BABAD KADIPATEN AROS BAYA DI MADURA DARUSSALAM

BABAD KADIPATEN AROS BAYA DI MADURA DARUSSALAM

Sejarah Kadipaten Aros Baya Madura juga mempunyai hubungan dengan para raja Jawa. Sejak dulu terdapat perbedaan antara Madura Barat, kadipaten Aros Baya, yang kelak bernama Bangkalan dan Sampang, dan Madura Timur, kadipaten Su- menep dan Pamekasan. Madura Barat, yang berhadapan dengan Surabaya dan Gersik, dapat lebih banyak mengambil keuntungan dari kemajuan ekonomi, kebudayaan, dan politik Jawa Timur dan kraton-kraton pesisir, dibanding dengan Madura Timur. Tidak sama dengan etnis utama Jawa, yakni orang Pasundan dan Bali, orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja lokal. Sejak abad ke-16, raja- raja Madura mengikat tali pernikahan dengan para pejabat di sepanjang pesisir utara Jawa. Pada abad ke-17 dan

18 ada anggota trah raja Madura yang berperan penting dalam kehidupan politik trah kraton Mataram Hadin- ingrat. Dalam ekonomi nusantara sebelah selatan, Madura memberikan sumbangan, terutama angkatan kerja, kepada Jawa Timur. Sejarah Madura Barat, dimulai dengan seorang raja di Gili Mandangin atau Sampang, yang bernama Lembu Peteng, putra raja Brawijaya dari Majapahit dengan putri islam dari Cempa. Putri Lembu Peteng dari Sampang, diperistri oleh putra Maolana Iskak. Pada paruh kedua abad ke-15 di Madura Barat para pejabat Jawa dari kelompok ningrat dan orang Islam dari seberang lain menjalin hubungan persahabatan.

Madura Barat Kota Garam Pada permulaan abad ke-16, raja Madura belum memeluk agama islam. Ia termasuk kelompok ningrat tinggi, yang memperistri putri Gusti Pati Majapahit. Menurut kisah Madura, putra mahkota di Madura Barat pada ta- hun 1450 Jawa (1528) telah masuk islam. Pada tahun 1527 raja Tuban juga takluk pada kekuasaan Demak Bin- toro. Munculnya pahlawan yang menaklukkan Majapahit, yang diberi gelar Kanjeng Sunan Kudus, memung- Madura Barat Kota Garam Pada permulaan abad ke-16, raja Madura belum memeluk agama islam. Ia termasuk kelompok ningrat tinggi, yang memperistri putri Gusti Pati Majapahit. Menurut kisah Madura, putra mahkota di Madura Barat pada ta- hun 1450 Jawa (1528) telah masuk islam. Pada tahun 1527 raja Tuban juga takluk pada kekuasaan Demak Bin- toro. Munculnya pahlawan yang menaklukkan Majapahit, yang diberi gelar Kanjeng Sunan Kudus, memung-

Biografi Kanjeng Panembahan Lemah Duwur Pratanu dari Lemah Duwur sepanjang hidupnya menyibukkan diri mengukuhkan dan memperluas kekuasaan atas kraton-kraton kecil yang banyak jumlahnya. Alur keturunan raja-raja Madura yang pertama, me- nyebutkan banyak perkampungan atau tanah merdeka tempat tinggal anggota wangsa raja. Diantaranya kemudian menjadi Kotanegara kraton-kraton kecil yang merdeka. Menurut kisah Madura, Pratanu dari Lemah Duwur meluaskan kekuasaannya sampai Balega dan Sampang. Ibunya, istri Pangeran Palakaran, berasal dari Pamandegan, dekat Sampang, dan cicitnya, Cakraningrat I, menjadikan Sampang Kotanegara Madura Barat sebagai ganti Aros Baya. Kanjeng Panembahan Lemah Duwur dari Aros Baya menikahi putri Sultan Pajang Hadiningrat sebagai anugrah. Karena pernikahan ini, untuk pertama kalinya ada hubungan antara wangsa raja Madura Barat dan Jawa Tengah. Kanjeng Panembahan Lemah Duwur dari Aros Baya meninggal sekitar tahun 1590, setelah lama me- merintah Madura Barat. Menurut Sujarah Dalem, ia diganti oleh anaknya dari pernikahannya dengan putri Pa- jang Hadiningrat yang disebut Kanjeng Panembahan Tengah. Raja itu terpaksa lama berjuang untuk menun- dukkan adiknya, Sakatah, yang tinggal di balega, yang akhirnya dapat ditaklukkan juga. Pada sekitar tahun 1590, di dekat Japan, kini Mojokerto, raja-raja ini menahan tentara Mataram Hadiningrat yang bergerak ke arah timur.

Kadipaten Aros Baya Di Bawah Mataram Hadiningrat Kanjeng Panembahan Tengah dari Aros Baya meninggal sekitar tahun 1620, ia diganti oleh adiknya, ka- rena pewaris yang berhak masih muda. Anak Kanjeng Panembahan Lemah Duwur yang kedua ini hanya empat tahun memerintah Aros Baya. Keponakannya, Raden Prasena, yang tinggal di Smpang, pada tahun 1624 perang dengan Mataram Hadiningrat di dekat Sampang. Mataram Hadiningrat menyeberang ke Sampang dari Pasuruan, yang telah diduduki pada 1617, Surabaya pada tahun 1724 belum direbut. Pangeran dari Aros Baya, yang merasa diri seperti diserang dari belakang oleh Mataram Hadiningrat pergi ke Giri, di situ ia meninggal. Raja-Adipati Pamekasan dan Sumenep gugur dalam serangan mendadak oleh Mataram Hadiningrat itu.