ILO di Indonesia
2.3 ILO di Indonesia
Sejak tanggal 12 Juni 1950 ketika Indonesia pertama kali menjadi anggota ILO, ILO dan Indonesia telah banyak bekerja sama secara dekat. ILO bekerja bersama dengan Kementerian Tenaga Kerja, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), dan tiga organisasi pekerja terbesar yaitu Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia
(KSBSI), serta Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) 117 . ILO Indonesia memiliki tujuan membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih adil, serta
mencapai apa yang telah dimandatkan ILO yaitu pekerjaan layak untuk semua 118 . Bekerjasama dengan pemerintah, ILO memiliki tiga prioritas yaitu
pertama, menghentikan eksploitasi dalam pekerjaan; kedua, penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi kemiskinan dan perbaikan kualitas hidup; ketiga, dialog
sosial untuk pertumbuhan ekonomi 119 . Ketiga prioritas ini diiringi dengan penyelesaian isu-isu gender di dalamnya yang semuanya terangkum dalam
Program Negara Pekerjaan Layak 120 . ILO di Indonesia memiliki sebuah kantor yang beralamat di Menara
Thamrin, Lantai 22, Jalan M.H. Thamrin Kavling 3, Jakarta Pusat. Sejak Agustus 2012, kantor tersebut dipimpin oleh Peter van Rooij. Berikut adalah organigram ILO sejak Agustus 2012.
117 ILO. 2008a. ILO in Indonesia: A Glimpse. International Labor Organization. Diakses pada 25 September 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/‐‐‐asia/‐‐‐ro‐bangkok/‐‐‐ilo‐
jakarta/documents/publication/wcms_116232.pdf>.
Hal. 3.
119 ibid. Hal. 5. ibid. Hal. 3. 120 Decent Work Country Programmes.
Bagan 2.2 Organigram ILO Country Office Jakarta.
Sumber: ILO Country Office Jakarta. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro- bangkok/---ilo-jakarta/documents/genericdocument/wcms_116203.pdf
Dari organigram tersebut, dapat kita lihat bahwa struktur Kantor ILO Jakarta tidak hanya menangani Indonesia saja, tetapi juga Timor Leste. Kantor ILO Jakarta ini terbagi menjadi bagian program dan administrasi dan keuangan. Pengelolaan seperti ini tentunya akan memudahkan pelaksanaan program serta penanganan administrasi harian untuk menjaga keberlangsungan seluruh kegiatan ILO.
Sebagai salah satu negara anggota ILO yang sudah cukup lama bergabung, Indonesia telah meratifikasi berbagai konvensi ILO sebagai wujud kesungguhan dalam menangani masalah pekerja yang terjadi di Indonesia. Hingga tahun 2008,
ada 18 konvensi ILO yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia 121 . Sesuai konvensi yang telah diratifikasi, Indonesia saat ini telah memiliki perundang-
undangan mengenai ketengagakerjaan diantaranya Undang-Undang No.25 tahun 1997, Peraturan Pelaksanaan Ketenagakerjaan 1925-2000, dan Undang-Undang No.13 tahun 2003. Semua undang-undang ini mengatur mengenai berbagai prosedur dalam bidang ketenagakerjaan, salah satunya mengenai batas jam kerja, waktu lembur, waktu libur, pemutusan hubungan kerja, umur minimum pekerja, dan sebagainya. Semuanya didasari oleh standar internasional dari ke-18 konvensi yang telah diratifikasi Indonesia. Berikut adalah tabel mengenai konvensi ILO yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dan sedang dalam usaha penerapan melalui undang-undang dan peraturan.
121 ILO.2008a. Op.cit.Hal. 25‐27.
Tabel 2.1 Daftar konvensi ILO yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia.
Sumber: ILO. 2008a. ILO in Indonesia: A Glimpse. International Labor Organization.Diakses pada 25 September 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_116232.pdf>. Hal 25-27
Diantara 18 konvensi yang telah diratifikasi seperti tertera dalam tabel di atas, belum ada Konvensi nomor 189 mengenai Pekerja Rumah Tangga dan juga Konvensi nomor 143 mengenai Pekerja Migran. Kabar baiknya, pada tanggal 12 April 2012 pemerintah Indonesia akhirnya meratifikasi Konvensi nomor 143
mengenai Pekerja Migran 122 . Indonesia merupakan salah satu negara penyalur PRT dan juga pengguna jasa PRT di dalam negeri, terutama Pulau Jawa sebagai
konsumen PRT terbesar di Indonesia 123 . Meskipun belum ada ratifikasi, ILO bersama instansi pemerintahan yang terkait serta beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan berbagai media massa telah melakukan berbagai kegiatan untuk mengkampanyekan bahwa “Pekerja Rumah Tangga Juga Pekerja”, serta berbagai usaha untuk membuat aturan untuk melindungi PRT migran dan lokal.
