Kondisi Kerja Pekerja Rumah Tangga Lokal

3.3 Kondisi Kerja Pekerja Rumah Tangga Lokal

Dalam sub bab ini, penulis akan menyampaikan perihal kondisi kerja PRT sesuai dengan survey yang telah diadakan oleh Rumpun Gema Perempuan dan Rumpin Tjoet Nyak Dien pada tahun 2008. Kondisi ini terdiri dari upah, jumlah jam kerja, kondisi lingkungan kerja, waktu istirahat dan waktu libur.

3.3.1 Upah

Sebanyak 72 persen PRT di Indonesia dibayar kurang dari Rp300.000,00 per bulan sementara upah minimum di Indonesia sudah jauh di atas jumlah

tersebut yaitu sekitar Rp800.000,00 hingga Rp1.000.000,00 per bulan 145 . Dalam survey pada tahun 2008 oleh Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak

Dien, sebagian besar PRT masih menerima upah jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR).

Tabel 3.2 Kisaran Upah/Gaji PRT per Bulan.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo- jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 15.

145 ILO Jakarta. 2010. Op.cit. Hal. 5.

Dari tabel tersebut dapat kita lihat masih banyak responden PRT menerima upah sebesar Rp201.000-Rp300.000 dengan persentase 45.96 persen atau sejumlah 239 responden. Lalu disusul dengan upah sejumlah Rp100.000- Rp200.000 sebanyak 26.34 persen atau 137 responden. Dari kedua kelas jumlah upah ini, dapat kita ketahui masih banyak PRT yang menerima upah sangat jauh di bawah UMR yang jumlahnya sekitar Rp700.000,00 hingga Rp900.000,00 per bulan pada tahun 2008. Meski jam kerja PRT masih cenderung lebih panjang serta tugas yang dimilikinya juga banyak, tetapi upah yang mereka terima tidak sepadan. Memang perlu dipertimbangkan juga bahwa PRT yang ikut tinggal di rumah majikannya pasti sudah mendapat tanggungan-tanggungan lainnya seperti biaya makan, dan listrik serta air untuk kebutuhan sehari-harinya di tempat menumpangnya. Tetapi dengan upah bersih seperti ini, perkonomian mereka tidak akan jauh lebih baik mengingat besarnya kebutuhan biaya hidup pada masa sekarang.

Diagram 3.2 Kisaran Upah PRT per Bulan.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober

2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo- jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 16.

Dari diagram tersebut dapat dilihat secara lebih jelas variansi kisaran upah yang diterima PRT per bulannya. Sebagian besar PRT menerima upah yang jauh di bawah UMR yaitu sekitar Rp100.000-Rp200.000. Tentunya hal ini sangat memprihatinkan dan perlu ditindaklanjuti agar kesejahteraan mereka dapat meningkat. Tetapi perlu diingat bahwa kemampuan majikan untuk mengupah PRT juga harus dipertimbangkan lebih jauh.

3.3.2 Jumlah Jam Kerja

Jumlah jam kerja merupakan salah satu indikator kesejahteraan PRT yang akan dibandingkan dengan jumlah upah yang diterima. Sesuai konvensi ketenagakerjaan, maksimal jumlah jam kerja dalam satu hari adalah 8 (delapan)

jam, serta 40 jam per minggu 146 . Jika melebihi jumlah tersebut, maka pekerja dianggap lembur dan mendapat bayaran lebih. PRT yang tidak diakui sebagai

pekerja memiliki jumlah jam kerja yang cenderung panjang, sementara upah yang diterima tidak sepadan. Sangat disayangkan, dalam survey yang dilakukan oleh RGP dan RTND pada tahun 2008 ini tidak ada pertanyaan mengenai jumlah jam kerja. Akan tetapi penulis mendapatkan data dari ILO bahwa sekitar 81 persen dari seluruh PRT yang bekerja di Indonesia, memiliki jumlah jam kerja melebihi

11 jam per hari 147 . Selain itu para PRT ini juga harus selalu siap akan panggilan

146 ILO. 1919a. Hours of Work (Industry) Convention. International Labor Organization. Diakses pada 20 Desember 2012. <http://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=1000:12100:0::NO::P12100_INSTRUMENT_ID:312146> 147 ILO Jakarta. 2010. Op.cit. Hal. 5.

majikan mereka sewaktu-waktu dibutuhkan, meskipun itu pada dini hari sekalipun.

