Upacara Tradisi keraton Surakarta

E. Upacara Tradisi keraton Surakarta

Kebudayaan keraton Surakarta mempunyai berbagai macam upacara tradisi yang telah dilakukan sejak dahulu kala. Upacara adat ini sebagai sarana komunikasi non-verbal antara raja keraton Surakarta dan rakyatnya. (Soeratman, 2000: 123). Segala sesuatu yang berhubungan dengan upacara, di antara pakaian, dan tempat duduk, tingkah laku dan bahasa yang digunakan untuk memberi petunjuk terhadap kedudukan, derajat, serta kehormatan setiap Kebudayaan keraton Surakarta mempunyai berbagai macam upacara tradisi yang telah dilakukan sejak dahulu kala. Upacara adat ini sebagai sarana komunikasi non-verbal antara raja keraton Surakarta dan rakyatnya. (Soeratman, 2000: 123). Segala sesuatu yang berhubungan dengan upacara, di antara pakaian, dan tempat duduk, tingkah laku dan bahasa yang digunakan untuk memberi petunjuk terhadap kedudukan, derajat, serta kehormatan setiap

Berbagai macam upacara merupakan upacar interaksi, suatu upacara yang merupakan bagian dari bentuk kehidupan sosial yang disebut kode interaksi. Kode ini bersifat ekspresif yang dapat dinyatakan seseorang secara lisan, tertullis, dengan gerakan tangan atau anggota badan lainnya. Upacara interaksi ini selain mengenal formalitas yang tinggi, juga mengenal ketelitian dan berisikan unsur-unsur estetika.

Kelompok upacara intern meliputi upacara makan siang dan malam bagi raja dan keluarganya, menghadap raja pada hari senin dan kamis, ulang tahun raja, ulang tahun pakuwon raja, ulang tahun permaisuri raja, selamatan maèslawung , ngabêktèn, dan pemujaan terhadap kekuatan alam. Diantara upacara yang termasuk kelompok ekstern adalah gêrêbêg, penobata raja (Jumênêngandalêm),

raja (Tingalan Jumênêngandalêm ), menanggapi peristiwa-peristiwa yang penting selama daur hidup yang menyangkut diri raja serta keluarganya, dan rampogan harimau. Selain itu terdapat juga upacara yang berlangsung diluar kêdhaton, misalnya tadhak loji, dan jèndralan.

Lebih jauh lagi upacara yang masih tetap lestari (hingga sekarang).

bêdhaya kêtawang.

2. Upacara Gêrêbêg

3. Upacara Gunungan

4. Upacara Mahèsä Lawung, sesaji kepala kerbau.

5. Hari Raya Idul Fitri, acara sungkeman/ngabekten (Silaturahmi, saling memaafkan), dan peparing (membagi sedekah untuk kesejahteraan kawula/masyarakat) (Hadisiwaya, 2011:30).

Kebudayaan keraton Surakarta mengenal pasamuwan agêng (besar), pasamuan têngahan (tengah), pasamuan alit (kecil). Istilah ini memudahkan peserta upacara untuk menentukan macam kostum yang harus mereka pakai, jika mereka mengikuti upacara itu. Termasuk pasamuwan agêng adalah upacara penobatan raja (Jumênêngandalêm), ulang tahun penobatan raja (Tingalan Jumênêngandalêm), Gêrêbêg (Maulud, Pasa, Bêsar), Têdhak loji, jendralan, kelahiran calon putra mahkota, perkawinan raja dan keluarganya dan pemakaman jenazah raja. Pasamuwan alit antaranya mencakup upacara rutin tiap hari senin dan kamis, sedang ulang tahun pakuwon raja termasuk pasamuwan têngahan . (Soeratman, 2000: 123-126).

Upacara penting yang terkait dengan adat istiadat keraton adalah: Jamasan, Pisowanan Ngabêktèn, Nyadran, Labuhan dan Tingalan Jumênêngandalêm.

berupa pemeliharaan warisan dalam bentuk pembersihan pusaka peninggalan leluhur.

2. Pisowanan Ngabêktèn adalah pemberian tanda bukti dan mohon berkah kepada raja. Biasanya dilangsungkan pada saat Idul Fitri (lebaran) pada tanggal 1 syawal seetiap tahunnya.

3. Nyadran adalah tradisi ziarah kubur (bersifat terbatas). Dilaksanakan setiap tanggal 15 Ruwah/S ya’ban, menjelang bulan puasa dimakam pajimatan: Sesela, Tegal-Arum, Kota Gedhe, dan Imogiri.

4. Labuhan merupakan upacara membuang sajian atau barang yang dianggap keramat. Labuhan itu dilaksanakan di gunung Lawu (timur), parangtritis (selatan), hutan Krendawahana (utara), dan Gunung Merapi (barat). Barang yang dilarung (ind.disajikan,dibuang) adalah pakaian lengkap, potongan rambut, potongan kuku, minyak wangi dan sutera.

5. Tingalan Jumênêngandalêm, yaitu melakukan udik-udik, yaitu adat para Raja Jawa untuk menyebar uang kepada rakyat/kawula. (Hadisiswaya, 2011:33-34)

Penjelasan berikutnya mengenai upacara penting keraton: