Analisis Kondisi Non Fisik Koridor Ngarsapura

5.1.2. Analisis Kondisi Non Fisik Koridor Ngarsapura

a. Analisis Aktivitas Ekonomi

Koridor Ngarsapura dapat dikatakan memiliki multifungsi. Selain sebagai sebuah ruang terbuka publik, koridor ini juga mampu berubah fungsi menjadi sarana kegiatan ekonomi serta kegiatan wisata Kota Solo. Pada siang hari di kawasan Ngarsapura ini sering didatangi pedagang kaki lima dan pedagang eceran yang menempati jalur pedestrian. Pedagang kaki lima tersebut biasanya datang pada waktu jam istirahat sekolah serta pada jam istirahat siang. Sistem pedestrian yang baik mampu menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak. Oleh karena itu, pedagang kaki lima dan pedagang eceran juga termasuk dalam kriteria sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan jalur pedestrian selain kesesuaian, skala, material, perlengkapan perabot jalan (Shirvani,1985). Selain itu juga di sepanjang koridor Ngarsapura ini banyak dijumpai tukang becak yang mangkal di depan Pasar Triwindu serta di sepanjang Jalan Diponegoro. Hal ini dikarenakan kawasan Ngarsapura ini tidak banyak dilalui angkutan umum sehingga banyak tukang becak yang menawarkan jasanya.

Setiap Sabtu malam, di koridor Ngarsapura ini juga diadakan Night Market Ngarsapura yang menjual produk khas Kota Solo. Pada malam hari-hari biasa pengunjung yang datang ke koridor hanya sekitar

15 hingga 20 orang, namun pada waktu Night Market Ngarsapura, pengunjung dapat mencapai lebih dari 100 orang. Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari dalam maupun dari luar Kota Surakarta. Meski hanya berlangsung pada satu malam saja,

commit to user commit to user

b. Analisis Aktivitas Sosial Budaya

Aktivitas sosial yang dapat ditemui di koridor Ngarsapura diantaranya aktivitas interaksi masyarakat seperti bermain, olahraga, bersantai, berjalan-jalan, berkomunikasi. Aktivitas tersebut banyak dijumpai pada waktu siang hingga malam hari setelah masyarakat selesai sekolah atau pulang kerja. Pada siang hari terutama setelah jam pulang sekolah, sering dijumpai anak-anak sekolah yang duduk-duduk di area pedestrian. Hal ini karena di sekitar koridor Ngarsapura ini juga terdapat beberapa sekolah yaitu SMPN 5, SMPN 10 serta TK dan SD Triwindu.

Pada waktu sore hingga malam hari sering ditemui pengunjung yang beristirahat di area pedestrian setelah pulang dari bekerja. Masyarakat yang datang tidak hanya berasal dari dalam Kota Surakarta, tetapi juga daerah sekitar seperti Karanganyar dan Sukoharjo. Selain beristirahat, beberapa dari pengunjung juga sengaja datang ke koridor ini untuk memanfaatkan jaringan internet yang disediakan secara gratis oleh Pemerintah Kota Surakarta. Dengan pelayanan jaringan internet (hotspot area ) ini cukup menambah daya tarik masyarakat untuk datang ke koridor Ngarsapura.

Gambar 5.4 Kondisi Koridor Pada Hari Biasa (Kiri) dan Pada Waktu Pelaksanaan Night Market Ngarsapura ( Kanan) Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2011

commit to user

tempat interaksi sosial masyarakat Kota Surakarta. Tersedianya ruang terbuka aktif yang mengundang unsur-unsur kegiatan di dalamnya seperti bermain, olahraga, bersantai, berjalan-jalan, berkomunikasi dan lain-lain. Fungsi ruang terbuka itu sendiri dapat dibagi ke dalam empat macam diantaranya fungsi ekologik (paru-paru kota, pengatur iklim mikro, pengatur dan pengendali sistem air tanah), fungsi fisik (peneduh, penahan angin), fungsi sosial budaya (tempat rekreasi, olah raga), dan fungsi estetika (memperindah lingkungan). Ruang terbuka juga merupakan wadah dari kegiatan fungsional maupun aktivitas ritual yang mempertemukan sekelompok masyarakat dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik.

Untuk aktivitas budaya bagi masyarakat perkotaan, koridor Ngarsapura juga digunakan sebagai arena berkreasi dan tempat atraksi kegiatan kesenian seperti konser, pameran, seni tari serta festival-festival kesenian lain. Kegiatan wisata budaya tersebut cukup sering diadakan mengingat saat ini Pemerintah Kota Surakarta sedang menggalakkan kegiatan seni dan budaya lokal Kota Surakarta. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan pelataran Pasar Triwindu sebagai area panggung pertunjukan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut mampu menambah fungsi koridor Ngarsapura sebagai tempat menampilkan seni dan budaya serta menguatkan image kawasan Ngarsapura sebagai kawasan budaya.

Ruang terbuka merupakan ruang umum (public space) yang selain memenuhi fungsi sebagai tempat (places) beraktivitas juga memiliki arti yang sangat penting bagi cermin kehidupan masyarakat pada kota dimana ruang tersebut berada. Penggunaan secara sadar oleh masyarakat telah memberikan implikasi yang luas terhadap keberadaan ruang terbuka , baik positif maupun negatif (Rustam Hakim, 1997). Koridor jalan yang didesain dengan baik, cermat dan sangat spesifik mengikuti karakter sosial, ekonomi serta budaya lokal. Koridor jalan

commit to user commit to user

Dalam perkembangannya, fungsi jalan ternyata telah melebar dan kini kita mengenali ruang jalan dengan fungsi yang beragam. Pada saat ruang jalan itu menarik untuk dikunjungi, maka publik akan menggunakannya untuk dapat saling melihat dan dilihat (see and to be seen ). Pada fungsi ini, ruang jalan juga sekaligus berfungsi sebagai ruang untuk berkomunikasi (communication space). Ketersediaan street

furniture sangat penting dalam kaitannya dengan fungsi ini. (Ellis,1986). Sebagai satu kesatuan dimana jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk linier, maupun bentuk yang secara fisik menjadi penghubung antar bagian kota atau kawasan. Ruang jalan juga berfungsi sebagai arena representasi budaya lokal seperti kegiatan-kegiatan yang berbasis budaya di jalan-jalan kota. Ritual komunal dan parade-parade budaya ditampilkan di jalan-jalan kota. Koridor ruang jalan tersebut, pada saat itu akan berubah menjadi panggung kota dan sepenuhnya menjadi milik publik. Dengan adanya multifungsi ruang jalan ini menjadikan jalan sebagai area interaksi sosial, ruang komersial, ruang berkreasi seni, serta ruang ekspresi budaya lokal.

Pengembangan koridor dari segi fisik dengan tampilan yang terintegrasi dari faktor sejarah dan budaya masyarakat, serta mengandung kesan atau karakter tertentu. Karakter tersebut ditunjukkan dengan kualitas fisik atau tempat yang dapat menimbulkan image yang cukup kuat terhadap tempat tersebut. Dari segi nonfisik seperti ekonomi dapat memberikan wadah aktivitas ekonomi baik formal seperti Night Market Ngarsapura maupun informal seperti pedagang kaki lima dan pedagang eceran. Selain itu juga sebagai wadah aktivitas sosial budaya, koridor Ngarsapura menjadi tempat untuk menampilkan kerajinan serta kesenian budaya lokal yang khas dari Kota Surakarta. Melalui penataan koridor Ngarsapura dapat menyelaraskan berbagai kepentingan lahan dan ruang

commit to user commit to user