Peran ILO di Indonesia dalam Perlindunga (1)
Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A SK BAN-PT No. 027/BAN-PT/AK-XII/S1/IX/2009
Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011
Skripsi
Oleh: Salita Romarin 2009330073
Bandung 2013
Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A SK BAN-PT No. 027/BAN-PT/AK-XII/S1/IX/2009
Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011
Skripsi
Oleh: Salita Romarin 2009330073
Pembimbing Skripsi: Dr. Atom Ginting Munthe
Bandung 2013
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Salita Romarin NPM : 2009330073
Jurusan/Program Studi : FISIP/Ilmu Hubungan Internasional Judul
: Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011.
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil karya tulis ilmiah sendiri dan bukanlah karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang dikutip, ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia menerima konsekuensi apapun sesuai dengan aturan yang berlaku apabila di kemudian hari pernyataan saya ini tidak benar.
Bandung, 20 Januari 2013
Salita Romarin
Abstrak
Nama : Salita Romarin Nomor Pokok : 2009330073 Judul
: Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011.
Penelitian ini mendeskripsikan Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal, selama periode tahun 2008 hingga tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran ILO di Indonesia dalam perlindungan pekerja rumah tangga migran dan lokal di Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2011.
Penulis menggunakan teori fungsi organisasi internasional oleh Clive Archer dan teori Rezim Internasional sebagai kerangka analisis serta menggunakan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai konsep dasar perlindungan PRT sebagai pekerja. Berdasarkan dokumen deskriptif mengenai proyek ILO yang menjadi bahasan dalam penelitian ini yaitu “Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers” yang berlangsung dari tahun 2008 hingga tahun 2012 awal, penulis menganalisis kegiatan apa saja yang dilakukan ILO di Indonesia dalam rangka perlindungan PRT. ILO menggunakan lima sasaran strategis yaitu advokasi kerangka kebijakan dan legislasi; peningkatan kesadaran; pendampingan, pelayanan, pemberdayaan ekonomi; peningkatan kapasitas; dan pendokumentasian serta penguatan sistem penyebaran informasi untuk mencapai tujuan utama dari proyek yaitu perlindungan PRT migran dan lokal.
Penelitian ini berkesimpulan bahwa peran dan fungsi ILO sebagai organisasi internasional dapat dilihat dalam proyek ini. Selain itu proyek ini juga telah menunjukkan keberhasilannya dengan munculnya banyak inisiatif dari berbagai partner proyek seperti Pemerintah Indonesia yang sudah mengagendakan Rancangan Undang-Undang Pekerja Rumah Tangga dan Amandemen Undang- Undang no.39/2004 mengenai Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran dalam Program Legislasi Nasional, meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai nasib PRT melalui media nasional, dan menguatnya berbagai organisasi buruh maupun masyarakat untuk membantu proses perlindungan PRT di Indonesia.
Kata kunci: ILO, Pekerja Rumah Tangga, Indonesia
Abstract
Name : Salita Romarin NPM
: 2009330073 Title
: ILO’s Role in Indonesia in Protecting Migrant and Local Domestic Worker during 2008-2011.
This study is about the description of ILO’s Role in Indonesia in Protecting Migrant and Local Domestic Worker, during the period year 2008 until 2011. This study has a purpose to describe ILO’s role in Indonesia in protecting migrant and local domestic worker in Indonesia from 2008 until 2011.
The functions of international organizations by Clive Archer and International Regime theory is used as an analytical framework and also The Universal Declaration of Human Rights is used as a basic concept for protection of domestic workers as a worker. Based on descriptive document about ILO’s project which become the main topic in this study titled “Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers” which conducted from 2008 until early 2012, researcher analyzed every activities done by ILO in Indonesia to protect domestic workers. ILO used five strategic objectives such as advocacy of policy and legislation framework; awareness-raising; assistance, service, and economic empowerment; capacity building; and documentation and improvement of information dissemination system to reach the main goal from this project which is to protect migrant and local domestic workers.
This study eventually concluded that the role and functions of ILO as an international organization can be seen through this project. In the other hand this project also showed its’ success by the emergence of initiatives from various project partners for example Indonesian Government already placed the drafting of National Domestic Worker Bill and Amendment of Law number 39/2004 about Placement and Protection of Migrant Workers in their National Legislation Program, the raising of awareness about domestic workers’ plight through national media, and strengthening of various organizations of workers and society to help the protection process of domestic workers in Indonesia.
Keywords: ILO, Domestic Worker, Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011” membahas peran ILO dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi internasional di Indonesia yang merupakan negara anggotanya sejak tahun 1950. Saya membahas sebuah studi kasus yaitu permasalahan Pekerja Rumah Tangga (PRT), baik migran maupun lokal. Saya memandang permasalahan ini sebagai permasalahan yang menarik untuk dibicarakan karena keunikan pekerjaan di sektor ini. PRT merupakan pekerjaan yang tergolong dalam sektor informal dan didominasi oleh wanita sebagai pekerjanya. Banyak yang membutuhkan PRT, di Indonesia, maupun di mancanegara. Meskipun begitu, hak- hak mereka sebagai pekerja seringkali terabaikan dan menyebabkan mereka mendapat diskriminasi dalam upah dan kondisi kerja. ILO sebagai organisasi internasional yang menangani masalah ketenagakerjaan sedang serius menangani masalah PRT agar mereka mendapatkan perlindungan dalam pekerjaan, dan program tersebut dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2011.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk menganalisis peran ILO tersebut kemudian mendeskripsikannya agar para pembaca bisa mengetahui apa saja yang dilakukan ILO dalam menangani perlindungan PRT migran dan lokal di Indonesia di tahun 2008 hingga tahun 2011. Saya berharap bahwa skripsi ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk para akademisi untuk mengkaji peranan organisasi internasional di Indonesia.
Sebelum memulai pembahasan, terlebih dahulu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah mendukung penelitian saya selama pembuatan skripsi ini, dan kepada pihak lain yang juga telah mendukung studi saya di jurusan Ilmu Hubungan Internasional UNPAR selama kurang lebih 3.5 tahun ini.
a. Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Ibu saya, Lia Asyiah Sodikin, yang selama ini telah mendukung saya baik secara finansial dan moral.
