dalam menjaga keamanan. Tak jarang metode bentrok antara mahasiswa vis a vis aparat keamanan sering terjadi.
Gerakan Mahasiswa di Semarang pada tahun 1990-1998 dapat dianalisis dengan teori Smelser tersebut, karena memuat kondisi-kondisi seperti tersebut di atas.
Akhirnya kerapuhan pondasi ekonomi, instabilitas politik dan permasalahan sosial yang melanda Indonesia selama kurun waktu sewindu 1990-1998 telah
mengeluarkan kekuatan mahasiswa di berbagai kota, termasuk Semarang, dalam menggulirkan reformasi.
E. Metode Penelitian dan Penggunaan Sumber
Penulisan sejarah juga memiliki metode seperti halnya pada ilmu alam dan ilmu sosial yang lain. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode sejarah kritis.
Metode sejarah kritis merupakan suatu proses menganalisis dan menguji rekaman atau peninggalan masa lampau. Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam
penulisan sejarah. Tahapan-tahapan tersebut adalah: Heuristik merupakan tahap pertama aktivitas pengumpulan sumberdata
sejarah, baik sumber primer maupun sekunder.
32
Pengumpulan sumber ini sangat penting guna memperoleh data yang dibutuhkan baik secara tertulis maupun lisan.
Sementara sumber-sumber sekunder berupa buku-buku dan artikel-artikel dalam
32
Sartono Kartodirdjo, Metode Penggunaan Bahan Dokumenter, dalam Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1989,
hlm 45; Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta: BEntang, 1995, hlm. 94-97.
majalah yang diperoleh dari Perpustakaan wilayah Jawa Tengah, Perpustakaan Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro, Perpustakaan Universitas Diponegoro,
Perpustakaan Mesiass Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah. Sumber lisan juga digunakan untuk melengkapi sumber sekunder yang ada berupa wawancara dengan
tokoh–tokoh gerakan mahasiswa tahun ’90-98 dan masyarakat umum yang terlibat langsung atau tidak langsung dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini.
33
Kritik Sumber adalah tahapan kedua dalam metode sejarah yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang otentik dan kredibel. Kritik sumber
penting bagi peneliti untuk dapat menyaring informasi yang didapat selama proses pengumpulan data. Kritik sumber ekstern ialah kritik yang dilakukan untuk
mengetahui otentisitas keaslian suatu dokumen.
34
Pada umumnya, arsip yang terdapat dalam lembaga resmi dapat segera diketahui otentisitasnya. Kritik yang
kedua adalah kritik intern. Ini dilakukan untuk menguji kebenaran suatu dokumen,
33
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah Yogyakarta: Tiara Waca, 1994, hlm. 23.
34
Penulis mendapatkan dokumen mengenai pernyataan sikap PRD pasca Peristiwa Kudatuli 1996, pada dokumen tersebut disebutkan nama Mirah Mahardhika
ketua KPP PRD yang tentu saja merupakan nama samaran atau nickname yang lazim digunakan dalam ranah pergerakan. Penulis kemudian men-crosscheck
keaslian dan kebenaran dokumen tersebut kepada salah seorang mantan anggota KPP PRD tidak mau disebutkan nama karena alasan keamanan. Dari pernyataan
narasumber tersebut ternyata dokumen tersebut adalah benar adanya dan resmi dikeluarkan oleh KPP PRD. Sedangkan nickname Mirah Mahardhika dalam dokumen
tersebut saat ini telah berprofesi sebagai salah seorang dosen muda di lingkungan Universitas Indonesia penulis belum berani mengungkap siapa sebenarnya Mirah
Mahardhika ini karena pertimbangan keamanan bagi pemilik nickname tersebut.
sehingga didapatkan data yang proporsional tentang informasi yang ingin disampaikan.
35
Interpretasi merupakan tahap ketiga dari metode sejarah sebelum historiografi. Tahap ini bertujuan untuk membuat hubungan antara fakta yang sama dan sejenis.
Tahap ini juga bertujuan untuk menafsirkan dan membandingkan fakta yang sudah terklarifikasi untuk diceritakan kembali. Dalam proses ini peran imajinasi sangat
besar, karena imajinasi membantu sejarawan dalam merekat fakta yang telah disintesakan dan kemudian diinterpretasikan dalam bentuk kata dan kalimat, sehingga
dapat dimengerti. Tahap ini menuntut daya imajinasi peneliti dalam menggambarkan suatu kejadian masa lalu, tentunya dengan tetap disiplin dengan jejak-jejak traces
yang ada. Tahap terakhir pada metode sejarah adalah historiografi yaitu tahap penulisan
sejarah. Setelah sumber melewati tahap-tahap sebelumnya, maka siaplah mereka untuk dirangkai menjadi sebuah karya tulis yang ilmiah. Apabila semua tahap
dilewati dengan benar maka akan menghasilkan karya sejarah yang diharapkan yaitu sebuah tulisan sejarah yang deskriptif-analitis dengan mengedepankan aspek
keilmiahan yang tinggi serta aplikatif.
35
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah Jakarta: Gramedia, 1992.
F. Sistematika Penulisan