BABAD KRATON BANTEN DARUSSALAM

BABAD KRATON BANTEN DARUSSALAM

Kraton Pasundan Pakuwan Pajajaran Kraton Banten juga mempunyai hubungan dengan Demak. Pelabuhan Sunda Kelapa, dekat muara sungai Ciliwung, pada zamannya merupakan kota pelabuhan terpenting di Jawa Barat. Sunda Kelapa terletak di sebelah hilir Pakuwan, kota kraton raja-raja Pakuwan Pajajaran. Prasasti Pasundan di Bogor, menunjukan adanya kemungkinan bahwa Pakuwan didirikan tahun 1433-1434(1355 Saka). Raja Pasundan tahun 1522 mengadakan perjanjian persahabatan dengan raja Pakuwan Pajajaran yang memakai gelar “Samiam” atau Sang Hyang. Raja Pasundan itu menganggap orang Portugis dapat membantunya dalam perang melawan orang islam yang telah mengambil alih kekuasaan dari tangan raja-raja taklukan raja Mataram Hadiningrat. Tetapi, orang Portugis tidak dapat mengambil manfaat dari perjanjian mereka. Tahun sesudah 1522, kota pelabuhan Sunda Kelapa, tempat sebenarnya dapat mendirikan pos perdagangan yang kuat untuk perdagangan dengan izin Sang Hyang dari Pakuwan Pajajaran, sudah diduduki oleh pejabat islam dari Banten Darussalam.

Peletakan Dasar Islam Di Banten Darussalam Sejak sebelum zaman islam, di bawah kekuasaan raja-raja Pasundan, Banten Darussalam menjadi kota yang sudah penting. Pada 1524/152, Nurullah dari Pasei, yang kelak menjadi Kanjeng Sunan Gunung Jati, ber- layar dari Demak Bintoro ke Banten Darussalam, untuk meletakan dasar bagi perkembangan agama islam dan bagi perdagangan orang islam. Sesampainya di Banten Darussalam ia segera berhasil menyingkirkan bupati Pasundan dan mengambil alih pemerintahan atas kota pelabuhan tersebut. Ia mendapat bantuan keprajuritan dari Demak Bintoro. Langkah berikutnya untuk mengislamkan Jawa Barat adalah menduduki kota pelabuhan Pasun- dan yaitu Sunda Kelapa sekitar tahun 1527. Orang Portugis, karena tidak tahu kota itu telah diduduki oleh orang islam tahun 1527, datang untuk mendirikan perkantoran berdasarkan perjanjian yang diadakannya tahun 1522 dengan Sang Hyang dari Pakuwan Pajajaran. Mereka ditolak dengan kekeresan senjata. Pada tahun 1528- 1529 Kanjeng Sultan Trenggana menghadiahkan sepucuk meriam besar buatan Demak Bintoro yang dibubuhi tahun tersebut kepada pejabat baru di Banten Darussalam sebagai tanda penghargaan atas hasil yang telah dicapai. Meriam itu mula-mula bernama Rara Banya, kemudian selalu disebut Ki Jimat. Meriam itu dibuat oleh seorang bangsa Portugis, yang berasal dari Algarvia, Portugis Selatan. Ia bernama Khoja Zainul-Abidin. Meriam tersebut pada paruh pertama abad ke-20 masih dapat dilihat di Banten Darussalam, di kampung Karang Antu.

Penguasa islam baru atas Banten Darussalam dan Sunda Kelapa rupanya tidak berusaha menyerang kota Pakuwan, yang terpotong hubungannya dengan pesisir oleh perluasan tlatah yang dilakukan oleh pejabat itu. Ia memperluas kekuasaannya atas kota-kota pelabuhan Jawa Barat lain yang semula termasuk kraton Pakuwan Paja- jaran. Cirebon Darussalam yang pada permulaan abad 16 menjadi kota dagang Cina-Islam, dan termasuk tlatah Sultan Demak Bintoro, kemudian diserahkan juga ke bawah kekuasaannya. Pada abad ke-16, perdagangan merica menjadi penting di kota-kota pelabuhan Jawa Barat, mula-mula di Sunda Kelapa dan kemudian di Banten Darus- salam. Orang Portugis yang tidak berhasil tinggal di Sunda Kelapa, masih bisa tetap tinggal di Banten Darus- salam sebagai buruh, demi kepentingan perdagangan merica mereka dan orang Cina juga mengambil bagian da- lam perdagangan merica tersebut.

