Strategi Proyek

4.1 Strategi Proyek

ILO telah melakukan sejumlah strategi untuk meningkatkan kondisi PRT baik itu PRT yang bekerja di dalam negeri, maupun PRT yang bekerja di luar negeri. ILO bekerjasama tidak hanya dengan pemerintah, tetapi juga dengan sejumlah organisasi masyarakat. Dengan strategi seperti ini, ILO mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi PRT kemudian dapat mencapai sasaran strategis dari proyek. Adapun sasaran strategis dari proyek yang dilaksanakan ILO terdiri dari 5 (lima) sasaran strategis, diantaranya:

1. Memperkuat Kerangka Kebijakan dan Regulasi serta Mekanisme Implementasi untuk Perlindungan Pekerja Rumah Tangga dari Perdagangan Manusia dan Kerja Paksa.

Pada sasaran strategis ini, ILO bekerja untuk menangani kesenjangan antara kerangka kebijakan dan legislatif, yang mengelola migrasi pekerja, struktur, dan intervensi untuk pengaturan yang lebih baik terhadap migrasi pekerja dan meningkatkan perlindungan terhadap PRT migran di negara asal maupun negara tujuan. ILO menjalankan fungsi organisasi internasional sebagai pembuat Pada sasaran strategis ini, ILO bekerja untuk menangani kesenjangan antara kerangka kebijakan dan legislatif, yang mengelola migrasi pekerja, struktur, dan intervensi untuk pengaturan yang lebih baik terhadap migrasi pekerja dan meningkatkan perlindungan terhadap PRT migran di negara asal maupun negara tujuan. ILO menjalankan fungsi organisasi internasional sebagai pembuat

implementasinya 160 . Dasar pemikiran yang menyertai pembuatan dan pengaplikasian aturan ini mengandung nilai-nilai dasar ILO bahwa pekerja

bukanlah komoditas 161 . Oleh karena itu fungsi organisasi internasional sebagai penyebar norma juga terkandung dalam sasaran strategis ini 162 .

Proyek yang dilakukan sesuai sasaran ini berbentuk pendampingan teknis dan mendukung pengorganisasian sesi tinjauan dan perencanaan, bersama dengan konsultasi dengan para pemegang kepentingan dan seminar untuk pertukaran informasi untuk membangun dan memperkuat kerangka kebijakan dan regulasi dalam skala nasional maupun lokal. Berkaitan dengan kegiatan besar tersebut, proyek ini mendukung penaksiran, tinjauan ulang kebijakan, tinjauan ulang komparatif, menyoroti kesenjangan pada pengaturan dari migrasi pekerja dan perlindungan pada pekerja migran. Proyek ini juga menyediakan jasa bantuan untuk membuat draft dari makalah dengan berbagai latar belakang legislatif agar persiapan membuat legislasi oleh Pemerintah dan/atau Parlemen menjadi lebih

jelas dan konkret 163 .

159 160 Clive Archer. Op.cit. Hal. 103.

Ibid. Hal. 104. 161 ILO. 1919b. ILO Constitution (Last Amandement in 1972). Diakses pada 27 September 2012.

<http://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=1000:62:0::NO:62:P62_LIST_ENTRIE_ID:2453907:NO# A2>

162 163 Clive Archer. Op.cit Hal. 96.

ILO. 2012. Final Report of Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers, Phase II. Op. cit. Hal. 3.

2. Meningkatkan Kesadaran para Pemegang Kepentingan Pengambil Keputusan, Pekerja Rumah Tangga Migran dan Keluarganya, serta Publik. Dalam sasaran strategis yang kedua, Proyek ini membantu para pemegang kepentingan di dalam kegiatan advokasi dan kegiatan peningkatan-kesadaran pada level nasional maupun komunitas di Indonesia. Proyek ini mendukung aktivitas advokasi dan peningkatan kesadaran yang bertujuang untuk mempengaruhi para pemimpin politik, pembuat keputusan, dan pemegang kepentingan utama lainnya, seperti perwakilan pemerintah nasional dan lokal, perwakilan agensi perekrutan dan penyalur dan asosiasi pelatihan yang berkaitan, NGO, serikat buruh, organisasi massa, dan juga para pekerja rumah tangga itu sendiri bersama keluarganya, komunitasnya, dan para pemimpin lokal.

Sesuai fungsi organisasi internasional, sasaran strategis ini merupakan perwujudan fungsi sosialisasi. Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat menerima nilai-nilai yang disampaikan dalam

proyek 164 , yaitu hak-hak para PRT. Sosialisasi dilakukan melalui berbagai media 165 . Sosialisasi proyek sangat berguna agar para pemegang kepentingan

mengerti mengenai pelaksanaan proyek. Apabila sosialisasi berhasil, maka keberhasilan proyek dapat diprediksi.