Tidak bosannya engkau mengingatkan saya akan berbagai ambisi dan cita- cita yang ingin saya capai, mengingatkan tentang pentingnya mengatur waktu, menjadi teman bercanda, dan milyaran jasa lain yang selama hidup saya tidak dapat saya hitung hingga kini. Juga kepada Ayah saya, Herry Purnomo. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah yaitu selesainya studi saya di jenjang S1 ini. Semoga kalian selalu sehat dan bahagia.
b. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada adik saya Muhammad Sawuka Maulana, karena telah memberikan saya lebih banyak motivasi
untuk terus maju. Kamu membuat saya berkeinginan untuk jadi lebih hebat agar saya bisa membuatmu jadi orang hebat kelak.
c. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing saya Atom Ginting Munthe, yang selama satu semester ini telah sabar mendengarkan
saya mempresentasikan halaman-halaman skripsi saya di pagi hari dan selalu teliti melihat celah kekurangan yang ada di dalam skripsi ini. Juga terima kasih atas obrolan-obrolan menyenangkan selama bimbingan.
d. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Avezia Gabby Laupa, Dian Hutami, Devi Natasia, Belinda Olga Cinintya, Marvin Sulistio, Adrianus Ardhi, dan Fandi Muhammad Hizbullah. Meskipun saya bukan
teman yang baik yang bisa selalu ada dan mungkin bagi kalian saya juga bukan sahabat yang dekat, tetapi kalian telah memberikan kenangan- kenangan yang sangat menyenangkan selama saya kuliah di HI UNPAR mulai dari Galau Conference, Bali, hingga hari-hari perkuliahan yang tak terhitung.
e. Kepada IREC, HMPSIHI, dan LKM 2010/2011, saya mengucapkan terima kasih karena sudah mengajarkan banyak hal mengenai organisasi, juga
menjadi kenangan atas berbagai acara yang telah diselenggarakan, teamwork yang solid, dan sejumlah kenangan lainnya. Saya akan selalu ingat semua pembelajaran itu.
f. Kepada Kabaret PMKT XIV dan XV yang selalu spesial menduduki tempat di hati saya. Paul George Geofree, Ahmad Surya Fahruri, Maurizka
Chairunissa Muliawan, Dhimas Shindu Aji, Joshua Ferdika Gultom, dan teman-teman kabaret lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak karena mengizinkan saya berekspresi melalui kreativitas saya.
g. Kepada Delegasi New Zealand: Adyarta Sukma Yuninda, Alamanda Hindersah, Ermelinda Gammadhani. Terima kasih sudah memberikan
kenangan yang selalu asyik untuk diceritakan meskipun saya tidak pandai bercerita.
h. Kepada HI 2009 tersayang, juga dosen-dosen HI UNPAR tercinta, terima kasih sudah memberikan satu kisah yang luar biasa untuk diceritakan
kelak. Saya berharap kita semua akan menjadi orang-orang hebat yang bisa membawa perubahan baik untuk dunia ini.
i. Kepada SaTre UNPAR yang selalu diingat, Seribu for Indonesia yang menjadi gebrakan gila saya, Pak Albert Bonasahat dari ILO yang saya
teror dengan e-mail dan SMS saya, Tim Promosi UNPAR yang asyik, dan seluruh pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan banyak pembelajaran selama pengerjaan skripsi dan selama saya kuliah. Kalian akan selalu ada dalam ingatan saya.
j. Dan yang terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada Mohamad Jaka Prawira untuk segala dukungan, kesabaran, cinta, dan doanya. Apapun
yang terjadi nanti, semoga kita adalah orang-orang yang bahagia selalu. Terima kasih. Demikian kata pengantar ini saya buat. Kesempurnaan hanyalah milik
Tuhan Yang Maha Esa. Saya menyadari apabila ada kesalahan dalam skripsi ini, itu murni merupakan kesalahan saya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Bandung, 20 Januari 2013
Penulis
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi Kantor Buruh Internasional di seluruh dunia . ................... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar konvensi ILO yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia .. 58 Tabel 3.1 Alasan Bekerja bagi para PRT .......................................................... 70 Tabel 3.2 Kisaran Upah/Gaji PRT per Bulan .................................................... 72 Tabel 3.3 Frekuensi Ganti Majikan PRT ........................................................... 76 Tabel 3.4 Alasan PRT Pindah Kerja .................................................................. 78 Tabel 3.5 Jumlah Jenis Pekerjaan PRT dalam satu hari .................................... 80 Tabel 3.6 Ketersediaan Waktu Istirahat PRT dalam satu hari ........................... 81 Tabel 3.7 Kesempatan Libur Mingguan bagi PRT ............................................ 83
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 Alasan Bekerja bagi para PRT ..................................................... 71 Diagram 3.2 Kisaran Upah PRT per Bulan ....................................................... 73 Diagram 3.3 Frekuensi PRT/PRTA Ganti Majikan .......................................... 77 Diagram 3.4 Alasan PRT Pindah Kerja ............................................................ 79 Diagram 3.5 Ketersediaan Waktu Istirahat PRT dalam satu hari ..................... 82 Diagram 3.6 Kesempatan Libur Mingguan bagi PRT ...................................... 85 Diagram 3.7 Akumulasi Kasus Kekerasan pada PRT Migran Indonesia tahun Per Negara 2007 ........................................................................................................ 88
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Struktur Badan Pengatur: Komite, Sub-Komite, dan Pendukung Kerja dari Badan Pengatur ........................................................................................... 43 Bagan 2.2 Organigram ILO Country Office Jakarta ......................................... 56 Bagan 4.1 Strategi Proyek “Combating Forced Labour and Trafficking of Indonesian Migrant Workers, Phase II” ............................................................ 99
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Organisasi internasional memiliki peranan penting dalam membantu negara-negara mengatasi berbagai permasalahan yang tidak dapat diatasi sendirian oleh negara tersebut. Dalam paradigma liberalisme, keberadaan organisasi internasional menjadikan negara berada dalam lingkup interaksi yang dinamis tidak hanya berinteraksi dengan negara lainnya, tetapi juga dengan aktor-aktor non-negara. Organisasi internasional memiliki tujuan tertentu, dan apabila negara sudah bergabung ke dalam organisasi tersebut, maka segala bentuk hak dan kewajiban yang ada dalam organisasi internasional haruslah dipenuhi.