Kanjeng Sunan Gunung Jati menyuruh seorang putranya tinggal di Cirebon Darussalam sebagai wakilnya. Pada tahun 1552, putranya meninggal, kematian tersebut merupakan alasan bagi ayahnya untuk pindah dari Ban- ten Darussalam ke Cirebon Darussalam selama-lamanya. Pangeran Cirebon Darussalam ini hanya dikenal dengan nama anumerta Pangeran Pasareyan, sesuai dengan nama kota tempat ia dimakamkan. Sewaktu Sunan Gunung Jati secara permanen tinggal di Cirebon Darussalam, putra keduanya, Hasanuddin menjadi pejabat atas Banten

Darussalam dan Sunda Kelapa. Dalam kisah Banten Darussalam, sejak abad 17 ia dianggap sebagai raja pertama di Banten Darussalam dan sebagai pendiri trah sultan-sutlan Banten Darussalam.

Hasanuddin, Raja Banten Darussalam Kedua Hasanuddin sangat taat kepada ayahnya selama masih hidup. Kanjeng Sunan Gunung Jati meninggal dunia sekitar tahun 1570. Di Cirebon Darussalam ia digantikan oleh cicit laki-lakinya. Setelah Sunan Gunung Jati meninggal, hubungan antara kedua keluarga kraton Jawa Barat menjadi agak renggang. Hasanuddin dari Ban- ten Darussalam dan istrinya dari Demak Bintoro mendapat dua anak laki-laki. Yang sulung adalah Yusuf, di- rencanakan menggantikan ayahnya di Banten Darussalam bila saatnya tiba. Penguasa islam yang kedua di Banten Darussalam meneruskan ayahnya untuk meluaskan tlatah agama islam. Ia memulai kekuasaan raja-raja Jawa islam dari Banten Darussalam di Lampung dan tlatah-tlatah sekiratnya di Sumatera Selatan.tanah taklukan raja Banten Darussalam ternyata penghasil merica terbesar. Perdagangan merica itu membuat Banten Darussalam menjadi kota pelabhan penting yang disinggahi oleh kapal-kapal dagang Cina, Hindia dan Eropa. Zaman berpengaruhnya Banten Darussalam dalam bidang pemerintahan dan kebudayaan di Lampung berlangsung dari abad 16 sampai akhir abad 18. Hasanuddin, sama seperti ayahnya, meninggal tahun 1570. Ibunya adalah putri yang telah dini- kahi ayahnya sekitar tahun 1525/1526 di kraton Demak Bintoro. Hasanuddin diberi nama anumerta sebagai Pangeran Saba Kingkin, sesuai dengan nama kota tempat ia dimakamkan. Namun, ia tidak pernah mendapatkan penghormatan religius seperti ayahnya, Kanjeng Sunan Gunung Jati.

Yusuf, Raja Islam Ketiga Di Banten Darussalam Di Jawa Barat, runtuhnya secara pasti kraton tua Pakuwan Pajajaran dan direbutnya kota kraton Pakuwan tidak mengakibatkan timbulnya sejarah yang berarti. Pada abad ke-15 kakuasaan politik kraton Pakuwan Pajaja- ran di Jawa Barat bukannya tidak penting. Raja islam di Banten Darussalam dan Sunda Kelapa sudah tidak senan melihat kraton Pasundan di tanah pelosok. Mereka merasa penyaluran hasil bumi ke kota pelabuhan untuk perdagangannya terancam. Pakuwan ditaklukan Hasanuddin tahun1579, waktu Yusuf sudah sembilan tahun berkuasa di Banten Darussalam. Dalam Sujarah Banten dijelaskan kemenangan Banten Darussalam dipermudah oleh penghianatan seorang pegawai raja Pakuwan Pajajaran. Penghianatan ini membuka pintu bagi saudaranya yangmemegang komando atas sebagian pasukan Banten Darussalam. Sesudah kota kraton jatuh dan Raja beserta keluarganya menghilang, kelompok ningrat Pasundan masuk islam, karenanya mereka diperbolehkan tetap menyandang pangkat dan gelarnya. Kanjeng Maulana Tusuf meninggal hanyan satu tahun setelah kemenangan tercapai. Sesudah meninggal, namanya tetap dikenal orang di Banten Darussalam sebagai Pangeran Paraseyan. Dan pemerintahannya hanya berlangsung selama 10 tahun.

