64 a.
al-walad-u
akala t-tufaakhat-a
SVO DEF-anak-NOM
makan PAST DEF-apel-AKUS „anak itu makan apel itu‟
b.
akala
l-walad-u at-tufaakhat-a
VSO Makan PAST DEF-anak SG-NOM DEF-apel-AKUS
c.
akala
t-tufaakhat-a al-walad-u
VOS Makan-PAST DEF-apel-AKUS
DEF-anak-NOM Attia, 2008:99-100
d. at-tufaakhat-a
akala al-walad-u
OVS
DEF-apel-AKUS Makan-PAST DEF-anak-NOM
Attia, 2008:109
Pada klausa 64 di atas, penentuan fungsi gramatikal SUBJ dan OBJ BA tidak ditentukan berdasarkan struktur sintaksisnya tata urut kata, terlihat dari
posisi SUBJ dan OBJ ini dapat saling bertukar. Namun, fungsi gramatikal tersebut ditentukan oleh penanda kasus yang memarkahinya, kasus nominatif NOM pada
SUBJ dan akusatif AKUS pada OBJ. Dengan demikian, BA dapat kita simpulkan sebagai bagian dari tipe bahasa nonkonfigurasional berdasarkan pada
perspektif ini.
4.5.2 Eksosentrisitas Leksosentrisitas dalam Kalimat BA
TLF mengenal dua tipe struktur kalimat dalam berbagai bahasa, struktur endosentris s-endo dan eksosentrisleksosentris s-ekso. S-endo mengasumsikan
adanya inti dalam kalimat yang merupakan proyeksi dari kategori kalimat tersebut, dalam arti bahwa dalam s-endo terdapat kategori leksikalfungsional
yang menjadi inti head dari kalimat tersebut. Nordlinger dan Bresnan 2011:8
menambahkan bahwa
s-endo merupakan
struktur kalimat
yang memetakanmenggambarkan relasi gramatikalnya secara konfigurasional atau
hierarkis. Oleh karena itu, s-endo ini terjadi dalam bahasa-bahasa yang memiliki tipologi konfigurasional, seperti bahasa Inggris.
Struktur berikutnya adalah eksosentrisleksikosentris s-ekso. S-ekso ini berbeda dengan s-endo. Dalam s-endo, selalu diasumsikan adanya inti dalam
setiap kalimat, sedangkan s-ekso tidak demikian. Dalam s-ekso, tidak diasumsikan adanya inti head dalam kalimat, sehingga dibutuhkan kategori khusus untuk
mewakili seluruh proyeksi kalimatnya. Darlymple 2001:64 sependapat dengan tokoh-tokoh TLF yang lain memperkenalkan kategori S sebagai kategori struktur
konstituen str-k bahasa yang memiliki struktur eksosentris. Kategori S ini merupakan kategori str-k yang mengandung keseluruhan argumen fungsi
gramatikal dan predikat yang terdapat dalam kalimat, termasuk SUBJ. Bahasa yang memiliki str-k eksosentris ini digambarkan secara flatlurus,
berbeda dengan
kalimat endosentris
yang digambarkan
secara konfigurasionalhierarkis, karena dalam bahasa yang berstruktur eksosentris ini
hubungan antar fungsi gramatikal tidak ditentukan oleh berasosiasi dengan tata urut kata dalam kalimat ciri nonkonfigurasional, namun berdasarkan pada
pemarkah morfologis antara lain pemarkah kasus. Berdasarkan pada pemaparan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa BA
merupakan salah satu bahasa yang memiliki struktur kalimat eksosentris. Eksosentisitas kalimat BA ini muncul dari ciri nonkonfigurasional dari BA, yakni
bahwa penentuan fungsi gramatikal dalam BA ditentukan oleh pemarkah kasus.
Dengan demikian, maka kalimat BA dapat kita gambarkan dalam str-k sebagai berikut.
65
akala
l-walad-u at-tufaakhat-a
Makan PAST DEF-anak SG-NOM DEF-apel-AKUS „anak itu makan apel itu‟
66 Representasi struktur konstituen str-k eksosentris KBA
Str-k kalimat BA di atas menggambarkan bahwa kalimat BA KBA memiliki str-k eksosentris dengan kategori S sebagai proyeksi maksimal KBA.
Keberadaan kategori
S ini
karena dalam
kalimat bahasa-bahasa
nonkonfigurasional seperti BA ini tidak diasumsikan adanya inti head sebagaimana bahasa-bahasa konfigurasional lihat pemamparan sebelumnya.
Kategori S pada str-k KBA di atas menurunkan tiga kategori yang merupakan bagian konstituen dari kategori S, yakni verba, frasa nomina subjek, dan frasa
nomina objek. Ketiga turunan kategori S ini merupakan saudara sister antara satu konstituen dengan konstituen yang lain. Hal ini berbeda dengan str-k
endosentris sebagai contoh bahasa Inggris. Pada bahasa Inggris ini, satu konstituen dapat menjadi ibu mother atau simpulkonstituen atasan dari
konstituen yang lain, karena dalam str-k endosentris hubungan konstituen penyusun kalimat tersusun secara hierakris, tidak lurusflat sebagaimana str-k
eksosentris.
Verba dalam str-k endosentris KBA merupakan inti dari verba itu sendiri dalam kalimat dasar BA. Hal ini terjadi karena dalam KBA verba tidak
merupakan bagian konstituensi kesatuan dari frasa infleksional sebagaimana bahasa Inggris BI, sebab verba KBA tidak menunjukkan atribut ke-masa-annya
tenses melalui fitur morfologi sebagaimana BI, namun melalui proses derivasional kata kerja, hal ini sebagaimana terjadi dalam verba bahasa Jepang
baca Sugisaki, 2010:15. Di samping itu, Ketidakadanya kesatuan antara verba KBA dengan
konstituen lain juga terjadi pada verba dengan konstituen frasa nomina subjek FN SUBJ dan frasa nomina objek FN OBJ. Hal ini dibuktikan melalui pengujian
sintaksis penyisipan konstituen, di mana antara verba dan FN SUBJ maupun FN OBJ dapat disisipi unsurkonstituen lain
5
. Di samping itu juga FN SUBJ dan FN OBJ ini dapat berada pada posisi yang bebas setelah dan sebelum verba, sekaligus
juga keduanya dapat saling bertukar posisi. Dari bukti ini, disimpulkan bahwa verba KBA tidak memiliki kesatuan konstituensi dengan kedua argumennya itu
FN SUBJ dan FN OBJ. Ketidak adanya kesatuan ini berimplikasi pada representasi str-k KBA, di mana dalam KBA verba yang subjeknya berupa FN
tidak memiliki simpul bawahan yang merupakan saudara brother dari verba. Akan tetapi, verba KBA juga memungkinkan memiliki kesatuan
konstituen dengan konstituen yang lain, yakni dengan frasa pengisi fungsi SUBJ
yang berupa pronomina klitik. Fungsi SUBJ ini, dalam BA, dapat berupa frasa nomina sebagaimana pada data di atas dan juga dapat berupa pronomina klitik
PRO DROP yang keberadaannya di antara verba KBA tidak dapat disisipi dengan konstituen lain. Terkait dengan SUBJ pronomina klitik ini lebih jauh
dipaparkan pada bagian berikutnya.
4.5.3 Struktur Frasa ABA