Organisasi internasional menangani permasalahan global. Salah satunya adalah perlindungan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan manusia-manusia yang berkontribusi terhadap perekonomian negara. Untuk melindungi hak-hak mereka, negara menyediakan seperangkat aturan dan undang-undang yang mampu melindungi hak-hak tenaga kerja. Meskipun begitu, permasalahan perlindungan tenaga kerja ini tidak mencakup seluruh pekerja di dunia, kebanyakan diantaranya adalah para pekerja yang bekerja di sektor informal.
Para pekerja di sektor informal ini sedikit banyak telah membantu perekonomian negara. Salah satunya adalah Indonesia, dengan berbagai keragamannya. Negara ini merupakan negara yang senantiasa berusaha meningkatkan perekonomian baik dari sektor formal maupun informal. Indonesia Para pekerja di sektor informal ini sedikit banyak telah membantu perekonomian negara. Salah satunya adalah Indonesia, dengan berbagai keragamannya. Negara ini merupakan negara yang senantiasa berusaha meningkatkan perekonomian baik dari sektor formal maupun informal. Indonesia
urutan ke-16 dari 226 negara di dunia 1 . Akan tetapi dapat kita lihat hingga saat ini, masih banyak yang perlu dibenahi untuk mencapai kemajuan yang merata di
semua bidang. Ketidakmerataan perekonomian dirasakan oleh mereka yang kurang beruntung, dan sangat disayangkan kebanyakan adalah wanita. Wanita merupakan bagian dari warga negara yang berada dalam kondisi yang kurang makmur dibandingkan pria. Hal ini disebabkan banyak faktor diantaranya adalah kesempatan kerja yang kurang, kesempatan mendapat pendidikan, keberadaan hukum dan undang-undang yang masih belum sempurna sehingga tidak bisa melindungi hak-hak wanita, permasalahan kultur, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini terjadi di kebanyakan negara berkembang seperti Indonesia. Kebanyakan wanita yang tinggal jauh dari perkotaan merupakan kelompok yang paling merasakan hal ini.
Ketidakmerataan pembangunan salah satu contohnya. Hal ini menyebabkan orang-orang yang tinggal jauh dari perkotaan harus mencari nafkah dengan cara-cara lain. Salah satunya adalah dengan masuk ke sektor pekerjaan informal. Karena terbatasnya akses terhadap pengetahuan mengenai perlindungan tenaga kerja, seringkali para pekerja di sektor ini mengalami eksploitasi. Berbeda
1 CIA (2012) CIA World Fact Book: Indonesia. Diakses pada 24 Januari 2012. <https://www.cia.gov/library/publications/the ‐world‐factbook/geos/id.html> 1 CIA (2012) CIA World Fact Book: Indonesia. Diakses pada 24 Januari 2012. <https://www.cia.gov/library/publications/the ‐world‐factbook/geos/id.html>
Perlindungan pekerja sangatlah penting bagi para pekerja. Hal ini mencegah mereka dari tindakan eksploitatif maupun memberikan kenyamanan selama bekerja. Sangat penting juga untuk memperhatikan sektor pekerjaan informal, karena para pekerja yang bekerja di sektor ini juga memiliki tugas-tugas rutin sama halnya seperti pekerja pada umumnya.
Dalam upaya perlindungan pekerja, semua pihak harus sadar dan terlibat. Kegiatan perlindungan pekerja di Indonesia ditangani baik oleh Non- Governmental Organization (NGO), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga pemerintahan, organisasi internasional, hingga komunitas-komunitas lokal. Organisasi internasional yang khusus menangani ketenagakerjaan adalah International Labor Organization (ILO). ILO merupakan sebuah organisasi internasional bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani bidang ketenagakerjaan di dunia internasional. ILO sendiri sudah banyak berkontribusi di Indonesia menangani beberapa program untuk mengatasi masalah seputar ketenagakerjaan. Salah satu masalah tersebut adalah mengenai penegakan hak-hak pekerja di Indonesia, baik sektor formal maupun informal.
Salah satu jenis pekerjaan yang masuk ke dalam sektor informal adalah pekerjaan rumah tangga yang pekerjanya disebut sebagai Pekerja Rumah Tangga. Mayoritas wanita seringkali terkonsentrasi dalam bidang pekerjaan informal seperti pekerjaan rumah tangga karena adanya diskriminasi dalam akses ke Salah satu jenis pekerjaan yang masuk ke dalam sektor informal adalah pekerjaan rumah tangga yang pekerjanya disebut sebagai Pekerja Rumah Tangga. Mayoritas wanita seringkali terkonsentrasi dalam bidang pekerjaan informal seperti pekerjaan rumah tangga karena adanya diskriminasi dalam akses ke
permasalahan di bidang pekerjaan informal, yaitu Pekerja Rumah Tangga (PRT). Sebagai pekerjaan yang masuk ke dalam sektor informal, permasalahan PRT seringkali luput dari perhatian publik, padahal permasalahan yang terjadi adalah nyata. PRT sendiri dapat kita ketahui ada yang bekerja di dalam negeri dan di luar negeri. Fokus dalam penelitian ini adalah upaya ILO sebagai organisasi internasional dalam menangani berbagai permasalahan yang terkait dengan perlindungan PRT di dalam negeri, baik PRT migran maupun PRT lokal. Penulis juga akan menekankan pembahasan pada penelitian ini dengan metode pengarusutamaan gender, karena PRT sebagian besar diwakili oleh wanita.
Seseorang bekerja kerena termotivasi untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga berlaku bagi pekerja rumah tangga yang merepresentasikan bagian besar angkatan kerja yang juga didominasi
wanita 3 . Besarnya upah yang diterima PRT seringkali menjadi permasalahan dan menjadi perbandingan signifikan dengan sektor pekerjaan formal. Dalam pasar
tenaga kerja, upah para PRT termasuk salah satu yang paling kecil dan mereka juga terikat secara informal dengan tempat di mana mereka bekerja 4 .
2 ILO. 3 ILO. 2010. Mengakui Pekerjaan Rumah Tangga sebagai Pekerjaan. Edisi Khusus. ILO Jakarta.
T.t. Domestic Work Policy Brief: Pengupahan Pekerja Rumah Tangga. ILO. Diakses pada 24 Februari 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro‐bangkok/@ilo‐ jakarta/documents/publication/wcms_166260.pdf>. Hal. 1.
