Tanpa kerusuhan ditengah aksi mahasiswa Krisis moneter sebagai penyatu gerakan Tidak ada perguruan tinggi yang dominan

Orba adalah peristiwa 27 Juli 1996 kudatuli, paska peristiwa ini pemerintah mulai melakukan penangkapan terhadap semua gerakan kerakyatan tanpa kecuali kelompok-kelompok mahasiswa.

2. Corak khas Gerakan Mahasiswa di Semarang pada masa Reformasi 1998

Gerakan mahasiswa pada periode 1998 merupakan sebuah catatan tersendiri dalam sejarah pergerakan mahasiswa di Indonesia, mereka mampu menumbangkan sebuah kekuasaan yang telah meng-hegemoni selama 32 tahun. Usaha menumbangkan kekuasaan Orde Baru oleh mahasiswa tidak dilakukan dalam jangka waktu pendek, namun pergulatan ide dan berkali-kali demonstrasi dalam sewindu akhir 1990-1998 pada akhirnya memetik hasilnya juga meskipun jatuh korban yang tidak sedikit baik dari kalangan mahasiswa maupun rakyat. Pada peristiwa reformasi ini hampir seluruh kampus-kampus yang ada turun ke jalan menuntut reformasi, berikut ini akan penulis kemukakan beberapa corak khas gerakan mahasiswa di Semarang pada peristiwa Reformasi 98.

a. Tanpa kerusuhan ditengah aksi mahasiswa

Mobilisasi dan aksi massa oleh mahasiswa di Semarang, pada masa demonstrasi bulan Februari hingga Mei 1998, menorehkan kesan damai dibanding yang terjadi di Solo maupun Jakarta. Kesan damai ini terlihat selama bulan Februari hingga lengser-nya Soeharto pada bulan Mei, pada saat gelombang aksi tersebut, di Semarang tidak terjadi peristiwa kerusuhan seperti perusakan fasilitas publik dan pertokoan seperti halnya yang terjadi di Jakarta atau Solo. Sikap oportunisme kalangan birokrat dan legislatif dengan ikut turun dalam aksi mahasiswa justru bisa dikatakan dapat meredam agresifitas massa aksi.

b. Krisis moneter sebagai penyatu gerakan

gerakan mahasiswa dengan metode demonstrasi semakin marak terutama memasuki tahun 1998. Maraknya aksi keprihatinan dan turun ke jalan menjadi pilihan dalam menyuarakan aspirasi mereka karena segala himbauan moral sudah tidak didengarkan oleh pemerintah. Aksi turun ke jalan semakin masif sejak bulan Februari dan terus berlanjut hingga bulan Mei 1998. Krisis moneter yang dialami semua lapisan masyarakat telah menjadi landasan bagi mahasiswa untuk bergerak. Respon mahasiswa Semarang dalam menyikapi krisis juga bermacam- macam dari sekedar menggelar aksi hingga dalam tindakan meringankan beban sesama dengan menggelar pasar murah bagi rakyat. Dalam hal ini keadaan krisis ekonomi telah mampu menjadi penyatu gerakan mahasiswa terutama di Semarang.

c. Tidak ada perguruan tinggi yang dominan

aksi-aksi demonstrasi oleh mahasiswa bulan Februari hingga Mei di Semarang tampak tidak ada sebuah perguruan tingi yang dominan, beberapa PT di Semarang antara lain UNDIP, IKIP Semarang dan IKIP PGRI, UNIKA Soegijapranata, UNISSULA, UNTAG dan IAIN Walisanga masing-masing memberi kontribusi yang besar dalam setiap aksi. Gerakan mahasiswa periode ini menolak adanya penokohan karena sangat rentan dalam sebuah gerakan terutama bila tokoh tersebut tertangkap aparat maka gerakan yang ada akan cepat mundur. Semua perguruan tinggi yang ada di semarang merasa dalam sebuah “penyatuan” dalam setiap aksi karena mereka juga berkeinginan menunjukkan eksistensi mereka dihadapan perguruan tinggi yang lain.

d. Kesamaan isu