BABAD KADIPATEN PASURUAN DARUSSALAM

BABAD KADIPATEN PASURUAN DARUSSALAM

Sejarah kadipaten pasuruan Kadipaten Pasuruan atau Gembong merupakan tlatah yang paling lama dikuasai oleh raja-raja Tumapel. Di tlatah-tlatah ini ditemukan banyak peninggalan candi Jawa Timur tempat pemakaman raja-raja serta keluar- ganya. Pada abad ke-19 dikumpulkan banyak dongeng setempat, yang berasal dari tlatah-tlatah di Pasuruan dan Singasari. Raja Singasari adalah salah seorang dari empat raja disamping Jenggala, Kediri, dan Ngurawan yang ditampilkan dalam kisah-kisah panji yang bersifat sejarah.

Nilai Strategis Kadipaten Pasuruan Pada awal abad 16 yang menjadi raja Gamda adalah putra Gusti Pati, yang bernama Pati Sepetat, dan ia menjadi menantu Pati Pimtor, raja dari Blambangan, juga menantu dari Raja Madura. Tuban, Gamda, dan kota- kota pelabuhan Jawa yang pada zamannya masih dikuasai Raja Agung atau patih Gusti Pati. Pati Sepetat, dengan bantuan patih Majapahit, memerangi Adipati Surabaya dan menghalang-halangi dakwa islam di Jawa Timur. Itu terjadi sesudah runtuhnya kota kraton Majapahit pada tahun 1527.

Perkembangan islam di pasuruan Di pesisir Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat kekuasaan jatuh ke tangan pejabat islam dengan cara bertahap tanpa banyak perlawanan dari kalangan anak negeri sendiri. Hal itu disebabkan juga oleh pengaruh bu- ruh asing yang kaya dan berwibawa dalam masyarakat. Juga berkat para pendiri jemaah islam pertama yang di- hormati sebagai wali. Waktu abad 16 dan 17, raja-raja islam dari Demak Bintoro dan Mataram Hadiningrat ingin memperluas tlatah kekuasaannya di ujung timur Jawa, dan sebagian saja yang berhasil. Hanya tlatah Pasuru- an yang dapat dikuasai Raja Agung Islam di Demak Bintoro pada paruh pertama abad 16. Penaklukkan oleh Kanjeng Sultan Trenggana dari Demak Bintoro, Surabaya sudah diduduki pada 1531 dan Pasuruan, 4 tahun kemudian, yakni tahun 1535.

Hubungan Pasuruan Dan Pajang Hadiningrat Pengambilalihhan kekuasaan kraton islam di Jawa Tengah oleh sultan Pajang Hadiningrat tidak men- imbulkan keguncangan di Pasuruan maupun tlatah Jawa Timur lainnya. Tahun 1581, Sultan Pajang Hadiningrat diakui sebagai Kanjeng Sultan oleh Sunan Prapen dari Giri. Penyatuan kekuasaan politik raja-raja islam Jawa Tengah dan Jawa Timur dibawah pimpinan pemuka agama dari Giri dan Kanjenng Sultan Pajang Hadiningrat juga bertujuan mengatasi ancaman raja-raja di ujung Jawa timur uang dibantu oleh Dewa agung dari Bali. Pada paruh kedua abad 16 raja Aros Baya, Kanjeng Panembahan Lemah Duwur yang menjadi menantu Sultan Pajang telah berkuasa juga di seberang, yaitu di Sidayu, Gersik dan Pasuruan. Perempat terakhir abad 16, Adipati Pasuruan berhasil melebarkan sayapnya ke pelosok Jawa Timur hingga tlatah Kediri. Sesudah mengalahkan Ma- diun tahun1590, Senopati Mataram Hadiningrat yang masih muda mengalahkan Adipati Kaniten dalam perang berkuda. Adipati Kaniten adalah seorang adipaten Pasuruan. Adipati Pasuruan yang pada perempat terakhir abad

16 berhasil meluaskan kekuasaannya sampai Kediri. Kadipaten Blambangan tahun1596 dan 1597 diserang oleh tentara islam dari Pasuruan. Pada tahun 1600 atau 1601, kota Kadipaten Blambangan direbut. Orang Bali yang dikirin oleh Adipati Gelgel untuk membantu, tetapi gagal.

Kadipaten Pasuruan Di Bawah Mataram Hadiningrat Tahun1589, gabungan Adipati Jawa Timur dan pesisir dekat Japan, Mojokerto, menghentikan gerakan pasukan Senopati Mataram Hadiningrat ke timur, Adipati Pasuruan juga membantu Adipati Surabaya. Ta- hun1613, cucu Senopati Mataram Hadiningrat melanjutkan siasat politik trahnya. Para prajurit yang harus mempertahankan ibi-Kotanegara di Jawa Tmur dari tlatah pesisir yang besar dan sudah maju itu, tidak mampu bertahan terhadap Mataram Hadiningrat. Pada 1616 atau1617 Pasuruan diduduki oleh pasukan Kanjeng Sultan Agung.