4 Ibid.
Dari segi jam kerja, PRT memiliki jam kerja yang panjang dan tidak terduga 5 . Masalah ini telah berulangkali diperdebatkan dalam rangka penyusunan
kebijakan namun ternyata tetap kontroversial. Di satu sisi, hukum internasional telah menetapkan lama jam kerja normal adalah 8 (delapan) jam per hari, tetapi ini tidak menjamin para PRT untuk bekerja sesuai dengan standar tersebut, karena mereka berada di sektor informal yang lebih sulit untuk dikendalikan. PRT juga biasanya tidak dibekali dengan kecakapan khusus yang dilatih sebelumnya, membuat kebanyakan orang sulit untuk menghargai mereka dengan gaji yang lebih tinggi.
ILO sebagai organisasi ketenagakerjaan telah berperan mengupayakan nasib yang lebih baik bagi para PRT ini. ILO menyadari bahwa PRT merupakan sebuah pekerjaan yang juga disertai tugas dan tanggung jawab rutin tetapi masih belum ada peraturan apapun yang secara spesifik mengatur PRT sebagai suatu bentuk pekerjaan. Upaya-upaya yang telah dilakukan contohnya seperti membuat konvensi yang mencakup standar gaji, hak-hak, jumlah jam kerja, dan berbagai aturan lain yang berfungsi untuk mengatur PRT. Selain itu juga penyuluhan- penyuluhan dan seminar-seminar seputar PRT di daerah-daerah menjadi salah satu dari sekian banyak program yang telah dilakukan ILO. ILO juga bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam menerapkan berbagai kebijakan agar sesuai dengan standar internasional sehingga meningkatkan kesejahteraan para pekerja.
Penelitian ini diberi judul “Peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal Tahun 2008-2011”. Penelitian ini
5 ILO. T.t. Domestic Work Policy Brief: Jam Kerja Dalam Pekerjaan Rumah Tangga. ILO. Diakses pada 24 Februari 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro‐bangkok/@ilo‐ jakarta/documents/publication/wcms_166261.pdf>. Hal. 1.
akan berfokus pada program-program ILO dalam upaya memberikan perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga di Indonesia, baik Pekerja Rumah Tangga Migran maupun Pekerja Rumah Tangga lokal.
1.2 Identifikasi Masalah
Kebanyakan wanita bekerja di sektor informal, oleh karena itu kebanyakan pekerja yang tidak terlindungi secara hukum adalah wanita. Salah satu pekerjaan dalam sektor informal adalah Pekerjaan Rumah Tangga. Dengan mengkaji peranan ILO dalam mengatasi permasalahan PRT di Indonesia, penulis akan mencari tahu apa saja yang telah dicapai ILO untuk mencapai penegakan hak-hak PRT di Indonesia melalui upaya perlindungan PRT sebagai pekerja, khususnya PRT yang berjenis kelamin wanita.
6 Indonesia telah menjadi anggota ILO sejak 12 Mei 1950 . Peran ILO dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan Indonesia memang sudah lama.
ILO menjadi salah satu aktor yang berperan dalam memperbaiki nasib pekerja di Indonesia, termasuk sektor pekerjaan informal seperti Pekerja Rumah Tangga. Meskipun begitu, hingga saat ini belum ada undang-undang yang secara spesifik
menangani permasalahan PRT di Indonesia 7 . Sebelumnya penulis hendak mengemukakan permasalahan seputar
ketenagakerjaan di Indonesia secara umum. Ketenagakerjaan di Indonesia masih kurang mengutamakan keadilan dalam pemberian upah. Wanita Indonesia hanya
6 ILO. T.t. Country Profile. International Labor Organization.Diakses pada 17 Maret 2012. <http://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=1000:11003:3349938302451749::NO:::>
A Pertiwi. 2011. Pemerintah Tidak Punya Data Jumlah PRT. Tempo. Diakses 16 Maret 2012. <http://www.tempo.co/read/news/2011/06/18/090341604/Pemerintah ‐Tidak‐Punya‐Data‐ Jumlah ‐PRT>.
menerima upah sebesar 70 persen dari upah yang diterima oleh pria 8 . Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor. Untuk porsi kerja yang sama, wanita mendapat
upah yang lebih kecil dari pria. Selain itu minimnya perlindungan keselamatan kerja dan perlindungan hukum bagi wanita yang bekerja di sektor industri non-
formal menjadi tantangan yang harus ditangani di samping permasalahan upah 9 . Situasi saat ini menurut laporan dari Survey Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas), tingkat pengangguran terbuka wanita telah menurun lebih dari 6 persen dari 14,71 persen pada tahun 2005 menjadi 8,47 persen pada tahun 2009, sementara tingkat pengangguran terbuka untuk pria menurun hanya 1,6 persen,
dari 9,29 persen menjadi 7,51 dalam periode yang sama 10 . Hal ini menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan bagi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) wanita di Indonesia, meskipun jumlah pengangguran wanita masih lebih banyak dibandingkan dengan pria.
Laporan ILO tahun 2010 mengenai Pekerjaan Layak di Indonesia juga menyebutkan tingkat kesejahteraan pekerja wanita masih lebih rendah dibanding tingkat kesejahteraaan pekerja pria. Upah riil rata-rata pekerja adalah Rp575.000,00 sementara upah riil pekerja wanita adalah Rp455.000,00. Besar perbandingan dalam persen (%) untuk upah minimum rata-rata pekerja pria adalah
8 UNDP Indonesia. 2008. Project Facts Gender Equity and Women Rights in Indonesia: Raising the Profile. UNDP. Jakarta. Diakses pada 24 Januari
2012.<http://www.undp.or.id/factsheets/2008/PRU%20Gender%20Equity%20and%20Women% 20Rights.pdf >
9 Bappenas. 2010. Report on The Achievement of The Millennium Development Goals Indonesia 2010. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. Diakses pada 1
Februari 2012.<http://www.undp.or.id/pubs/docs/MDG%202010%20Report%20Final%20Full%20LR.pdf> Hal. 52‐53.