Salah satu program ILO untuk menangani permasalahan PRT di Indonesia adalah “Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers” yang berfokus pada penanganan PRT yang bekerja di dalam dan di luar negeri. Program ini telah dilaksanakan pada tahun 2008 hingga tahun 2011 lalu dengan Pemerintah Norwegia sebagai donor, dan merupakan fase kedua setelah program sebelumnya dengan judul yang sama pada tahun 2006 hingga tahun
2008 124 . Program dengan budget sebesar USD 2.300.000 ini merupakan bagian
122 Migrant Care. 2012. Indonesia: Parliament Approves Migrant Workers Convention. Migrant Care. Diakses pada 13 Januari 2013. <http://www.migrantcare.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=1505>. 123 ILO. 2009a. Factsheet: Domestic Workers in Indonesia. ILO Migrant and Domestic Workers’ Project.Diakses pada 22 Juni 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro‐ bangkok/@ilo
‐jakarta/documents/publication/wcm_041844.pdf>. ILO. 2012. Final Report of Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers, Phase II. Multi‐Bilateral Programme Of Technical Cooperation. International Labor Organization, Jakarta. Hal. 1.
Para PRT yang sebagian besar didominasi wanita ini bekerja tanpa jaminan keselamatan karena tidak adanya hukum yang melindungi mereka secara jelas yang mengatur tentang hak-hak dan kewajiban mereka sebagai pekerja. Program ini berkaitan dengan Agenda Pekerjaan Layak ILO yang bertujuan menciptakan kondisi pekerjaan yang layak bagi para PRT. Dalam program ini, ILO bekerjasama dengan instansi pemerintahan Indonesia diantaranya
BNP2TKI 126 , Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementerian Ekonomi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Hak Wanita, serta berbagai LSM dan organisasi PRT dan pihak-pihak lain yang
tertarik dengan permasalahan PRT 127 . Penanganan program ini bersifat menyeluruh untuk menangani pembuatan hukum nasional yang dapat melindungi
PRT, serta persiapan untuk meningkatkan kapasitas PRT dan berbagai kampanye yang berguna untuk menyadarkan masyarakat dan PRT itu sendiri akan hak-hak
PRT sebagai pekerja 128 .
ILO. 2011. Project Brief: Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers. International Labor Organization. Diakses pada 19 September 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/ ‐‐‐asia/‐‐‐ro‐bangkok/‐‐‐ilo‐ jakarta/documents/projectdocumentation/wcms_153145.pdf>.
Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. ILO. 2011. Project Brief: Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant
Workers.International Labor Organization.Diakses pada 19 September 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/ ‐‐‐asia/‐‐‐ro‐bangkok/‐‐‐ilo‐ jakarta/documents/projectdocumentation/wcms_153145.pdf>.
ILO. 2011. Project Brief: Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant
Workers.International Labor Organization.Diakses pada 19 September 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/ ‐‐‐asia/‐‐‐ro‐bangkok/‐‐‐ilo‐ jakarta/documents/projectdocumentation/wcms_153145.pdf>.
Apabila sudah ada hukum yang mendukung, para PRT yang nantinya akan bekerja baik di dalam dan di luar negeri bisa mendapat hak mereka sebagai pekerja secara resmi dan terjamin keselamatannya selama bekerja dari berbagai pelanggaran hak asasi. Seperti yang kita tahu, banyak kasus TKI dan PRT yang bekerja di perkotaan yang mengalami penyiksaan, pelecehan seksual, dan mereka harus bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang dan kadang tidak diselingi waktu istirahat ataupun libur. ILO di sini berperan dengan tujuan menciptakan pekerjaan yang layak serta didasari standar internasional yaitu Konvensi nomor 189 untuk memperjuangkan hak-hak para pekerja rumah tangga ini.