BABAD KEJAYAAN KRATON MATARAM HADININGRAT

BABAD KEJAYAAN KRATON MATARAM HADININGRAT

Politik persatuan kanjeng panembahan senopati Kraton Mataram merupakan kelanjutan kraton Pajang. Kanjeng Panembahan Senopati, karena merasa dirinya pengganti Kanjeng Sultan yang sah, berkeinginan menyatukan semua kadipaten di seluruh Jawa di satu payung kekuasaannya. Sultan Demak Bintoro pada mulanya menyesuaikan diri dengan perubahhan kekuasaan, ia mengikuti Kanjeng Panembahan Senopati dalam perlawatannya ke Jawa Timur. Tetapi, trah terakhir trah Demak Bintoro akhirnya terpaksa meninggalkan tanah warisanya. Mula-mula ia menyingkir ke Malaka dan kemudian ke Banten Darussaalam. Raja Pragola dari Pati ialah adik ipar Kanjeng Panembahan Senopati Mataram Hadiningrat. Pragola mula-mula mengakui kekuasaan tertinggi Mataram Hadiningrat. Pangeran Kudus, trah wali yang besar peranannya dalam keruntuhan kraton Majapahit pada sekitar 1590 menyingkir ke Jawa Timur untuk menghindari penjajahan raja Mataran Hadiningrat. Kanjeng Pangeran Benawa, anak Sultan Pajang Hadiningrat, hanya sebentar berposisi di Jipang, sebelum ia dengan bantuan Senopati dariMataram menjadi Sultan Pajang Hadiningrat pada 1587-1588. Pada tahun 1591 Mataram Hadiningrat merebut Jipang, sesudah Madiun diduduki. Pada tahun 1598, Senopati memerintahkan untuk memperkuat Jipang lagi dengan menggunakan angkatan kerja paksa dari Pajang Hadiningrat, karena Jipang dan Bojonegoro merupakan tanah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Baru pada tahun1599, pada akhir hidupnya, kanjeng Panembahan Senopati ber- hasil merebut kraton tua Jepara. Pada akhir abad 16, raja merdeka yamg pertama di Mataram Hadiningrat ber- hasil menguasai tlatah-tlatah terpenting di Jawa Tengah, baik di pelosok maupun sepanjang pesisir utara. Dapat dipahami jika para pejabat setempat di Kedu dan Bagelan tetap setia kepada Senopati sesudah menjadi raja merdeka. Dengan wangsa raja Cirebon Darussalam di Jawa Barat hubungannya bersahabat.

Penyatuan Seluruh Kadipaten Jawa Timur Ke Mataram Hadiningrat Sesudah Kanjeng Panembahan Senopati Mataram Hadiningrat dapat menganggap dirinya penggati sah Sultan Pajang Hadiningrat pada tahun 1588/1589, ia berusaha agar kekuasaannya diakui oleh Adipati Jawa Ti- mur yang pada tahun 1581 mengakui Sultan Pajang Hadiningrat sebagai sultan. Kanjeng Panembahan Senopati tidak mendapat pengakuan yang diharapkan dari pihak para pejabat di Jawa Timur sebagai Raja Agung atau Sul- tan, sebagai pengganti sultan Demak Bintoro dan Sultan Pajang Hadiwijaya. Sesudah usahanya untuk berkuasa di Jawa Tinur lewat saluran diplomatik gagal pada akhir abad 16.

Senopati berusaha mendudukan kraton-kraton yang berbatasan dengan tlatahnya di sebelah timur, namun usaha itu hanya sebagian yang berhasil. Kanjeng Panembahan Senopatipada tahun 1589/1590 terlibat dalam perselisihan dengan Adipati Surabaya mengenai tlatah Warung di Blora. Akhirnya Senopati memaksa pejabat di Warung mengakui kekuasaan tertinggi Mataram Hadiningrat. Insiden itu menjadi alasan raja Madiun untuk memperlihatkan secara terang-terangan ikatannya dengan Adipati Jawa Timur. Sebagai keturunan wangsa Sultan Demak Bintoro, Kanjeng Panembahan Madiun dengan rela mengakui kekuasaan tertinggi Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat. Peperangan merebut Madiun, kira-kira pada tahun 1590, berakhir dengan mundurnya Kanjeng Pamenbahan Madiun ke Wirasaba, tlatah aman ditengah-tengah Jawa Timur. Sesudah merebut tlatah Madiun, Kanjeng Panembahan Senopati terpaksa berperang melawan pejabat di Kaniten, yang menganggap dirinya kadipaten Raja di Pasuruan. Ternyata, raja-raja di Surabaya dan Pasuruan yang sangat berkuasa dan berhubungan keluarga itu masih tetap diakui kekuasaannya sampai jauh di pelosok Jawa Timur. Sesudah dikalahkan Senopati, pejabat Kaniten lari ke Pasuruan lalu dihukum atas tindakan pengecutnya.

