diam, pers mahasiswa Manunggal milik Undip melakukan aksi solidaritas, mereka menamakan diri Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Semarang FKPMS. Aksi
solidaritas FKPMS ini dilakukan pada 26 Juni 1993 bertempat di lapangan basket Undip, aksi ini mengambil tema “Aksi Keprihatinan Pembredelan Pers Mahasiswa”
yang diikuti perwakilan lembaga persmawa pers mahasiswa PTNPTS se-kota Semarang. Pada aksi ini digelar berbagai spanduk bertuliskan, “Aksi Keprihatinan
Atas Pemberedelan Pers Mahasiswa”; “Free The Student’s Press”; “Merdeka Indonesia…Merdeka Pers Mahasiswa”; “Jangan Isolir Kami dari Jerit Hati Nurani”;
“Pers Kampus Yes..Penerbitan Kampus No”; “Pers Mahasiswa Jangan Dibredel lhah yaa”; “Arena, Vokal, Dialogue, Opini, siapa lagi?”.
137
3. Organisasi Intra dan Ekstra Universitas di Semarang
Jerat korporatisme Normalisasi Kehidupan KampusBadan Koordinasi Kemahasiswaan NKKBKK telah berakhir dengan berlakunya organisasi
mahasiswa Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi SMPT yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No. 301990. Kalangan mahasiswa menganggap skeptis
regulasi baru ini karena trauma atas kebijakan NKKBKK yang mematikan kekritisan mahasiswa. Sikap mahasiswa ini kemudian menimbulkan kesenjangan antara
organisasi mahasiswa dengan anggotanya, lembaga mahasiswa kurang mewakili aspirasi mereka dan mahasiswa sendiri tidak merasa terwakili oleh mereka
137
Majalah Balairung, No.25Th.XII1997.
ormawa.
138
Organisasi intra kampus terlalu lama dalam suasana apolitis NKKBKK, sehingga ketika muncul era keterbukaan pada awal 1990-an tampak bahwa kalangan
ini tampak gagap, kurang visi politik yang komprehensif, tidak berpengalaman dalam wacana politik lokal dan nasional, kurang dalam pengelolaan aksi dan penyikapan
atas kekerasan militer.
139
Peranan organisasi mahasiswa intra kampus baru nampak signifikan, secara kuantitas aksi demonstrasi, ketika memasuki awal tahun 1998. Di Semarang sendiri,
aksi dari kalangan organ intra universitas pertama kali muncul ketika ada aksi keprihatinan di Gedung Berlian DPRD Tk I Jawa Tengah. Sekitar 150 mahasiswa
dari Undip, IAIN Walisanga dan IKIP Semarang bergabung menyampaikan aspirasi mengenai krisis yang melanda Indonesia.
140
Pengaruh organisasi mahasiswa ekstra universitas seperti GMNI, HMI, PMKRI, PMII cukup besar dalam organisasi intern mahasiswa di universitas-
universitas besar seperti UI, UGM, UNDIP, UNS dan UNAIR. Dari beberapa organisasi ekstra yang ada tersebut, HMI memiliki pengaruh paling kuat. Persaingan
antar organisasi ekstra ini tampak memanas ketika terjadi suksesi di organisasi intra universitas seperti Badan Eksekutif Mahasiswa dan Senat Mahasiswa Perguruan
Tinggi. Di Semarang, masing-masing organisasi ekstra ini memiliki basis massa di
138
Majalah Hayamwuruk, No. 2 Th. VII1992, hlm. 35.
139
Muridan S. Widjojo dan Moch. Nurhasim, op.cit., hlm. 348.
140
Lihat Bab IV pada skripsi ini dengan judul sub-bab Aksi-Aksi Unjuk Rasa oleh Mahasiswa di Semarang sepanjang bulan Februari hingga Mei 1998.
beberapa perguruan tinggi yang ada. GMNI memiliki pengaruh kuat di kalangan mahasiswa Untag Universitas Tujuh Belas Agustus, kalangan mahasiswa Undip
khususnya Fakultas Ekonomi dan FISIP. PMII memiliki basis massa di kalangan mahasiswa IAIN Institut Agama Islam Negeri Walisanga. PMKRI memiliki basis
massa di kalangan mahasiswa dari Unika Universitas Katolik Soegijapranata. HMI- DIPO memiliki mayoritas massa di kalangan mahasiswa Undip dan mampu
menguasai kalangan pengurus Senat.
141
141
HMI-DIPO merupakan hasil split dari kemelut yang ada di tubuh HMI sendiri, perpecahan ini terjadi karena perbedaan interpretasi di kalngan aktivis HMI
dalam menerima asas tunggal Pancasila pada tahun 1985. Lihat selengkapnya perpecahan dalm tubuh HMI dalam M. Rusli Karim, HMI-MPO dalam Kemelut
Modernisasi Politik di Indonesia, Bandung: Mizan, 1997.
BAB IV MENUMBANGKAN TIRANI:
AKSI-AKSI REFORMASI OLEH MAHASISWA TAHUN 1998 DI SEMARANG
Gerakan mahasiswa di Indonesia menemukan momentum pentingnya pada tahun 1998. Pada tahun ini, kekuasaan rezim Orde Baru dibawah Soeharto mengalami
tekanan luar biasa dari kalangan masyarakat umum, cendekiawan, lawan-lawan politik serta mahasiswa. Tekanan kepada rezim Orde Baru ini terkait dengan situasi
ekonomi Indonesia yang terkena imbas krisis ekonomi di Asia. Selain itu juga dipicu kekesalan rakyat mengenai tiadanya suksesi pada Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat MPR 1998 serta dugaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN atas pemerintahan Soeharto. Gerakan mahasiswa di berbagai wilayah di
Indonesia semakin masif, dengan menerapkan strategi demonstrasi atau aksi jalanan, dengan intensitas yang meningkat luar biasa mulai bulan April hingga puncaknya
bulan Mei 1998. Aksi-aksi reformasi yang dilakukan mahasiswa di berbagai wilayah di
Indonesia juga dilakukan oleh segenap mahasiswa di Semarang. Apalagi secara tradisi, gerakan mahasiswa Semarang telah memberi warna penting dalam kancah
gerakan mahasiswa jauh sebelum era 1998. Gerakan mahasiswa di Semarang dalam bentuk demonstrasi jalanan ini tidak terjadi secara spontan melainkan ada faktor-