10 Ibid. Hal.51.
74.3 persen sementara pekerja wanita adalah 94.5 persen 11 . Hal ini menunjukkan bahwa pekerja wanita masih kurang sejahtera dibandingkan pekerja pria dengan
upah riil yang lebih rendah serta proporsi upah minimum yang lebih tinggi. Salah satu sektor pekerjaan yang perlu diperhatikan adalah sektor informal yaitu PRT. Menurut ILO, sekitar 52.6 juta orang di dunia (termasuk Indonesia)
bekerja sebagai PRT dan 80 persen diantaranya adalah wanita 12 . Di Indonesia sendiri menurut sebuah survey yang dilakukan oleh JALA-PRT pada tahun 2009,
jumlah PRT yang ada di Indonesia adalah sekitar 10.744.887 orang 13 . Sekitar 92 persen dari jumlah keseluruhan PRT adalah wanita, berasal dari daerah pedesaan
dan berpendidikan rendah 14 . PRT di Indonesia ada yang bekerja di dalam negeri yang disebut PRT lokal, ada juga yang bekerja di luar negeri yang disebut PRT
migran. Penulis akan lebih berfokus kepada program ILO di Indonesia untuk menangani perlindungan PRT, baik itu PRT yang bekerja di dalam negeri, maupun PRT yang bekerja di luar negeri.
Permasalahan seputar PRT di Indonesia seringkali kurang diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat. Padahal pekerjaan ini memikul banyak tanggung jawab melalui serangkaian tugas dan keterampilan. PRT sangat
11 ILO. Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia: Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan
Layak. ILO Country Office Jakarta. Diakses pada 2 November 2012.<http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/ ‐‐‐dgreports/‐‐‐ integration/documents/publication/wcms_186206.pdf>
BBC Indonesia. 2011. Konvensi Hak Pembantu Rumah Tangga Disetujui. BBC Indonesia. Diakses pada 17 Maret
2012.<http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/06/110616_domesticworkerstatus.shtml>
Komnas Perempuan. 2012. Lembar Fakta Peringatan Hari Pekerja Rumah Tangga 15 Februari 2012.Komisi Nasional Perempuan.Diakses pada 12 Desember 2012.<http://www.komnasperempuan.or.id/wp ‐content/uploads/2012/02/Lembar‐ Fakta_Peringatan
14 ‐Hari‐PRT.pdf> ILO. 2009a. Factsheet: Domestic Workers in Indonesia. ILO Migrant and Domestic Workers’
Project. Diakses pada 22 Juni 2012.< http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro‐ bangkok/@ilo ‐jakarta/documents/publication/wcm_041844.pdf> Project. Diakses pada 22 Juni 2012.< http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro‐ bangkok/@ilo ‐jakarta/documents/publication/wcm_041844.pdf>
Indonesia 15 . Hal ini terjadi karena kontrak kerja PRT biasanya bersifat kekeluargaan saja, dan tidak ada aturan resmi untuk itu. Selain itu, lokasi kerja
PRT yang berada di dalam rumah menyebabkan pendataan jadi sulit dilakukan. Tetapi pemerintah Indonesia memiliki data resmi dari pemerintah Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun 2010, ada sekitar 4.2 juta orang Indonesia yang
bekerja di luar negeri, 72-80 persen diantaranya adalah PRT 16 . Di sisi lain, hingga saat penelitian ini ditulis, pemerintah Indonesia belum meratifikasi konvensi ILO
yang mengatur tentang hak-hak dan aturan kerja PRT yaitu konvensi nomor 189 tahun 2011 17 .
Undang-undang di Indonesia yang mengatur PRT pun tidak ada. PRT masih masuk sebagai tenaga kerja informal. Jenis profesi PRT tidak termasuk dalam kategori 'tenaga kerja' yang dimaksud dalam Undang-undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan 18 . Dalam UU tersebut, interpretasi ‘tenaga kerja’ adalah pekerja yang terdaftar dalam sektor formal saja atau yang memiliki kontrak
15 A
Pertiwi. 2011. Pemerintah Tidak Punya Data Jumlah PRT. Tempo. Diakses 16 Maret 2012. <http://www.tempo.co/read/news/2011/06/18/090341604/Pemerintah ‐Tidak‐Punya‐Data‐ Jumlah ‐PRT>
16 Komnas Perempuan. 2012. Lembar Fakta Peringatan Hari Pekerja Rumah Tangga 15 Februari 2012. Komisi Nasional Perempuan. Diakses pada 12 Desember
2012.<http://www.komnasperempuan.or.id/wp ‐content/uploads/2012/02/Lembar‐ Fakta_Peringatan
17 ‐Hari‐PRT.pdf> ILO. T.t. Ratifications for Indonesia. International Labor Organization. Diakses pada 16 Maret
2012.<http://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=1000:11200:3349938302451749::::P11200_INST RUMENT_SORT:2>
18 A Pertiwi. 2011. Pemerintah Tidak Punya Data Jumlah PRT. Tempo. Diakses 16 Maret 2012.
<http://www.tempo.co/read/news/2011/06/18/090341604/Pemerintah ‐Tidak‐Punya‐Data‐ Jumlah ‐PRT>. Lihat <http://www.pendidikan‐diy.go.id/file/uu/uu_13_2003.pdf> untuk mengakses Undang‐undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
kerja. Tanpa adanya kontrak kerja, maka pekerja tidak dianggap sebagai pekerja. Hal ini terjadi pada PRT yang kebanyakan sistem perekrutan dan kerjanya bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu, penyelesaian masalah PRT menjadi lebih sulit karena tidak adanya payung hukum yang kuat untuk melindungi PRT di Indonesia.
Banyak elemen yang menyebabkan ketidaksejahteraan PRT di Indonesia. Kultur feodal hasil peninggalan masa penjajahan salah satunya. Perdagangan budak yang terjadi di abad ke-19 serta faktor budaya peninggalan masa penjajahan membuat para PRT harus hidup menumpang tinggal di rumah majikan dan membuat PRT seolah-olah harus selalu menuruti apa yang dikehendaki
majikannya 19 . Keharusan menurut itulah yang berujung pada pelanggaran hak-hak dasar mereka. Hak-hak yang dimaksud antara lain: tiadanya Memorandum of
Understandings (MOU) di awal yang mengatur semua tugas, hak serta kewajibannya, jam kerja yang panjang, tiadanya perlindungan kerja, kesehatan reproduksi yang terabaikan, tidak diberikannya kebebasan berkumpul, berorganisasi dan mengemukakan pendapat, serta tidak diberikannya waktu
istirahat, hari libur (untuk kasus-kasus tertentu) dan upah yang rendah 20 . Sebagian besar PRT datang dari dan bekerja di Pulau Jawa.Sebanyak 90
persen PRT berasal dari Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan pulau yang paling sibuk dan paling maju di Indonesia. Persaingan ketat dalam memperoleh pekerjaan menyebabkan sebagian orang tidak bisa mendapat pekerjaan dan jatuh ke dalam kemiskinan. Kemudian hal inilah yang menyebabkan kesenjangan
Yayasan Jurnal Perempuan. 2005. ‘Pekerja Domestik Dari Masa Ke Masa’. Jurnal Perempuan 39: Pekerja Rumah Tangga. YJP, Jakarta. Hal. 5.