Puncak Kekuasaan Kanjeng Panembahan Senopati Sesudah menyatukan kraton Madiun pada tahun 1590, raja Mataram Hadiningrat tidak berhasil memper- luas tlatahnya lebih jauh ke timur. Pada tahun 1591, ia berusaha lagi menduduki Kediri, dengan memanfaatkan perselisihan antara dua calon pengganti raja yang berkuasa di kraton itu. Usaha raja Mataram Hadiningrat mere- but Kediri ditanggapi oleh Adipati Jawa Timur dengan serangan balasan yang mengakibatkan peperangan besar antara tahun 1593-1595. Orang Jawa Timur menguasai tlatah Madiun lagi, namun mereka tidak dapat menem- Puncak Kekuasaan Kanjeng Panembahan Senopati Sesudah menyatukan kraton Madiun pada tahun 1590, raja Mataram Hadiningrat tidak berhasil memper- luas tlatahnya lebih jauh ke timur. Pada tahun 1591, ia berusaha lagi menduduki Kediri, dengan memanfaatkan perselisihan antara dua calon pengganti raja yang berkuasa di kraton itu. Usaha raja Mataram Hadiningrat mere- but Kediri ditanggapi oleh Adipati Jawa Timur dengan serangan balasan yang mengakibatkan peperangan besar antara tahun 1593-1595. Orang Jawa Timur menguasai tlatah Madiun lagi, namun mereka tidak dapat menem-

Membesarnya kekuasaan Kanjeng Panembahan Mataram Hadiningrat mendorong iparnya, Adipati Prago- la dari Pati, menuntut supaya dia benar-benar diakui sebagi raja mereka. Sesudah Madiun diduduki dan setelah pernikahan antara Senopati Mataram Hadiningrat dan putri Madiun tahun 1590, hubungan antara kraton Pati dan Mataram Hadiningrat menjadi renggang. Panembahan Senopati pada akhir abad ke-16 masih berusaha agar kekuasaannya diakui oleh Banten Darussalam. Tahun 1596 di Banten Darussalam terasa ancaman dari Mataram Hadiningrat. Senopati Mataram Hadiningrat dengan pasukan besar mengepung Banten Darussalam lewat laut, namun tanpa hasil. Ia memanfaatkan hubungannya dengan Cirebon Darussalam yang cukup bersahabat untuk dapat menggunakan kota pelabuhan Jawa Barat sebagai batu loncatan bagi ekspedisi maritim terhadap Banten Darussalam. Kenyataan bahwa Banten Darussalam dulu suatu tlatah yang didirikan oleh raja Cirebon Darussalam yang agung Kanjeng Sunan Gunung Jati mengakibatkan raja-raja Cirebon Darussalam kemudian menerima baik usulan Mataram Hadiningrat untuk berusaha menempatkan kembali Banten Darussalam di bawah kekuasaan Cirebon Darussalam dan Mataram Hadiningrat.

Peletak Dasar Kraton Mataram Hadiningrat Islam Raja merdeka pertama di Mataram Hadiningrat mangkat pada tahun 1601, pada tahun itu juga terjadi gerhana matahari yang dicatat pada kronik-kronik Jawa disamping kematian Kanjeng Senopati. Ia meninggal di Kajenar dan dimakamkan di bawah kaki ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di tempat pemakaman tua dekat kota istana Kotagede. Kira-kira dalam waktu 15 tahun kekuasaan Mataram Hadiningrat diakui oleh sebagian besat Jawa Tengah, perlawanan para wangsa raja yang lebih tua di Jawa Timur dapat ditanhanya. Kemauan yang keras dan ketangkasan yang sudah menjadi bawahannya merangsang kegariahan bertindak dan semangan tempur bawa- hannya. Sekalipun kerap sukses dalam bidang politik keprajuritan, Kanjeng Pamenbahan Senopati tidak berhasil mendapatkan pengakuan dari raja-raja Jawa lain sebagai raja yang sedrajat dan sejajar dengan mereka. Tidak lama sebelum mangkat, Panembahan Senopati dengan tegas menunjuk anak satu-satunya yang masih hidup, Raden Mas Jolang sebagai penggantinya meskipun masih muda. Raja kedua di Mataram Hadiningrat itu dalam sejarah Jawa terkenal dengan nama anumertanya, Seda ing Krapyak, karena ia meninggal pada usia cukup muda akibat kecelakaan di Krapyak tahun 1613.