3.3.3 Kondisi Lingkungan Kerja

Dalam pandangan penulis, kondisi lingkungan kerja para PRT merupakan acuan untuk mengetahui pelangggaran hak-hak PRT sebagai pekerja.Penulis menginterpretasikan beberapa elemen dari survey yang dilakukan oleh RGP dan RTND sebagai kondisi lingkungan kerja PRT, seperti frekuensi berganti majikan, alasan pindah kerja, jumlah jenis pekerjaan per hari, dan waktu istirahat per hari. Kondisi yang baik tentunya akan membuat PRT nyaman dan betah bekerja di suatu tempat, sehingga akan berpengaruh kepada frekuensi berganti majikan. Beratnya pekerjaan serta ketersediaan waktu istirahat merupakan indikator seberapa banyak porsi kerja PRT dalam sehari di lingkungan kerjanya.

Yang pertama adalah frekuensi berganti majikan. Banyak alasan mengapa PRT bisa berganti majikan. Frekuensi ini menunjukkan tingkat ketidaknyamanan PRT dengan lingkungan kerja sebelumnya sehingga membuat mereka harus berganti majikan. Ada juga diantara para PRT yang berganti majikan karena dipecat atau memang masa kerjanya sudah habis. Ada berbagai alasan yang membuat PRT berpindah kerja. Tetapi semua kembali kepada kenyamanan lingkungan kerja yang membuat para PRT tetap tinggal dan bekerja di tempat yang sama. Berikut adalah tabel menggenai frekuensi PRT berganti majikan sesuai survey yang dilakukan RGP dan RTND pada tahun 2008.

Tabel 3.3 Frekuensi Ganti Majikan PRT.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-

jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 11.

Setelah melihat tabel di atas, kita mengetahui bahwa persentase terbesar frekuensi PRT berganti majikan adalah sebesar 49.03 persen yaitu sebanyak 0-2 kali. Jumlah responden yang menjawab adalah 255 orang. Hal ini menunjukkan kebanyakan PRT merasa betah tinggal dan bekerja dengan majikannya. Meskipun begitu, tidak pernah diketahui dari sebanyak 255 orang yang menjawab survey ini alasan masing-masing untuk tetap bekerja pada majikan yang sama.

Sementara itu, dari tabel dapat kita lihat bahwa kelas frekuensi “3-5 kali” memiliki jumlah persentase sebesar 37.5 persen dari seluruh responden mengikuti frekuensi sebelumnya “0-2 kali”. Jumlah pergantian majikan yang cukup banyak ini menunjukkan adanya ketidaknyamanan tertentu yang menyebabkan PRT meninggalkan pekerjaannya ataupun majikan yang memberhentikan mereka. Sisa responden yang berganti majikan lebih dari 6 (enam) kali menempati urutan yang lebih bawah daripada kelas-kelas sebelumnya. Berikut adalah diagram mengenai frekuensi ganti majikan.

Diagram 3.3 Frekuensi PRT/PRTA Ganti Majikan.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-

jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 11.

Membandingkan dengan frekuensi ganti majikan, dalam survey terdapat data mengenai alasan PRT berganti majikan. Alasan-alasan inilah yang mendasari PRT untuk berganti majikan. Berikut adalah tabel mengenai alasan PRT berganti majikan.

Tabel 3.4 Alasan PRT Pindah Kerja.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo- jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal.12.

Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa alasan paling banyak yang membuat PRT berpindah majikan adalah karena bosan, yaitu sebesar 31.92 persen. Penulis berpendapat kebosanan bisa muncul karena berbagai alasan di baliknya seperti atmosfer kerja yang kurang nyaman, upah yang rendah, majikan yang kurang ramah, dan sebagainya. Sayangnya tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai alasan ini.