Muhammad, Raja Islam Keempat Di Banten Darussalam Sesudah Kanjeng Maulana Yusuf meninggal tahun 1580, adiknya, Pangeran Harya Jepara berusaha supa- ya diakui sebagai pejabat atas Banten Darussalam, karena putra Yusuf masih kanak-kanak. Pangeran Jepara ber- sama pasukan bersenjata pergi ke Banten Darussalam lewat laut. Dalam perang antara Jepara dan Banten Darus- salam, Demang Laksamana Jepara tewas. Karena kehilangan abdinya yang terpenting, Pangeran Jepara memutus- kan kembali ke Jepara. Kanjeng Maulana Muhammad yang masih muda diakui sebagai raja oleh para pembesar kraton Banten Darussalam. Selama ia masih di bawah umur, kekuasaan pemerintah dipegang oleh jaksa agung bersama empat pembesar lainnya. Pada tahun 1580 di Banten Darussalam dianggap sebagai pembebasan Jawa Barat yang sebagian bersifat Pasundan dan yang belum lama menganut agama islam. Sejak itu, Cirebon Darus- salam merupakan tlatah perbatasan, baik dalam bidang kebudayaan maupun politik. Di Jawa Barat, Banten Da- russalam dan Sunda Kelapa menjadi pengganti kraton Pasundan Pakuwan Pajajaran.

Kanjeng Maulana Muhammad, raja islam keempat di Banten Darussalam, karena jasa jaksa agung yang membantu dia naik takhta, menjadi pejuang untuk perluasan tlatah islam. Raja ini terus terdesak oleh kekuasaan Mataram Hadingingrat, mula-mula mencari perlindungan pada orang Portugis di Malaka dan kemudian di kra- ton keluarganya, di Banten Darussalam. Dalam kisah Banten Darussalam, Sultan Demak Bintoro yang mengung- Kanjeng Maulana Muhammad, raja islam keempat di Banten Darussalam, karena jasa jaksa agung yang membantu dia naik takhta, menjadi pejuang untuk perluasan tlatah islam. Raja ini terus terdesak oleh kekuasaan Mataram Hadingingrat, mula-mula mencari perlindungan pada orang Portugis di Malaka dan kemudian di kra- ton keluarganya, di Banten Darussalam. Dalam kisah Banten Darussalam, Sultan Demak Bintoro yang mengung-

Hilangnya Sunda Kelapa Raja islam keempat di Banten Darussalam yang meninggal pada umur 25 tahun digantikan oleh seorang anak laki-laki yang baru berumur beberapa bulan bernama Abdul Kadir. Selama akhir abad ke-16 dan awal abad

17, Banten Darussalam diperintah oleh anggota kraton yang lebih tua. Mereka bertindak sebagai wali untuk raja yang masih kecil. Penggantian-penggantian wali dan sengketa antar pangeran tidak menguntngkan Kraton Banten Darussalam. Pada waktu itu kapal-kapal Belanda dan Inggris mulai secara teratur singgah di Banten Darussalam. Tahun1619, Sunda Kelapa direbut Belanda. Kraton Banten Darussalam terpaksa merelakan hilangnya Sunda Kelapa. Pada abad ke-17 orang Banten Darussalam mengkhawatirkan pengaruh raja-raj Mataram Hadiningrat ke arah barat dan serangan dari Palembang. Kekuasaan Belanda di Batavia ternyata membawa keamanan dan keterti- ban bagi raja-raja di Banten Darussalam dan Cirebon Darussalam pada abad ke-17 dan 18.