Analisis Kondisi Fisik Koridor Ngarsapura

5.1.1. Analisis Kondisi Fisik Koridor Ngarsapura

a. Analisis Kondisi Pedestrian

Dalam penatan kawasan Ngarsapura pembangunan pedestrian merupakan program yang cukup vital mengingat sebelumnya pedestrian di kawasan ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebelum adanya penataan kawasan, di sepanjang koridor Jalan Diponegoro dan Jalan Ronggowarsito banyak dihuni pertokoan elektronik yang berdiri di lahan milik pemerintah. Keberadaan pertokoan tersebut juga menganggu fungsi jalur pejalan kaki atau pedestrian karena digunakan sebagai tempat bongkar muat barang serta parkir kendaraan. Selain itu, jalur pedestrian juga ditempati oleh pedagang kaki lima seperti pedagang makanan, rokok, dan sebagainya. Oleh karenanya, jalur pedestrian yang hanya memiliki lebar 1,5 meter tersebut tidak dapat berfungsi untuk mewadahi aktivitas pejalan kaki.

Relokasi pedagang tersebut kemudian ditempatkan pada bangunan Pasar Ngarsapura yang berada di ujung utara pertemuan antara Jalan Diponegoro dan Jalan Ronggowarsito. Dengan adanya relokasi tersebut maka tersedia lahan untuk meningkatkan kualitas pedestrian yang disesuaikan dengan standar yang ada. Peningkatan yang dilakukan diantaranya penambahan lebar pedestrian dari 1,5 meter menjadi 4 meter dengan ketinggian 20 cm serta penyediaan street furniture seperti paving, lampu penerangan, sculpture, bangku taman, tanaman peneduh, hydrant serta tempat sampah.

Penataan street furniture ini juga disesuaikan dengan ketentuan yang ada yaitu Dirjen Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan (1996). Lampu penerangan khusus pejalan kaki memiliki

commit to user

Penempatan bangku pada pedestrian ini juga cukup banyak yaitu 24 bangku dengan jarak interval 6 hingga 8 meter. Penyediaan tempat sampah juga cukup memadai dengan 9 tempat sampah dengan jarak interval 10 hingga 12 meter. Sculpture sebagai eye cathing, pemanis dalam sebuah ruang terbuka diwujudkan dalam patung-patung yang berjajar di sisi timur pedestrian maupun didepan bangunan Pasar Triwindu serta gapura sebagai tempat untuk menggantung lukisan atau pameran hasil karya seni. Vegetasi berupa tanaman serta pohon-pohon yang tersebar di beberapa titik lokasi dengan jarak interval 10-15 meter. Demi keamanan kawasan, juga disediakan beberapa hydrant yang tersebar di pedestrian Ngarsapura. Pengaturan dan desain street furniture menjadi bagian yang penting, karena elemen tersebut yang paling dekat dengan pengguna ruang.

Pedestrian penggal Jalan Ronggowarsito yang merupakan kelanjutan dari pedestrian Jalan Diponegoro, berperan sebagai pendukung yang akan menerima limpahan parkir kendaraan baik pengunjung yang berwisata maupun pemilik toko di dalam gedung Pasar Ngarsapura. Sebelumnya pedestrian ini sudah ada namun hanya selebar 1,5 meter, kemudian dilakukan pelebaran pedestrian menjadi 3 meter disisi timur untuk parkir sepeda motor dan 5 meter disisi barat depan Pasar Ngarsapura untuk menampung parkir mobil dan sepeda motor .

Gambar 5.1 Pedestrian Jalan Ronggowarsito Sebelum ( Kiri) dan

Sesudah ( Kanan) Penataan Kawasan

Sumber : Dokumen RTBL Ngarsapura dan Dokumentasi Peneliti, 2011

commit to user

Pedestrian memiliki pengaruh terhadap proses pembentukan ruang kawasan, sebagai bentuk dari paths, yaitu suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan mudah. Kriteria sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan jalur pedestrian adalah kesesuaian, skala, material, perlengkapan perabot jalan dan pedagang eceran (Shirvani,1985). Pedestrian merupakan bentuk ruang terbuka ( open space ) yang berbentuk linear atau memanjang yang mampu menciptakan suatu koridor (Rob Krier,1979). Sebagai ruang terbuka yang menjadi simpul dan sarana komunikasi pengikat sosial untuk menciptakan interaksi antar kelompok masyarakat.

