Syntactic Obligatoriness dan Core Participant

dapat dibedakan dalam dua perspektif sistem kebahasaan, yakni sintaksis dan semantik. Banyak tokoh mengusulkan berbagai bentuk argumenthod test. Tokoh tersebut, antara lain, adalah Stephanie Needham dan Ida Toivonen 2011 yang mengusulkan beberapa jenis argumenthood test yang antara lain adalah The Core Participant Test, The optionality test, The verb specifity test, The prepositional content test, dan The fixed proposition test. Adapun Hudleston dan Pullum 2002 sebagaimana dikutip Rahimian 2007 mengusulkan beberapa jenis pengujian argumen versus adjung. Jenis pengujian tersebut adalah; licensing, obligatoriness, anaphora, category, position, selection, dan argumenthood. Adapun Cristie 2013 dalam Result XPs and The Argument-Adjunct Distinction mengajukan delapan jenis argumenthood test meliputi syntactic obligatoriness, core participant, VP preposing, fixed preposition, prepositional content, pseudocleft, uniquenessiterativity, dan VP anaphora. Dalam penelitian ini, hanya akan digunakan tiga instrumen argumenhood test, yakni Syntactic Obligatoriness, Core Participan, dan Multiple OccuranceIterativity.

2.2.4.1 Syntactic Obligatoriness dan Core Participant

Syntactic Obligatoriness selanjutnya Syn-O merupakan argumenthood test atau piranti pengujian dikotomi komplemen adjung selanjutnya PPDKA yang menjadi piranti dasar keberadaan dikotomi adjung dan komplemen. Di samping itu, pirantiperangkat ini menjadi dasar rujukan berbagai buku-buku maupun hasil penelitian dalam membedakan fungsi komplemen dengan adjung Cristie, 2013: 216. Syn-O ini merupakan PPDKA yang menguji sebuah kategori frasaklausa dalam sebuah kalimat itu diperlukan atau tidak oleh verba obligatewajib. Jika kategori tersebut dibutuhkan keberadaannya wajib dalam kalimat oleh verba, kategori tersebut merupakan komplemen dan jika keberadaannya tidak wajib bersifat opsional, kategori frasa tersebut merupakan adjung. Perhatikan ilustrasi contoh berikut yang diambil dari Cristie 2013:216. 5 a. Kelly Prodded Sam on Tuesday Kelly mendorong PAST Sam Pre selasa „Kelly mendorong Sam pada hari selasa‟ b. Kelly Prodded Sam Kelly mendorong PAST Sam „Kelly mendorong Sam‟ c. Kelly Prodded on Tuesday Kelly mendorong PAST Pre selasa „Kelly mendorong pada hari selasa‟ Ilustrasi klausa 5 menunjukkan kepada kita bahwa 5.a tetap berterimagramatikal ketika frasa on Tuesday dihilangkan pada 5.b dan menjadi tidak berterima ketika konstituen Sam dihilangkan pada 5.c. Frasa on Tuesday inilah yang disebut adjung berdasarkan perspektif PPDKA Syn-O dan Sam merupakan FG argumen. Dalam kajian dikotomi antara adjung dan komplemen, perangkat Syn-O ini sering digunakan bersama berpasangan dengan PPDKA lain yang disebut Core Participant selanjutnya Co-P atau juga disebut dengan Semantic Selection. PPDKA ini merupakan piranti yang menguji keberadaan kategori frasa sebagai pengisi fungsi adjung berdasarkan pada keberadaan kategori frasa tersebut merupakan partisipan inti core dari verba secara semantis atau bukan. Jika kategori frasa tersebut merupakan partisipan inti, kategori ini merupakan komplemen, dan jika tidak, kategori tersebut merupakan adjung. Perhatikan 6 berikut yang dikutip dari Cristie 2013:216. 6 Sam Kissed Rory on Tuesday in the park Sam mencium PAST Rory Pre selasa Pre DEF taman „Sam mencium Rory pada hari selasa di sebuah taman‟ Pada klausa 6, kita bisa melihat bahwa verba utama pembentuk kalimat adalah verba kiss. Verba ini secara semantis hanya memerlukan dua partisipan inti, yakni agen dan pasien yang termanifestasi dalam FN Sam agen dan FN Rory pasien. Dengan demikian, keberadaan konstituen selain kedua partisipan ini hanyalah merupakan partisipan tidak inti yang dalam 6 ini terealisasi dalam FP on Tuesday dan in the park. Kedua partisipan inilah yang disebut dengan adjung. Oleh karena penggunaan dua PPDKA ini yang digunakan secara berpasangan, saya menjadikan dua piranti ini dalam satu bahasan.

2.2.4.2 Multiple OccuranceIterativity