Bentuk pelaksanaan sasaran ini adalah melalui media elektronik dan media cetak skala internasional, regional, nasional, dan lokal, melalui penyebaran informasi kepada pemerintah, para duta pekerja migran, pihak-pihak non-

164 Clive Archer. Op.cit. Hal. 99. 165 Ibid. Hal. 99.

pemerintah (seperti organisasi pekerja migran, serikat buruh, NGO, dan komunitas-komunitas), sektor organisasi professional, dan organisasi massa 166 .

3. Memperkuat Jangkauan, Pengorganisasian, Pendampingan, Reintegrasi, dan Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi bagi Pekerja Rumah Tangga Migran dan Keluarga Mereka.

Aktivitas dalam sasaran ini adalah mendukung partner nasional dan lokal untuk menjangkau dan mengatur pekerja rumah tangga migran, juga menyediakan pendampingan, reintegrasi, dan aktivitas pemberdayaan ekonomi untuk pekerja rumah tangga migran dan keluarga mereka di Indonesia dan di negara tujuan. Aktivitas utama dalam sasaran ini termasuk seperti menyediakan asistensi teknis dan pembangunan kapasitas untuk pihak pemerintah level nasional dan lokal, asosiasi agensi perekrutan, serikat buruh, asosiasi pekerja migran, dan jaringan NGO, yang memungkinkan mereka untuk menyediakan jasa-jasa seperti yang

disebutkan di atas 167 . Sasaran strategis ini juga merupakan perwujudan fungsi organisasi

internasional yaitu operasi 168 . Sasaran strategis ketiga ini memiliki makna kegiatan yang bersifat praktis, seperti pendampingan. Pendampingan merupakan

aktivitas yang membutuhkan peran langsung di lapangan. Oleh karena itu, sasaran strategis ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan operasi.

ILO. 2012. Final Report of Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers,

Phase II. Op. cit. Hal. 3‐4. Ibid. Hal. 4. 168 Clive Archer. Op.cit. Hal. 107.

Selain itu, sasaran strategis ini juga merupakan perwujudan fungsi pengaplikasian aturan. Aktivitas operasi tentunya didasari dengan seperangkat aturan yang sudah direncanakan terlebih dahulu dalam proses pembuatan

aturan 169 .

4. Memperkuat Kapasitas para Pemegang Kepentingan. Dalam sasaran ini, ILO bekerja membangun dan meningkatkan kapasitas dari para pemegang kepentingan level nasional dan lokal (seperti agensi pemerintah, serikat buruh, asosiasi pekerja migran, dan organisasi masyarakat), terutama untuk memperluas dan memperpanjang efektifitas respon pada kerja paksa dan perdagangan manusia yang dialami oleh para pekerja rumah tangga

migran, dan untuk mengimplementasikan komponen proyek lainnya 170 . Capacity building atau pembangunan kapasitas dapat termasuk kepada

fungsi organisasi internasional sosialisasi dan promosi norma. Mengapa dikategorikan ke dalam promosi norma? Dalam upaya pembangunan kapasitas yang baik, tentunya para pemegang kepentingan harus mengenal lebih dahulu nilai-nilai yang hendak disampaikan dalam Proyek. Fungsi ini mirip seperti fungsi sosialisasi hanya lebih berfokus kepada norma dan nilai yang hendak disampaikan

bukan pada cara penyebarannya 171 . Nilai-nilai tersebut terkait dengan tujuan Proyek. Nilai dan norma yang disampaikan adalah bahwa PRT juga merupakan

169 170 Ibid.

ILO. 2012. Final Report of Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers, Phase II. Op. cit. Hal. 4.

171 Clive Archer. Op.cit. Hal. 96.

pekerja, dan hak-hak mereka haruslah diperhatikan karena berdasarkan hak asasi manusia bahwa setiap orang yang bekerja berhak mendapatkan perlindungan.