Gambar 5.2 Kondisi Pedestrian Jalan Diponegoro Sebelum ( Kiri) dan Sesudah ( Kanan) Penataan Kawasan

Sumber : Dokumen RTBL Ngarsapura dan Dokumentasi Peneliti, 2011

commit to user

Kawasan Ngarsapura memiliki berbagai macam fungsi peruntukan seperti budaya ( Pura Mangkunegaran), perdagangan ( Pasar Triwindu dan pertokoan elektronik), permukiman serta pendidikan. Fungsi yang cukup dominan adalah perdagangan elektronik yang cukup dikenal oleh masyarakat. Terlihat dari banyaknya toko-toko elektronik, peralatan listrik maupun alat-alat olahraga yang berdiri di sepanjang Jalan Diponegoro dan Jalan Ronggowarsito. Karena peruntukan lahan

yang multifungsi (mixed use) ini maka dilakukan penataan kawasan agar

menciptakan lingkungan kota yang baik serta mengembalikan citra kawasan Ngarsapura yang sebelumnya dikenal sebagai kawasan budaya. Penataan kawasan dilakukan dengan memperhatikan tata guna lahan yang mengikuti sistematika : type penggunaan yang diijinkan dalam suatu area, hubungan fungsi kota, jumlah maksimum lantai yang diijinkan, skala dan perkembangan kota baru sebagai pendorong perkembangan kota pada kawasan yang spesifik (Shirvani,1985).

Untuk itu dilakukan pemindahan pada pertokoan yang berdiri di sepanjang Jalan Diponegoro dan Jalan Ronggowarsito. Pemindahan dilakukan dengan mewadahi pertokoan ke dalam satu bangunan gedung vertikal yang berada di bagian ujung utara pertemuan antara Jalan Diponegoro dan Jalan Ronggowarsito. Bangunan yang diberi nama oleh pemerintah daerah sebagai Pasar Ngarsapura ini bersifat permanen akan dilengkapi dengan fasilitas penunjang pasar.

Melalui pemindahan pertokoan ke dalam bangunan pasar tersebut juga merupakan upaya dalam menata bentuk dan massa bangunan yang sebelumnya tidak teratur. Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan bentuk maupun konfigurasi dari massa bangunannya, besaran selubung bangunan (building envelope), BCR (KDB) dan FAR (KLB), ketinggian bangunan, sempadan bangunan, ragam arsitektur, skala, material, warna dan sebagainya (Shirvani,1985). Sebelumnya Koefisien Dasar Bangunan

commit to user commit to user

Bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan penting serta menjadi pusat aktivitas masyarakat Kota Surakarta. Kawasan ini memiliki letak strategis di antara Pura Mangkunegaran dan Jalan Slamet Riyadi sehingga sangat dekat dengan potensi perdagangan serta pendidikan. Penataan bangunan yang berpola linier di sepanjang jalan tersebut memiliki kesinambungan dengan karakter lingkungan dan akan memperkuat karakter lokal yang diharapkan.

c. Analisis Kondisi Jalan dan Utilitas Lingkungan

1) Jalan

Penantaan kawasan juga dilakukan dengan mempertimbangkan sirkulasi pergerakan kendaraan di kawasan Ngarsapura. Koridor Ngarsapura yang juga memiliki nama Jalan Diponegoro termasuk dalam jalan yang memiliki pergerakan arus lalu lintas yang cukup tinggi. Jalan ini merupakan jalan satu arah yaitu dari arah selatan ke utara dan menjadi terusan dari Jalan Gatot Subroto. Jalan ini menjadi sirkulasi balik dari Jalan Slamet Riyadi. Seperti yang diketahui bahwa Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan satu arah yaitu ke arah timur menuju pusat kota. Sebelumnya keberadaan pertokoan yang ada di sepanjang jalan cukup menganggu arus lalu lintas. Hal ini