Alasan selanjutnya yang membuat PRT berganti majikan adalah mencari pengalaman. Alasan ini menunjukkan dorongan dari PRT tersebut untuk mengenal berbagai macam majikan di tempat-tempat berbeda. Dorongan seperti ini tentunya tidak dapat dipaksakan oleh siapapun. Adapun alasan lain seperti majikan cerewet atau majikan genit menunjukkan sikap-sikap majikan yang Alasan selanjutnya yang membuat PRT berganti majikan adalah mencari pengalaman. Alasan ini menunjukkan dorongan dari PRT tersebut untuk mengenal berbagai macam majikan di tempat-tempat berbeda. Dorongan seperti ini tentunya tidak dapat dipaksakan oleh siapapun. Adapun alasan lain seperti majikan cerewet atau majikan genit menunjukkan sikap-sikap majikan yang

Diagram 3.4 Alasan PRT Pindah Kerja.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-

jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 12.

Seperti yang dapat kita lihat di dalam diagram di atas, jumlah pekerjaan yang banyak dan bosan menjadi alasan bagi PRT untuk berpindah majikan. Berkaitan dengan hal itu, RGP dan RTND dalam surveynya melihat juga jumlah pekerjaan PRT dalam satu hari sesuai jenisnya untuk mengetahui seberapa banyak pekerjaan yang diemban PRT. Berikut adalah tabel yang menggambarkan jumlah jenis pekerjaan PRT dalam satu hari.

Tabel 3.5 Jumlah Jenis Pekerjaan PRT dalam satu hari.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-

jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 13.

Dapat kita lihat jumlah jenis pekerjaan yang bervariasi. Jumlah minimum per hari yang berbeda menunjukkan setidaknya ada beberapa jenis pekerjaan yang selalu dilakukan setiap harinya. Jumlah paling besar adalah pada varian “1-5 jenis pekerjaan” dengan persentase 37.30 persen atau 194 responden yang menjawab. Disusul dengan varian “3-4 jenis pekerjaan” sebesar 26.34 persen atau 137 responden, lalu “5-6 jenis pekerjaan” sebesar 18.26 persen atau 95 responden, dan “Lebih dari 6 jenis pekerjaan” sebesar 13.84 persen atau sejumlah 72 responden. Hanya 22 responden yang menjawab mendapat “1-2 jenis pekerjaan” setiap harinya atau sebesar 4.23 persen. Tabel ini menunjukkan beban kerja PRT yang cukup besar dengan tanggung jawab yang banyak.Sebagian besar PRT yang masih menerima upah jauh di bawah upah minimum dan mendapat pelanggaran hak Dapat kita lihat jumlah jenis pekerjaan yang bervariasi. Jumlah minimum per hari yang berbeda menunjukkan setidaknya ada beberapa jenis pekerjaan yang selalu dilakukan setiap harinya. Jumlah paling besar adalah pada varian “1-5 jenis pekerjaan” dengan persentase 37.30 persen atau 194 responden yang menjawab. Disusul dengan varian “3-4 jenis pekerjaan” sebesar 26.34 persen atau 137 responden, lalu “5-6 jenis pekerjaan” sebesar 18.26 persen atau 95 responden, dan “Lebih dari 6 jenis pekerjaan” sebesar 13.84 persen atau sejumlah 72 responden. Hanya 22 responden yang menjawab mendapat “1-2 jenis pekerjaan” setiap harinya atau sebesar 4.23 persen. Tabel ini menunjukkan beban kerja PRT yang cukup besar dengan tanggung jawab yang banyak.Sebagian besar PRT yang masih menerima upah jauh di bawah upah minimum dan mendapat pelanggaran hak

Selain jumlah pekerjaan, waktu istirahat para PRT juga perlu diperhatikan.Dengan banyaknya tugas yang harus diselesaikan, apakah majikan memberikan waktu bagi PRT mereka untuk beristirahat sejenak? Survey ini menggambarkan mengenai ketersediaan waktu istirahat bagi PRT dalam satu hari. Berikut adalah tabelnya.