20 ibid.
ekonomi. Masyarakat rural yang tidak mampu mengikuti persaingan di Pulau Jawa akhirnya masuk ke dalam pekerjaan informal seperti PRT. Di sisi lain, kemajuan dan kesibukan Pulau Jawa menjadikan permintaan pasar kerja PRT menjadi tinggi. Para PRT ini sebagian besar memiliki pendidikan yang rendah yang rata-rata selevel dengan sekolah dasar. Kebanyakan dari mereka juga berasal
dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kekurangan di daerah rural 21 . Upah PRT di Indonesia memang amatlah murah. Salah satunya di DKI
Jakarta yang merupakan merupakan tempat terbesar yang mempekerjakan PRT.Sebagai ibukota dengan segala kesibukannya, kalangan kelas menengah ke atas memilih untuk mempekerjakan PRT untuk membantu tugas sehari-hari agar kesibukan-kesibukan lain dapat terselesaikan. Tidak dapat dipungkiri lagi masyarakat Jakarta membutuhkan PRT. Meski begitu, banyak yang belum sadar akan hak-hak PRT yang mereka sewa. Dapat dilihat dari laporan Yayasan Jurnal Perempuan, meski Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta berkisar
Rp972.605,00 per bulan mulai tahun 2008 22 , namun, masih cukup banyak yang memberikan upah kepada PRT-nya sekitar Rp200.000,00 per bulan 23 .
Di daerah lain seperti di Bekasi atau Tangerang yang juga menjadi salah satu konsumen PRT juga di Indonesia, menurut survey tahun 2008 yang dilakukan oleh Rumpun Gema Perempuan serta Rumpun Tjoet Nyak Dien, masih banyak
21 ILO. 2009b. Factsheet: Domestic Workers in Indonesia (Addressing the Urgent Protection Needs of Indonesian Domestic Workers). ILO Migrant and Domestic Workers’ Project.Diakses pada 19 September 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/ ‐‐‐asia/‐‐‐ro‐bangkok/‐‐‐ilo‐ jakarta/documents/publication/wcm_041884.pdf>
BKPM. 2012. Display Ekonomi UMRD DKI Jakarta. Badan Koordinasi Penanaman Modal. Diakses pada 2 November 2012. <http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/ekonomiumrd.php?ia=31&is=45>
23 Yayasan Jurnal Perempuan. Loc.cit.
majikan yang menggaji PRT-nya sekitar Rp 200.000,00 – Rp300.000,00 per bulan di mana kondisi UMR untuk daerah tersebut tentunya sudah jauh lebih tinggi 24 .
Perlu diingat juga, tidak adanya pembekalan pendidikan kecakapan khusus pada PRT menjadi salah satu alasan kuat mengapa para PRT di Indonesia masih kurang dihargai. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, para PRT ini berasal dari daerah pedesaan dengan pendidikan yang kurang. Kebanyakan hanya bermodalkan nyali untuk bekerja di perkotaan tanpa adanya modal keterampilan.
Permasalahan lainnya yang menjadi tantangan bagi ILO adalah koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk menegakkan hukum dan peraturan mengenai ketenagakerjaan yang seringkali tidak lancar. Sulitnya birokrasi dan tidak adanya hukum yang melindungi PRT secara khusus seringkali menyebabkan permasalahan PRT di Indonesia luput dari perhatian. Akhirnya para PRT ini pun harus tetap terkekang dan terampas haknya.
1.2.1 Pembatasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada studi program ILO dalam menegakkan hak-hak Pekerja Rumah Tangga (PRT) migran dan lokal terutama yang berjenis kelamin wanita melalui program perlindungan PRT di Indonesia dari tahun 2008-2011. Pembatasan tahun bertujuan untuk memfokuskan penelitian agar penelitian lebih jelas. Alasan pemilihan awal penelitian pada tahun 2008 adalah karena pada tahun tersebut, ILO di Indonesia memulai sebuah
Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga. ILO Jakarta. Diakses pada 24 Oktober 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro ‐bangkok/@ilo‐ jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf> Rumpun Gema Perempuan dan Rumpun Tjoet Nyak Dien. 2009. Kondisi Kerja dan Profil Pekerja Rumah Tangga. ILO Jakarta. Diakses pada 24 Oktober 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro ‐bangkok/@ilo‐ jakarta/documents/publication/wcm_041848.pdf>
yang bekerja di Indonesia sendiri 25 . Penulis akan berfokus pada program yang menangani masalah seputar PRT di dalam negeri, tetapi tidak terbatas kepada
jenis PRT migran maupun PRT yang bekerja di dalam negeri. Batas tahun pada tahun 2011 adalah karena tahun ini penting. ILO membuat sebuah konvensi baru
menangani standar ketentuan kerja PRT pada tahun ini 26 . Aspek pekerjaan rumah tangga yang disorot sesuai dengan klasifikasi dari ILO adalah mereka yang
bekerja sebagai perawat pribadi, penjaga anak (baby sitter), dan pekerja rumah tangga yang berjenis kelamin wanita.
1.2.2 Perumusan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian ini, maka pertanyaan riset yang tepat adalah: Bagaimana peran ILO di Indonesia dalam Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Migran dan Lokal dari tahun 2008 sampai tahun 2011?
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
25 ILO. 2009b. Factsheet: Domestic Workers in Indonesia (Addressing the Urgent Protection Needs
of Indonesian Domestic Workers). ILO Migrant and Domestic Workers’ Project. Diakses pada 19 September 2012. <http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/ ‐‐‐asia/‐‐‐ro‐bangkok/‐‐‐ilo‐ jakarta/documents/publication/wcm_041884.pdf>
ILO. 2011. 100th ILO Annual Conference Decides to Bring an Estimated 53 to 100 Million Domestic Workers Worldwide Under The Realm of Labour Standards. International Labor Organization. Diakses pada 19 September 2012. <http://www.ilo.org/ilc/ILCSessions/100thSession/media ‐centre/press‐ releases/WCMS_157891/lang ‐‐en/index.htm>
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran ILO di Indonesia dalam perlindungan pekerja rumah tangga migran dan lokal di Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2011.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber data bagi mereka yang hendak melakukan penelitian lebih mendalam mengenai peran ILO di Indonesia dalam menangani masalah perlindungan tenaga kerja khususnya yang terkait dengan bidang pekerjaan rumah tangga. Apabila memungkinkan, data yang ada dalam penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk kebijakan pemerintah berkaitan dengan peraturan seputar ketenagakerjaan wanita ataupun program-program pemerintah lainnya agar pemerintah dapat terus meningkatkan kinerjanya untuk publik.
