Strategi Pembangunan Ekonomi Orde Baru

kebijakan dari pemerintah, namun tidak semua mahasiswa apriori terhadap kebijakan SMPT ini. 53 Keberadaan kelompok-kelompok alternatif seperti pers mahasiswa, kelompok stugi atau kelompok independen lainnya telah mampu memberikan pilihan alternatif bagi aktivitas mahasiswa. Pers mahasiswa dan kelompok mahasiswa lain yang tidak terikat dengan pihak fakultas dan universitas telah mendapatkan posisi strategis dalam memberikan arah baru pada kehidupan politik dan dinamika sosial dikampus. 54

B. Kondisi Ekonomi Indonesia 1990-1998

1. Strategi Pembangunan Ekonomi Orde Baru

Berdasarkan pengalaman sejarah, sistem ekonomi pasar selalu mengalami pasang surut yang dapat digambarkan dalam sebuah kurva konjungtur ekonomi. Kurva tersebut terdiri dari beberapa bagian, antara lain: masa pertumbuhan, masa puncak kemakmuran peak of wealth, masa kemunduran, masa keterpurukan peak of crises. Setelah krisis dapat teratasi, maka disambung dengan masa pemulihan, dan pertumbuhan. Berdasarkan pengalaman sejarah Indonesia sejak era kemerdekaan sampai sekarang, panjang gelombang tersebut dapat dikategorikan dalam gelombang jangka pendek tujuh tahunan dan gelombang jangka panjang 35 tahunan. 53 Irine H Gayatri, Arah baru Perlawanan Gerakan Mahasiswa 1989-1993, dalam Muridan S Widjojo et.al. Penakluk Orde Baru: Gerakan Mahasiswa ’98 Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999. 54 Hayamwuruk No 2 Th VII 1992, hlm 35 Gelombang jangka pendek tujuh tahunan dapat diringkas sebagai berikut. “..1945 - 1952 Ekonomi Perang 1952 - 1959 Pembangunan Ekonomi Nasional 1959 - 1966 Ekonomi Komando 1966 - 1973 Demokrasi Ekonomi 1973 - 1980 Ekonomi Minyak 1980 - 1987 Ekonomi Keprihatinan 1987 - 1994 Ekonomi Konglomerasi 1994 - 2001 Ekonomi Kerakyatan.” 55 Masing-masing tahap dalam siklus tersebut telah ditandai dengan ciri-ciri khusus yang tidak terdapat pada periode sebelum dan sesudahnya. Misalnya, pada periode Ekonomi Konglomerasi, periode ini dipicu oleh liberalisasi sektor perbankan, yang disusul dengan tumbuhnya imperium usaha konglomerasi. Konglomerasi non Pribumi muncul seiring dengan perkembangan perekonomian nasional, hal ini dipicu dengan adanya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dilakukan pemerintah pada awal tahun 80-an. 56 Pengusaha non pribumi di Indonesia memegang peranan dalam bidang ekonomi yang tidak kecil, dengan jumlah hanya 5 dari penduduk Indonesia namun dapat menguasai 70 55 Mubyarto, Siklus Tujuh Tahunan Ekonomi Indonesia 1931-1966-2001- 2036, dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 16 No. 3, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 2000, hlm. 246. 56 Berakhirnya era boom minyak pada pertengahan tahun 1970-an membuat pemerintah memutar haluan kebijakan ekonomi ke pendekatan liberal. Deregulasi yang dilakukan menyangkut sektor perbankan dan perdagangan. Reformasi kebijakan Orde Baru ini berlangsung selama kurun waktu 1986 hingga 1996. Zaim Saidi, Soeharto Menjaring Matahari. Bandung: Mizan, 1998, hlm. 96-98 perekonomian nasional. Penguasaan ini ditunjang dengan struktur modal yang kuat, kemampuan manajemen yang teratur, penyerapan teknologi dan penguasaan pasar. 57 Pada masa Orde Baru ditandai dengan pembangunan ekonomi bersifat sentralistis, rezim penguasa yang otoriter, serta birokrasi yang korup. Pembangunan tersebut akhirnya mengantar Indonesia ke arah periode krisis yang menyakitkan. Perekonomian Indonesia selama tiga puluh tahun dibawah pemerintahan Presiden Soeharto, 1967 sampai 1997, semakin erat terkait dengan perekonomian global. Pembangunan ekonomi di Indonesia semakin mengandalkan modal asing baik dalam bentuk utang atau penanaman modal. 58 Sementara itu di bidang industri juga semakin mengandalkan barang impor untuk kemudian diekspor kembali di mancanegara. Bahkan Indonesia sudah berani menyatakan diri bergabung dengan organisasi-organisasi ekonomi liberal baik di tingkat regional AFTA dan global APEC dan WTO. 59 Rezim Orde baru yang 57 Valina Singka Subekti, Konglomerasi Non-Pribumi dan Pengaruh Politiknya, dalam Lab. Ilmu Politik FISIP UI, Evaluasi Pemilu Orde Baru. Jakarta: Mizan, 1997, hlm. 46. 58 Pinjaman lunak dan hibah ini diberikan melalui konsorsium IGGI Inter Government Group for Indonesia yang dipimpin belanda sejak 1967 namun pada tahun 1992 IGGI dibubarkan dan diganti dengan konsorsium baru bernama CGI Consultative Group for Indonesia dengan anggota minus Belanda.Pembubaran IGGI ini dipicu tindakan J.P Pronk, Menteri Pembangunan Belanda yang merangkap ketua IGGI, yang dinilai mengkritik kebijakan Orde Baru. Presiden Soeharto tidak menyukai hal ini sehingga memutuskan sementara hubungan bantuan dengan Belanda pada tahun 1992. Zaim Saidi, op.cit., hlm 147-148. 59 Alexander Irwan, Jejak-Jejak Krisis di Asia Yogyakarta: Kanisius, 1999, hlm. 198-99. berkuasa di Indonesia selama 32 tahun telah memperlihatkan watak dirigist 60 yang sangat kental serta bersifat patrimonialisme 61 .

2. Dinasti Ekonomi Keluarga Cendana