroto, 1989:92-93. Dalam melukiskan atau menggambarkan watak para tokoh dalam cerita dikenal
tiga macam cara, yaitu: 1.
Secara analitik, pengarang menjelaskan atau menceritakan secara terinci watak tokoh-tokohnya. Misalnya, A adalah seorang yang kikir dan dengki. Hampir setiap
hari bertengkar dengan tetangga dan istrinya hanya karena masalah uang. Ia mudah sekali marah.
2. Secara dramatik, pengarang tidak secara langsung menggambarkan watak tokoh-
tokohnya dengan cara misalnya: a.
Melukiskan tempat atau lingkungan sang tokoh. b.
Pengarang mengemukakan atau menampilkan dialog antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain.
c. Pengarang menceritakan perbuatan, tingkah laku atau reaksi tokoh terhadap
suatu kejadian. 3.
Gabungan cara analitik dan dramatik, disini antara penjelasan dan dramatik harus saling melengkapi.
c. Alur
Universitas Sumatera Utara
16 Dalam sebuah novel ada rangkaian peristiwa yang saling berhubungan secara
erat dan dasar hubungan itu adalah sebab akibat dan hubungan itu sangat logis. Rangkaian peristiwa yang demikian itu disebut alur Rustapa, 1990:20
d. Latar
Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Sudah tentu latar yang dikemukakan, yang
berhubungan dengan sang tokoh atau beberapa tokoh Suroto, 1989:94. Latar berfungsi sebagai pendukung alur atau perwatakan. Gambaran situasi
yang tepat akan membantu memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan. Untuk dapat melukiskan latar yang tepat, pengarang harus mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang keadaan atau waktu yang akan digambarkannya. Hal itu dapat diperoleh melalui pengamatan langsung, buku, atau informasi dari orang lain.
e. Gaya Bahasa