1.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini tersusun dari kumpulan-kumpulan konsep yang saling berkaitan. Sebelum menelaah konsep-konsep yang menyusun penelitian ini, penulis akan mendefinisikan kata “kerangka pemikiran” terlebih dahulu. Pengertian kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
“Kerangka pemikiran, menurut Yosef Jabareen, dapat didefinisikan sebagai sebuah jaringan, atau sebuah “kapal”, dari konsep-konsep yang berkaitan bersama-sama yang menyajikan pemahaman komprehensif dari sebuah fenomenon atau fenomena. Konsep- konsep yang menyusun sebuah kerangka pemikiran saling mendukung satu sama lain, mengartikulasikan fenomena respektif mereka, dan membangun sebuah filosofi kerangka-spesifik. Kerangka pemikiran memiliki asumsi ontologis, epistemologis, dan “Kerangka pemikiran, menurut Yosef Jabareen, dapat didefinisikan sebagai sebuah jaringan, atau sebuah “kapal”, dari konsep-konsep yang berkaitan bersama-sama yang menyajikan pemahaman komprehensif dari sebuah fenomenon atau fenomena. Konsep- konsep yang menyusun sebuah kerangka pemikiran saling mendukung satu sama lain, mengartikulasikan fenomena respektif mereka, dan membangun sebuah filosofi kerangka-spesifik. Kerangka pemikiran memiliki asumsi ontologis, epistemologis, dan
Dari definisi tersebut, penulis mengambil sebuah konsep awal untuk penelitian ini sebagai dasar, yaitu paradigma Liberalisme. Dalam liberalisme, masyarakat global berfungsi bersama negara-negara dan mengambil peran dalam
konteks untuk negara 28 . Adapun yang digambarkan dalam masyarakat global adalah adanya perdagangan internasional, organisasi internasional dan hubungan
antara orang-orang yang berada dalam cakupan global. Liberalisme terbagi ke dalam empat jenis menurut Robert Jackson dan Georg Sorensen, yaitu liberalisme sosiologis, liberalisme interdependensi, liberalisme institusional, dan liberalisme republik. Konsep liberalisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah Liberalisme Institusional. Liberalisme institusional percaya bahwa sebuah institusi
internasional dapat menjadi sebuah forum untuk negosiasi antara negara-negara 29 . Institusi internasional adalah organisasi internasional, atau seperangkat aturan
yang mengatur tindakan negara dalam beberapa bidang tertentu. Seperangkat aturan ini juga biasa disebut sebagai “rezim” 30 . Dengan kata lain, selain negara,
organisasi internasional juga diakui sebagai aktor internasional karena mampu menyediakan aturan-aturan yang dapat mengatur negara. Dalam hal ini, ILO
27 Teks Asli: “Conceptual framework defined as a network, or “a plane”, of interlinked concepts that together provide a comprehensive understanding of a phenomenon or phenomena. The concepts that constitute a conceptual framework support one another, articulate their respective phenomena, and establish a framework‐specific philosophy. Conceptual frameworks posses ontological, epistemological, and methodological assumptions, and each concept within a conceptual framework plays an ontological or epistemological role.” (Y. Jabareen. 2009. ‘Building
a Conceptual Framework: Philosophy, Definitions, and Procedure’. International Journal of Qualitative Methods.University of Alberta, Kanada. Hal. 51.) 28 Jackson dan Sorensen. 1999. Introduction to International Relations. Oxford University Press,
Great 29 Britain. Ibid. Hal. 122. 30 Ibid. Hal. 119.
merupakan bagian dari institusi internasional karena merupakan sebuah organisasi nasional dan mampu membuat rezim, berupa konvensi-konvensi yang diratifikasi dan diimplementasikan oleh negara-negara. Hubungan antara ILO dengan negara diakui dunia internasional dan perannya juga dilegitimasi oleh baik negara maupun masyarakat global.
Seperti yang telah disebutkan dalam paradigma Liberalisme Institusional, organisasi internasional membuat seperangkat aturan yang digunakan untuk mengatur negara yang juga disebut sebagai rezim. Maka konsep teori yang teapt untuk ini adalah teori Rezim Internasional.
“Teori Rezim Internasional memandang dari perspektif yang berfokus pada kerjasama antara aktor-aktor dalam ranah hubungan internasional. Sebuah rezim internasional dipandang sebagai seperangkat prinsip implisit dan ekspilisit, norma-norma, aturan, dan prosedur yang mana harapan setiap aktor mencakup sebuah permasalahan tertentu. Sebuah permasalahan melibatkan interaksi dalam cakupan yang berbeda-beda seperti penggunanaan nuklir, komunikasi, hak asasi manusia, ataupun masalah lingkungan. Pemikiran dasar di belakang rezim internasional adalah bahwa mereka (negara) menunjukkan perilaku negara yang transparan dan sejumlah stabilitas dalam kondisi anarki di dalam sistem
internasional 31 .”
Dari teori rezim internasional, dapat dikaitkan dengan peran ILO sebagai salah satu aktor internasional sebagai bentuk rezim internasional. ILO menjadi aktor internasional bersama negara dalam hal menangani isu-isu internasional dan
31 Teks Asli: “A perspective that focuses on cooperation among actors in a given area of international relations. An international regime is viewed as a set of implicit and explicit principles, norms, rules, and procedures around which actors' expectations converge in a particular issue‐area. An issue‐area comprises interactions in such diverse areas as nuclear nonproliferation, telecommunications, human rights, or environmental problems. A basic idea behind international regimes is that they provide for transparent state behaviour and a degree of stability under conditions of anarchy in the international system”. (The IR Theory. 2011. The IR
Theory Knowledge Base. Diakses pada 21 November 2011.<http://www.irtheory.com/know.htm>.) Theory Knowledge Base. Diakses pada 21 November 2011.<http://www.irtheory.com/know.htm>.)
