A. Persemaian Ide Melawan Orde Baru 1990-1993
1. Isu suksesi menjelang Pemilihan Umum 1992
Pemilu 1992 menjadi penting karena Indonesia telah memasuki tahun terakhir era 25 tahun Pembangunan Jangka Panjang Pertama PJP I. Pada masa peralihan antara PJP
I dan PJP II ini muncul banyak sekali wacana yang menyangkut kepentingan nasional misalnya era keterbukaan, regenerasi, kebangkitan nasional kedua.
96
Wacana mengenai pergantian kepemimpinan nasional pada pemilu 1992 memang sangat
santer diberitakan. Kekuasan Orde baru dibawah presiden Soeharto sejak 1967 hingga 1992 telah
berjalan selama 25 tahun dan belum sekalipun bangsa Indonesia merasakan sebuah pergantian kepemimpinan nasional dengan mekanisme demokrasi yang normal lewat
pemilu. Soekarno dan Soeharto dipilih sebagai presiden karena adanya sebuah peristiwa sejarah yang besar, yang mendorong mereka menjadi presiden. Suksesi
kepemimpinan nasional berarti penyegaran atau pergantian unsur-unsur kepemimpinan nasional yang menyangkut presiden, wakil presiden, para menteri
kabinet, para anggota MPR dan DPR.
97
Pemilu 1992 memiliki dua isu politik yang sensitif yaitu pencalonan kembali Jenderal Soeharto untuk memegang jabatan presiden RI periode 1993-1998 dan
pembatasan jabatan presiden. Isu pencalonan kembali Soeharto sebagai presiden
96
R.Z Leirissa, Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta: Depdikbud, 1996, hlm 100.
97
Amien Rais, Suksesi Kepemimpinan Nasional, dalam Riza Noer Arfani, Demokrasi Indonesia Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo, 1996, hlm 239-240.
dikemukakan oleh Partai Persatuan Pembangunan PPP sedangkan isu pembatasan masa jabatan presiden dikemukakan oleh ketua umum Partai Demokrasi Indonesia
PDI Drs. Soerjadi.
98
Isu mengenai pembatasan masa jabatan presiden ini segera mendapat respon langsung dari Soeharto sendiri. Soeharto menegaskan jika ada pihak atau orang yang
mengusulkan supaya masa jabatan presiden hanya dibatasi sampai dua kali saja maka ini dinilai sama dengan mengebiri UUD 1945 karena menurut UUD 1945 masa
jabatan dibatasi selama lima tahun dan selanjutnya terserah kepada MPR.
99
98
Soerjadi mengemukakan isu ini didepan massa PDI di Jakarta pada 12 Mei 1992. Kala itu, ia mengatakan bahwa pada Sidang Umum MPR 1993, PDI akan
mengusulkan mengenai pembatasan jabatan presiden untuk dua periode saja. Soerjadi menyatakan menurut Undang-Undang Dasar UUD 1945, presiden dan wakil
presiden dipilih lima tahun sekali. Itu berarti masa jabatan hanya berlangsung lima tahun saja, presiden yang dinilai baik akan dipilih lagi untuk masa pemilihan
berikutnya. Suara Merdeka, 13 Mei 1992.
99
Wacana mengenai pembatasan masa jabatan presiden untuk dua kali masa pemilihan ini bukanlah hal baru. Pada awal berkuasanya Orde Baru, isu pembatasan
masa jabatan presiden ini pernah dilontarkan oleh Jendral Purn Nasution semasa ia masih menjadi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara MPRS.
Menurutnya pembatasan masa jabatan presiden ini berdasarkan tiga alasan. Pertama, kurun waktu sepuluh tahun sudah cukup untuk seorang presiden dalam memimpin
negara atau dengan kata lain kelebihan dan kekurangan seorang presiden sudah kelihatan. Kedua, masa jabatan presiden yang tidak dibatasi akan menimbulkan
kekuasaan yang monopolistik. Ketiga, apabila tidak dibatasi dalam dua periode saja akan pengkultusan individu yang merugikan. Y. Krisnawan, Pers Memihak Golkar?
Suara Merdeka Dalam Pemilu 1992. Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1997, hlm. 108; Suara Merdeka, 19 Mei 1992.
2. Aksi Kampanye Golongan Putih di Semarang