sebelum verbawal kalimat 63.c, dan ketiga kalimat ini berterima dalam sistem tata bahasa Arab.
4.5 Struktur Konstituen ABA
Struktur konstituen str-k merupkan salah satu representasi struktur sintaksis dalam sistem Tata Bahasa Leksikal Fungsional TLF. Dalam str-k ini,
struktur sintaksis sebuah bahasa digambarkan secara konkret bentuk luarnya dari sistem sintaksis tersebut. TLF dalam menggambarkan struktur luar sintaksis
bahasa ini tidak memberikan klaim universal atau berlaku semuanya terhadap semua bahasa yang direpresentasikan. Namun, TLF mengakui keberbedaan
representasi yang dimiliki oleh masing-masing bahasa Falk, 2006. Dalam bagian ini, akan dipaparkan str-k ABA berdasarkan karakteristik
yang dimiliki oleh BA yang berbeda dengan bahasa lain, antar lain dengan bahasa Inggris sebagai bahasa yang sudah dikaji secara luas dalam TLF. Untuk itu,
sebagai bagian dari pemaparan str-k ABA, sebelumnya dalam bagian ini juga akan dipaparkan 1 BA sebagai bahasa nonkonfigurasional yang merupakan
bagian dari tipologi konfigurasionalnonkonfigurasional klausa dalam TLF, 2 eksosentrisitas BA, 3 struktur frasa ABA, dan 4 representasi str-k ABA.
4.5.1 BA sebagai Bahasa Nonkonfigurasional
Pada perkembangan kajian TLF, dikenal dua tipe bahasa, yaitu bahasa konfigurasional dan nonkonfigurasional. Perbedaan mendasar kedua tipe bahasa
ini bersumber dari cara penentuan fungsi gramatikal dalam bahasa tersebut Nordlinger dan Bresnan, 1996
4
. Bahasa konfigurasional BK menentukan fungsi gramatikal tiap kalimatnya berdasarkan pada tata urut kata word order
dalam kalimat, sebagai contoh bahasa tipe ini adalah bahasa Inggris BI. Dalam BI fungsi subjek berada sebelum verba dan objek berada setelah verba S-V-O
atau dengan kata lain bahwa fungsi SUBJ ini ditentukan berdasarkan letaknya dalam kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa tipe nonkonfiigurasional BnK,
dalam tipe bahasa ini, fungsi gramatikal dalam kalimat tidak ditentukan berdasarkan tata urut kata dalam kalimat secara struktural, namun fungsi
gramatikal tersebut ditentukan secara morfologis oleh pemarkah kasus dependent-marking atau penanda pronomina pada verba head-marking
Nordlinger dan Bresnan, 2011:11. Oleh karena itu, BnK tidak memiliki bukti- bukti adanya hubungan konstituen keterikatan antara satu fungsi gramatikal
dengan fungsi gramatikal yang lain, seperti OBJ dalam BI yang merupakan konstituen dari frasa verba BI antar fungsi gramatikal yang bersumber dari
fleksibilitas tata urut kata yang terjadi dalam BnK tersebut. BA, dalam perspektif ini, dapat kita kategorikan sebagai bahasa tipe
nonkonfigurasional BnK. Kenapa demikian?, karena dalam BA penentuan fungsi gramatikalnya tidak didasarkan pada strategi sintaksis melalui tata urut
kata, namun ditentukan oleh penanda kasus yang memarkahi tiap konstituen dalam kalimat BA. Hal ini dapat kita buktikan melalui ilustrasi berikut yang
sebagian sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya.
64 a.
al-walad-u
akala t-tufaakhat-a
SVO DEF-anak-NOM
makan PAST DEF-apel-AKUS „anak itu makan apel itu‟
b.
akala
l-walad-u at-tufaakhat-a
VSO Makan PAST DEF-anak SG-NOM DEF-apel-AKUS
c.
akala
t-tufaakhat-a al-walad-u
VOS Makan-PAST DEF-apel-AKUS
DEF-anak-NOM Attia, 2008:99-100
d. at-tufaakhat-a
akala al-walad-u
OVS
DEF-apel-AKUS Makan-PAST DEF-anak-NOM
Attia, 2008:109
Pada klausa 64 di atas, penentuan fungsi gramatikal SUBJ dan OBJ BA tidak ditentukan berdasarkan struktur sintaksisnya tata urut kata, terlihat dari
posisi SUBJ dan OBJ ini dapat saling bertukar. Namun, fungsi gramatikal tersebut ditentukan oleh penanda kasus yang memarkahinya, kasus nominatif NOM pada
SUBJ dan akusatif AKUS pada OBJ. Dengan demikian, BA dapat kita simpulkan sebagai bagian dari tipe bahasa nonkonfigurasional berdasarkan pada
perspektif ini.
4.5.2 Eksosentrisitas Leksosentrisitas dalam Kalimat BA