5. Dokumentasi dan Koleksi Data, serta Sistem Penyebaran yang Terpadu. Sasaran ini bertujuan untuk mendukung keempat sasaran sebelumnya (memperkuat kerangka kebijakan dan legislatif, advokasi, peningkatan kesadaran, jangkauan, penyediaan pelayanan, dan peningkatan kapasitas), di mana terjadi kesenjangan informasi. Sasaran ini menyediakan dukungan untuk melakukan penilaian, analisis perbandingan hukum, penelitian sektor mendalam, dan lain sebagainya. Proyek ini juga membangun sebuah kerjasama teknis yang memungkinkan pemerintah nasional dan lokal untuk menggabungkan dan menyebarkan data/informasi sebagai bagian dari mandat proyek yaitu melindungi

pekerja rumah tangga migran 172 . Dokumentasi dan penyebaran data merupakan salah satu fungsi sosialisasi

juga. Penyebaran data melalui data yang didokumentasikan dengan baik dan didukung dengan sistem persebaran yang terpadu merupakan bentuk sosialisasi 173 .

Dengan adanya data yang terdokumentasi, maka masyarakat ataupun pemegang kepentingan dapat mengakses informasi dengan baik, dan mengetahui sejauh mana perkembangan proyek.

ILO. 2012. Final Report of Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers, Phase II. Op. cit. Hal. 4.

173 Clive Archer. Op.cit. Hal. 99.

Bagan 4.1 Strategi Proyek “Combating Forced Labour and Trafficking of

Indonesian Migrant Workers, Phase II”.

Sumber: ILO (2012) Final Report of Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers, Phase II. Multi-Bilateral Programme Of Technical Cooperation. International

Labor Organization, Jakarta. Hal. 5.

Dalam bagan di atas dapat dilihat sasaran strategis proyek dibagi menjadi pencegahan, jangkauan/asistensi, dan kapasitasitasi dan dokumentasi. Sasaran nomor 1 (satu) dan 2 (dua) merupakan bentuk preventif, sementara sasaran nomor

3 (tiga) merupakan tindakan jangkauan dan asistensi, sementara sasaran nomor 4 (empat) dan 5 (lima) adalah tindakan kapasitasi dan dokumentasi. Seluruh elemen ini terhubung dan saling melengkapi satu sama lain dalam pelaksanaan proyek

Adapun strategi lainnya dalam program ini yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan yang ditangani dalam proyek. Strategi-strategi tersebut diantaranya adalah meliputi aspek gender, HIV/AIDS, dan gender based violence (GBV). Sesuai dengan topik penelitian ini yaitu PRT, yang didominasi wanita, maka strategi yang sesuai adalah gender. Pengarusutamaan strategi gender ini tidak hanya dilakukan pada para pemegang kepentingan, tetapi juga pada serikat buruh, organisasi komunitas dan partner lainnya, tetapi juga diantara para pekerja migran dan keluarga mereka.

Proyek Pekerja Rumah Tangga dan Pekerja Migran ILO selalu mengusahakan partisipasi aktif dari masing-masing gender, baik pria maupun wanita dalam setiap aktivitas seperti seminar, workshop, pembangunan kapasitas, dan lain sebagainya.Sekitar 42 persen wanita (1.200 orang) dan 52 persen (1.311 orang) pria mengikuti pelatihan yang diatur oleh proyek ini. Para gender spesialis di kantor ILO Jakarta telah membuat peralatan pelatihan di awal proyek dan melatih para pihak yang terlibat dengan pengarusutamaan gender di seluruh fase proyek di leven nasional maupun lokal, di dalam perencanaan, implementasi,

monitoring, dan pelaporan proyek 174 . Sebanyak 50 orang pelaksana proyek nasional, ahli/konsultan gender

nasional, dan personel program dan proyek ILO telah dilatih sebagai fasilitator gender. Para fasilitator kunci ini kemudian mengimplementasikan audit gender kepada organisasi-organisasi yang mereka tangani. Strategi gender audit ini kemudian merangsang organisasi tersebut untuk menciptakan strategi melalui

ILO. 2012. Final Report of Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers, Phase II. Op. cit. Hal. 35.

program-program yang efektif untuk mengarusutamakan gender di dalam permasalahan migrasi pekerja 175 . Dalam kegiatan ini, para fasilitator juga

mengadakan beberapa diskusi membahas permasalahan gender dan migrasi, serta mencetak bulletin, dan membuat perangkat pengarusutamaan gender siap pakai

untuk organisasi lokal yang diadopsi dari perangkat ILO 176 . Bentuk diskusi yang dilakukan para fasilitator merupakan salah satu

contoh peran ILO sebagai forum 177 . Seperti yang disebutkan penulis dalam BAB

II, ILO menjadi forum bagi pemerintah, pengusaha, dan pekerja dalam mengatasi masalah melalui dialog sosial. Permasalahan yang dibahas dalam hal ini adalah permasalahan hak-hak para PRT dalam migrasi mereka serta masalah-masalah gender yang menyertainya.