commit to user

menyebabkan kemacetan dan penurunan kualitas lingkungan kota. Sistem perparkiran di kawasan ini masih menggunakan sistem parkir badan jalan (on street parking ) dengan sudut parkir 60 o . Hal ini dikarenakan untuk memudahkan pengunjung menuju ke pusat kegiatan seperti perdagangan serta sekolah yang terletak di sepanjang koridor Ngarsapura. Jalan Diponegoro yang termasuk jalan lokal satu arah ini sebelumnya memiliki lebar hanya 7 meter, namun terpakai oleh parkir, sehingga yang dapat dilalui kendaraan hanya 5 meter. Kemudian dilakukan penataan jalan serta parkir kendaraan, lebar Jalan Diponegoro meningkat menjadi 10 meter dengan penggunaan parkir di badan jalan masih menyisakan 7-8 meter untuk sirkulasi kendaraan. Meski masih menggunakan sistem parkir badan jalan (on street parking ), jumlah kendaraan yang parkir menjadi berkurang akibat pemindahan pertokoan. Sebelumnya pada hari biasa jumlah kendaraan yang parkir mencapai 20 mobil per jam , sekarang hanya 5 mobil per jam. Pada akhir pekan, sebelumnya ada 30 mobil per jam, sekarang menurun menjadi 10 mobil per jam. Sedangkan untuk Jalan Ronggowarsito selebar 8 meter tidak mengalami pelebaran jalan.

Perparkiran memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan perkotaan yaitu: kelangsungan aktivitas kota, dimana di dalamnya terdapat masalah parkir serta menimbulkan dampak visual yang negatif terhadap bentuk fisik dan struktur kota. Suatu lingkungan yang tidak menyenangkan terutama di daerah perkotaan dan pusat perdagangan sering dihubungkan dengan keadaan parkir kendaraan yang tidak tertib dan tidak tertata. Nilai arsitektur kota dapat berkurang sebagai akibat kesemrawutan kota. Pada sisi yang lain, parkir sangat dibutuhkan terutama pada pusat-pusat kegiatan untuk memudahkan mencapai akses dari jalan (Shirvani,1985).

Jalan termasuk salah satu diantara beberapa elemen fisik yang paling awal wujud di kota. Bahkan di banyak tempat, jalan adalah

commit to user commit to user

2) Utilitas Lingkungan

Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat

yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Drainase ini berfungsi

menampung air hujan serta limbah domestik. Kegunaan saluran drainase antara lain mengeringkan genangan air sehingga tidak ada

Gambar 5.3 Kondisi Koridor Ngarsapura Sebelum ( Kiri) dan Sesudah ( Kanan) Penataan Kawasan

Sumber : Dokumen RTBL Ngarsapura dan Dokumentasi Peneliti,2011

commit to user commit to user

Sebelumnya kawasan ini jika terjadi hujan akan banjir meskipun tidak berlangsung lama. Banjir ini dikarenakan penggunaan lahan yang tidak tertata dan kurang terkendali sehingga menyebabkan penurunan kinerja sistem draianse. Namun setelah adanya jalur pedestrian beserta perbaikan sistem drainasenya, saat ini sudah tidak terjadi banjir karena limpasan air hujan akan langsung masuk meresap ke dalam drainase yang berada di bawah jalur pedestrian.

Penyediaan air bersih pada kawasan Ngarsapura ini juga lebih ditingkatkan terutama untuk mendukung bangunan-bangunan baru seperti bangunan Pasar Ngarsapura, Pasar Triwindu, rumah makan serta gedung pertemuan. Hal ini diwujudkan dengan pengaturan jaringan perpipaan air bersih yang bersumber pada PDAM yang lebih teratur serta merata ke seluruh bangunan-bangunan tersebut. Selain itu untuk memberikan keamanan kawasan juga disediakan jaringan air bersih untuk hydrant pemadam kebakaran.

Penambahan layanan jaringan listrik yang lebih memadai dilakukan untuk mendukung bangunan-bangunan baru dan kegiatan sosial budaya yang berlangsung di kawasan Ngarsapura. Selain itu penambahan jaringan listrik juga dibutuhkan untuk memberikan penerangan kawasan terutama pada waktu malam hari. Pada malam hari kawasan ini juga sering digunakan sebagai tempat atraksi kegiatan kesenian seperti konser, pameran, seni tari serta festival- festival kesenian lain yang membutuhkan penggunaan aliran listrik yang cukup besar.

Peningkatan pengelolaan persampahan kawasan Ngarsapura dilakukan dengan pengadaan dan penetapan blok-blok untuk pembangunan bak sampah di sepanjang koridor Jalan Diponegoro dan

commit to user commit to user