Tabel 3.6 Ketersediaan Waktu Istirahat PRT dalam satu hari.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-

jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 13.

Para PRT yang mendapat waktu istirahat dalam satu hari mendominasi responden yaitu sebesar 59.41 persen atau sebanyak 310 responden. Tetapi di sisi lain, banyak juga PRT yang tidak mendapat waktu istirahat. Dari survey diketahui bahwa sebanyak 203 responden atau 39.03 persen dari total responden tidak mendapat kesempatan untuk beristirahat. Tentunya ini menunjukkan masih Para PRT yang mendapat waktu istirahat dalam satu hari mendominasi responden yaitu sebesar 59.41 persen atau sebanyak 310 responden. Tetapi di sisi lain, banyak juga PRT yang tidak mendapat waktu istirahat. Dari survey diketahui bahwa sebanyak 203 responden atau 39.03 persen dari total responden tidak mendapat kesempatan untuk beristirahat. Tentunya ini menunjukkan masih

Diagram 3.5 Ketersediaan Waktu Istirahat PRT dalam satu hari.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-

jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal.14.

3.3.4 Ketersediaan Waktu Libur

Waktu berlibur merupakan aspek penting dalam pekerjaan.Kejenuhan dalam bekerja serta kesempatan untuk bertemu sanak saudara didapatkan dalam waktu libur.Semua orang yang bekerja memiliki waktu untuk berlibur sejenak dari pekerjaannya, termasuk PRT. Tetapi PRT berbeda dengan pekerja lain yang bekerja hanya 5 (lima) hari dalam seminggu. PRT memiliki porsi kerja yang lebih Waktu berlibur merupakan aspek penting dalam pekerjaan.Kejenuhan dalam bekerja serta kesempatan untuk bertemu sanak saudara didapatkan dalam waktu libur.Semua orang yang bekerja memiliki waktu untuk berlibur sejenak dari pekerjaannya, termasuk PRT. Tetapi PRT berbeda dengan pekerja lain yang bekerja hanya 5 (lima) hari dalam seminggu. PRT memiliki porsi kerja yang lebih

Dalam survey yang dilakukan oleh RGP dan RTND, diketahui bahwa ada juga PRT yang mendapatkan libur mingguan, tetapi tentunya ada juga yang tidak mendapatkannya.Berikut adalah tabel hasil survey yang dilakukan oleh RGP dan RTND mengenai PRT yang mendapat libur mingguan.

Tabel 3.7 Kesempatan Libur Mingguan bagi PRT.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta. Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-

jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 14.

Berdasarkan tabel tersebut, perbandingan persentase antara PRT yang mendapatkan libur mingguan dengan PRT yang tidak mendapatkan libur mingguan cukup kecil. Meskipun begitu, jumlah PRT yang tidak mendapat libur Berdasarkan tabel tersebut, perbandingan persentase antara PRT yang mendapatkan libur mingguan dengan PRT yang tidak mendapatkan libur mingguan cukup kecil. Meskipun begitu, jumlah PRT yang tidak mendapat libur

Tidak dapat dipungkiri akan banyak majikan yang kerepotan apabila PRT mereka libur, tetapi bukan menjadi alasan juga bagi para majikan untuk tidak memberikan hak yang seharusnya didapatkan PRT mereka. Di sisi lain, cukup banyak juga majikan yang sudah menyadari bahwa PRT berhak mendapatkan jatah libur dalam satu minggu. Ini ditunjukkan dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 231 responden atau 44.42 persen dari total 520 responden. Jumlah responden yang cukup banyak ini merupakan titik terang bahwa ternyata sudah cukup banyak majikan yang mengerti bahwa PRT bukan mesin yang bisa terus-menerus bekerja dalam satu minggu penuh.

Diagram 3.6 Kesempatan Libur Mingguan bagi PRT.

Sumber: Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga.ILO Jakarta.Diakses pada 24 Oktober 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-

jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>.Hal. 15.

Tentunya apabila semua majikan bisa memperlakukan PRT-nya dengan baik sesuai hak-hak yang layak mereka dapat, maka tidak akan ada lagi PRT yang terlanggar haknya.