BABAD KADIPATEN PENGGING HADININGRAT

BABAD KADIPATEN PENGGING HADININGRAT

Sejarah Kadipaten Pengging Pengging adalah tlatah yang menjadi penerus kraton Majapahit dan Demak dan cikal bakal kraton Pajang. Menjelang akhir abad ke-17 atau abad 18, di kraton raja-raja Mataram Hadiningrat di kartasura ada kisah mengenai asal wangsa Narendra Mataram Hadiningrat dan Pajang Hadiningrat di catat dan disusun dalam ben- tuk Sejarah Kraton mengenai Asal Usul Pemerintahan Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat. Trah Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat berasal dari Pengging. Seorang raja dari Pengging, yang bernama Andayaningrat, di- perkirakan masih berkerabat dengan raja Majapahit dan trah Patih Gajah Mada. Sebagai hadiah atas jasanya ter- hadap raja, ia mendapat putri Majapahit sebagai istri. Jasanya itu berupa penaklukan kraton di ujung timur, yakni Blambangan dan Bali dengan bantuan Sapu Laga dari Probolinggo. Ia mencapai kemenangan itu berkat bantuan masyarakat bajul (buaya), yang merupakan asal usul ayahnya, Bajul Sangara dari Semanggi. Raja dari Pengging ini dalam sejarah juga memakai nama Jaka Sengara dan Jaka Bodo.

Jaka Bodo Pendiri Kadipaten Pengging Nama lama untuk tlatah Pengging adalah Bobodo. Nama itu terdapat dalam kisah perjalanan yang ditulis dalam bahasa Pasundan pada abad 15, yang dilakukan oleh seorang peziarah, Bujangga Manik. Nama tokoh se- jarah Joko Bodo diperkirakan ada hubungannya dengan tlatah Bobodo. Pada abad ke-15, Pengging di sebelah barat dan Blambangan di sebelah timur kraton mempunyai posisi yang setaraf terhadap kota kraton Majapahit di Jawa Timur. Kisah mengenai Andayaningrat, raja di Pengging dan penakluk Blambangan dapat ditinjau sesuai pandangan tadi. Menurut sejarah, Jaka Sinangara akan menjadi Adipati Andayaningrat dari Pengging adalah anak dari raja buaya dari Bengawan Solo dan dari pihak ibu, ia cucu tokoh sejarah Raden Juru, seorang anggota trah Majapahit. Dapat dibayangkan bahwa pada suatu ketika Raja Majapahit pada abad 15 ingin menghadiahi kepada seorang prajurit yang berjasa dengan mengusahakan kepadanya tlatah terpencil yang belum ada rajanya.

Pasang Surut Kadipaten Pengging Para priyayi Majapahit yang disingkirkan kemudian bekerja sama dan menyebar ke Pajang Hadiningrat dan Pengging di sebelah barat Gunung Lawu, ada juga yang ke Gersik dan Madura. Wilayah antara gunung Lawu dan Merapi di Bengawan Solo bermuara ke Laut Jawa dekat Gersik, pada zaman Jawa Kuno dalam bidang ekonomi dan politik kurang potensial dibandingkan dengan Mataram Hadiningrat. Raja-raja Jawa-Hindu selama berabad-abad membangun candi-candi di Jawa Tengah bagian selatan, yang lebih senang berada di wilayanh sungai Opak dan Progo, yang bermuara di lautan Hindia daripada di aliran Bengawan Solo. Sebagian besar prasasti raja-raja yang masih tersimpan menyangkut tempat-tempat di Jawa Tengah bagian selatan. Berdasarkan prasasti itu dapat disimpulkan bahwa pada abad 10 wilayah kekuasaan raja-raja Jawa Hindu di Mataram Hadin- ingrat lama juga meliputiwilatah hulu Bengawan Solo. Dapat diduga bahwa jalam perdagangan lama dekat penambangan yang memotong sungai Bengawan Solo merupakan salah satu jalan penghubung antara Jawa Ten- gah bagian selatan dan wilayah-wilayah disebelah timur. Pajang adalah salah satu tanah kekuasaan kraton Majapahit pada abad 14. Putra Sinuwun Prabu Brawijaya yang berkuasa di Pajang Hadiningrat adalah Kebo Kanigara. Putra-putra Prabu Brawijaya yang lainnya adalah Begawan Wasidibagno/raden Jaka Dolog, raden Jaka Bodo, Raden Jaka Pandak, dan Raden Jaka Wujil. Nama-nama tersebut akan terkenal dikemudian hari karena keahlian ilmu agama islam.

Runtuhnya Kadipaten Pengging Adipati Andayaningrat dari Pengging dan salah satu dari kedua anak laki-lakinya, Kebo Kaningara, ikut bertempur bersama patih Gajah Mada untuk mempertahankan Majapahit terhadap serangan para santri yang dipimpin Kanjeng Sunan Kudus. Andayaningrat gugur dalam perang tersebut. Setelah kemenangan dicapai orang Runtuhnya Kadipaten Pengging Adipati Andayaningrat dari Pengging dan salah satu dari kedua anak laki-lakinya, Kebo Kaningara, ikut bertempur bersama patih Gajah Mada untuk mempertahankan Majapahit terhadap serangan para santri yang dipimpin Kanjeng Sunan Kudus. Andayaningrat gugur dalam perang tersebut. Setelah kemenangan dicapai orang