Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

aksi yang pernah dilakukan KSKPKO ini diantaranya dilakukan di Depdagri Jakarta dan Kodim Boyolali Jawa Tengah. 79

2. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Pembangunan ekonomi selama rejim Orde Baru secara fisik cukup berhasil, namun secara fundamental sangat rapuh. Orientasi pembangunan selama rejim Orde Baru secara konseptual juga meyakinkan. Namun, secara praktis dan operasional sangat buruk dan tidak efisien. Permasalahan mengenai Kolusi, Korupsi dan Nepotisme KKN telah menyebar mulai dari aparat desa sampai aparat pemerintah pusat, baik eksekutif dan legislatif maupun lembaga-lembaga negara yang lain. Konglomerasi yang merugikan, serta praktek-praktek monopoli dan kartel yang menyengsarakan masyarakat umum telah terjadi di berbagai industri dan pasar komoditas. 80 Sektor bisnis yang ada di Indonesia telah dimasuki oleh perusahaan milik Keluarga Cendana dan orang-orang terdekat mereka. Mulai dari jasa perbankan, konstruksi, perkebunan, otomotif, industri pangan, kehutanan. Tidak salah bila ada sebagian masyarakat yang menganggapnya sebagai suatu Kerajaan Bisnis. 81 Besarnya kerajaan bisnis tersebut dan faktanya dalam memasuki berbagai bidang bisnis 79 Irine H Gayatri, op.cit., hlm 89; diperkuat wawancara dengan Tri Budiyanto dan Basa Basuki pada tanggal 7 dan 12 Februari 2008. 80 E. Gumbira-Said dan A. Harizt Intan, Reorientasi Pembangunan Ekonomi Indonesia dalam Era Reformasi : Peranan Sektor Agribisnis dan Agroindustri. Usahawan, No. 10 tahun XXVII Oktober 1998, hlm 18 81 Monopoli impor baja dan timah oleh Bob Hasan; monopoli tepung terigu oleh Bogasari atau Salim Group. Ibid., hlm 19 menimbulkan prasangka bahwa kerajaan bisnis tersebut dibesarkan dengan praktek- praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, munculnya konglomerat- konglomerat besar dari warga negara keturunan yang disinyalir mendapatkan fasilitas kemudahan menyebabkan munculnya pretensi negatif bagi kestabilan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. 82 Industri minyak dan gas di Indonesia selama rejim Orde Baru berkuasa telah banyak dieksploitasi. Namun, eksploitasi tersebut diduga tidak efisien dan diliputi oleh praktek-praktek KKN yang merugikan negara, sehingga hasilnya tidak dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia secara optimal. Eksploitasi di bidang pertambangan juga sangat memprihatinkan, eksploitasi maksimal oleh pihak asing hanya menyisakan residu limbah yang berlebihan. 83 Eksploitasi kekayaan hutan tropis juga cukup mengenaskan dan berakibat banyak terjadi kebakaran lahan dan hutan yang luas, banjir dan erosi, tanah longsor, gangguan ekosistem, hilangnya mata pencaharian penduduk yang tinggal disekitar hutan, serta kerusakan alam yang lain, yang kesemuanya merupakan biaya sosial yang ditanggung oleh masyarakat akibat eksploitasi hutan tropis yang kurang terkendali. 84 Indonesia memiliki reputasi yang buruk di mata internasional dalam hal korupsi, berperingkat mendekati paling bawah bersama dengan negara-negara paling 82 Ibid., hlm 21 83 Wimandjaya K Liotohe, op.cit., hlm 43 84 Salah satu contoh adalah P.T Alas Hijau milik Sigit dan The Kin Siang atau Bob Hasan yang melakukan eksploitasi atas hutan di Aceh. Ibid korup lainnya di dunia. Selama ini Indonesia juga dianggap lebih buruk dalam mengendalikan korupsi dan rakyat Indonesia tidak menyangkal fakta ini. 85 Korupsi juga turut menyebabkan hilangnya kepercayaan warga negara kepada pemerintah. Walaupun berasal dari zaman kolonial, korupsi melembaga di bawah rejim Orde Baru, sewaktu rejim tersebut secara sistematis memberikan berbagai manfaat kepada kroni-kroninya demi imbalan keuntungan finansial dan yang lainnya. 86

3. Kerusuhan 27 Juli 1996