Hak Asasi Manusia 32 . Dalam kasus ini, kebanyakan PRT adalah wanita. Perlindungan PRT merupakan salah satu perwujudan kesetaraan gender dalam
pekerjaan. Kesetaraan gender adalah bentuk norma internasional juga, seperti yang disebutkan dalam CEDAW.
Menurut Stephen D. Krasner, rezim internasional adalah “Prinsip-prinsip, norma, aturan, dan prosedur pengambilan keputusan yang diantaranya terdapat
harapan aktor yang bersatu dalam sebuah ranah isu tertentu 33 ”. Sementara pengertian rezim menurut Oran R. Young adalah “pengaturan yang lebih khusus
yang berkaitan dengan kegiatan yang jelas, sumber daya, atau wilayah geografis dan seringkali hanya melibatkan beberapa kelompok dari anggota masyarakat
internasional 34 ”. Terkait dengan pengertian rezim oleh Oran R. Young, kegiatan ILO di
ranah khusus ketenagakerjaan dapat dikategorikan sebagai bentuk rezim. ILO merupakan aktor internasional yang mempromosikan konvensi internasional, oleh karena itu, ILO dapat disebut sebagai rezim internasional. Ada kegiatan yang
32 United Nations. 2012. The Universal Declaration of Human Rights. Diakses pada 19 Desember 2012.
33 <http://www.un.org/en/documents/udhr/index.shtml> Teks asli: “principles, norms, rules, and decisionmaking procedures around which actor
expectations converge in a given issue‐area”. (Stephen D. Krasner. 1982. ‘Structural Causes and Regime Consequences: Regimes as Intervening Variables’. International Regimes 36/2. Cornell University
34 Press, New York.Hal. 185) Teks asli: “Regimes are more specialized arrangements that pertain to well‐defined activities,
resources, or geographical areas and often involve only some subset of the members of international society”. (Oran R. Young. 1989. International Cooperation: Building Regimes for Natural Resources and The Environment. Cornell University Press, New York hal. 13.) resources, or geographical areas and often involve only some subset of the members of international society”. (Oran R. Young. 1989. International Cooperation: Building Regimes for Natural Resources and The Environment. Cornell University Press, New York hal. 13.)
ILO merupakan sebuah organisasi internasional. Konsep yang juga masih berkaitan dengan paradigma liberalisme institusional dan teori rezim internasional. Definisi dari organisasi internasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi organisasi internasional menurut Clive Archer. Organisasi internasional adalah “sebuah struktur formal yang berkelanjutan yang dibentuk melalui sebuah perjanjian diantara anggotanya (negara dan/atau non- negara), dari dua negara berdaulat atau lebih dengan tujuan mencapai kepentingan
bersama dalam keanggotaannya 35 ”. Sesuai dengan definisi tersebut, apabila dikaitkan dengan ILO sebagai
organisasi internasional, para anggota ILO memiliki satu kepentingan bersama yaitu menyejahterakan buruh secara umum. Pembentukan ILO juga diawali dari sebuah konvensi yang dibuat oleh negara-negara yang bergabung dengannya. Keberadaan ILO sendiri tentunya berkelanjutan.
Organisasi internasional diciptakan oleh negara, yang kemudian berperan untuk menangani masalah-masalah yang tidak bisa ditangani negara sendirian. Organisasi internasional menangani hal-hal yang sulit ditangani satu negara seperti pembuatan standar minimum internasional, membuat norma yang dapat 35
Teks Asli: “International organization is a formal, continous structure established by agreement between members (governmental and/or non‐governmental), from two or more sovereign states with the aim of pursuing the common interest of the membership”. (Clive Archer. 1992. International Organizations. Routledge, New York dan London. Hal. 35.) Teks Asli: “International organization is a formal, continous structure established by agreement between members (governmental and/or non‐governmental), from two or more sovereign states with the aim of pursuing the common interest of the membership”. (Clive Archer. 1992. International Organizations. Routledge, New York dan London. Hal. 35.)
Dalam menjalankan perannya tersebut, organisasi internasional melaksanakan sejumlah fungsi. Dalam buku “International Organizations” karya Clive Archer, fungsi dari organisasi internasional ada sembilan, diantaranya adalah menyampaikan dan mengumpulkan kepentingan anggota, mempromosikan norma-norma di dalam sistem internasional, rekruitmen, pembuatan aturan, pengadjudikasian aturan, pengaplikasian aturan, sosialisasi, komunikasi dan
informasi, operasi 37 . Sesuai dengan topik penelitian ini, maka fungsi yang cocok dari ILO di
Indonesia adalah fungsi operasi, sosialisasi, promosi norma internasional, dan pembuatan, serta pengaplikasian aturan. Fungsi ILO di sini sebagai operasi adalah peran langsung ke lapangan seperti penyuluhan, dan sebagainya. Fungsi sosialisasi adalah fungsi ILO untuk mempublikasikan setiap programnya ke seluruh pemegang kepentingan ataupun pihak-pihak lain yang terlibat agar tujuan program tersebut tercapai. Fungsi promosi norma internasional tentu terletak di dalam program perlindungan tenaga kerja sektor informal yaitu PRT dan juga mewujudkan kesetaraan gender karena PRT didominasi oleh wanita, dalam hal ini kesetaraan dalam pekerjaan. Fungsi pembuatan serta pengaplikasian aturan dapat dilihat dalam upaya-upaya ILO untuk menerapkan merumuskan konvensi, menerapkan konvensi ke dalam kebijakan negara, serta memantau penerapan 36
W. R. Böhning. 1999. The Role and Functions of International Organizations in the Field of Migrant Workers. International Labor Organization. Diakses pada 13 Januari 2013. <http://www.ilo.org/public/english/region/asro/mdtmanila/speeches/miworker.htm>.
37 Clive Archer. Op.cit. Hal. 94‐107.
tersebut. Fungsi aturan ini juga dapat dilihat dalam peran ILO yang berusaha terlibat dengan pemerintah dalam pembentukan kebijakan nasional dan lokal. Fungsi ini juga dapat menggambarkan bagaimana hubungan ILO sebagai organisasi internasional dengan pemerintah di ranah pembuatan kebijakan. Organisasi internasional turut mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan ratifikasi konvensi-konvensi ataupun melalui program-program.
Konsep perlindungan dalam pekerjaan tertuang dalam Artikel 23 dan Artikel 24 pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Dalam Artikel 23 disebutkan: