Pengertian Peremajaan dan Revitalisasi Kawasan
2.3.1. Pengertian Pasar
Kata Pasar diduga dari kata Sansekerta yang dilaksanakan sekali dalam 5 hari Jawa. Kegiatan utama dalam pasar adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa. Berkumpul dalam arti saling ketemu muka dan berjual pada hari pasaran menjadi semacam panggilan sosial periodik (Wiryomartono, 1995). Sedangkan menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, pengertian pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,pertokoan,mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko,kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Definisi istilah pasar tradisional digunakan untuk menunjukkan tempat bagi perdagangan pasar yang asli setempat yang sudah berlangsung sejak lama. Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir, misalnya, dapat dimasukkan dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya menggunakan cara-cara tradisional. (Brookfield, 1969). Sedangkan dalam Wiryomartono (1995) diungkap bahwa pasar di Jawa merupakan kegiatan yang rutin dimana aktivitas sosial ekonomi terjadi dan berkembang. Pasar di dalam kehidupan urban Jawa menjadi masyarakat sekitarnya untuk menukar, menjualbelikan produksi pertanian maupun industri rumahtangga. Isi dari pasar diperkaya oleh kesempatan-kesempatan atraksi yang bersifat rekreatif sebagai selingan kegiatan rutin.
Hal yang menarik dari pasar tradisional bahwa pasar tradisional menyangkut hajat hidup masyarakat yang lebih banyak, dan mayoritas
commit to user
strategis yang tinggi dalam memelihara keseimbangan pembangunan wilayah dan pengendali roda perekonomian. Seiring dengan kegiatan perdagangan, tumbuhlah kegiatan pemerintahan, kebudayaan, dan rekreasi disekitar pasar tersebut. Makin lama kegiatan tersebut makin komplek dan berkembang, maka tumbuhlah suatu kota (Bintarto, 1977). Sedangkan Max Weber memandang suatu tempat itu kota, jika penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat (Daldjoeni,1998). Pasar tidak selalu muncul dengan sendirinya atau dibuat dengan sengaja. Pasar semacam ini dibuat biasanya disebabkan oleh keinginan penguasa setempat untuk memenuhi kebutuhan penduduk setempat. Timbulnya pasar-pasar di pusat kerajaan seperti Kotagede, Kerta, Plered, Kartasura, Surakarta dan Yogyakarta merupakan contoh yang nyata (Sutjipto, 1970).
2.3.2. Tipe dan Ciri-ciri Pasar
Sejarah perkembangan pasar tradisional, pada mulanya terjadi dari ruang terbuka dengan sebuah naungan pepohonan, tanpa ada batas fisik yang permanen. Kebutuhan adanya naungan yang lebih melahirkan fisik bangunan yang disebut dengan los. Pada perkembangan berikutnya komposisi los tidak hanya sekedar naungan tetapi juga mempertimbangkan sirkulasi udara dan alur pencahayaan alami. Pada dekade 1920-1935, di Jawa, sejumlah pasar didirikan oleh pemerintah kolonial. Ciri fisik ditandai oleh komposisi los besi yang membentuk alur barat timur sesuai dengan penyinaran matahari. (Sunoko, 2006). Menurut Vagale (1972), pasar memiliki karakter yang berbeda berdasarkan :
a. Skala Transaksi (the scale of transaction) · Skala Kota yang ruang lingkup transaksinya meliputi wilayah kota.
· Skala Wilayah yang ruang lingkup transaksinya meliputi beberapa
wilayah.
commit to user
· Skala Lingkungan yang ruang lingkup transaksinya meliputi satu
lingkungan di sekitar pasar.
b. Tipe Komoditas (type of comodity), berdasarkan barang-barang konsumsi yang dibeli untuk dikonsumsikan dibeberapa wilayah.
c. Sistem Pengelolaannya (administration) · Kelompok (dikelola bersama-sama). · Individu (pedagang eceran).
d. Periodesasi (perodicity) · Siklus musiman
· Siklus non musiman
e. Waktu Operasi (nature of growth) · Harian, pasar yang waktu kegiatan perdagangannya setiap hari.
· Periodik, pasar yang waktu kegiatan perdagangannya pada waktu- waktu tertentu saja, misal : Pasar Legi, Kliwon, Pon, Wage, pasar
Minggu, Pasar Senin, Pasar Rebo, Pasar Jum’at dan sebagainya.
f. Kepemilikan Tanah dan Bangunan (ownership of land and building) Kepemilikan tanah dan bangunan adalah Pemerintah, sedangkan pedagang selaku pengguna dengan sistem sewa (membayar retribusi).
Sedangkan menurut David Dewar dan Vanessa Watson (1990), pengelompokkan tipe pasar terdapat 5 (lima) tipologi, yaitu :
- Besar kecilnya barang yang diperjual belikan, skala besar atau kecil (the nature of suply)
- Fungsi pasar dengan komoditas campuran atau tertentu (function). - Bentuk linier dan nucleated market (form). - Waktu operasi yaitu temporal atau permanen (time operation). - Barisan pedagang informal di jalan-jalan pasar menambah penuhnya
servis pada bangunan pasar (degre of formality). Ciri yang paling mudah diamati dari pasar menunjukkan tempat yang digunakan bagi kegiatan yang bersifat indegenous market trade sebagaimana telah dipraktekkan sejak lama. Pasar sendiri sebenarnya sangat beragam jenisnya dan pertumbuhannya memerlukan waktu yang cukup
commit to user commit to user
- Pasar Umum adalah pasar dengan jenis dagangan yang diperjualbelikan lebih dari satu jenis dagangan secara berimbang minimal tersedia untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari; dan - Pasar Khusus adalah pasar dengan dagangan yang diperjualbelikan
sebagian besar terdiri dari satu jenis dagangan beserta kelengkapannya. Pasar ditinjau dari klasifikasi dibedakan menjadi 3 (tiga) klas yaitu klas I, klas II dan klas III. Klasifikasi ini ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dengan memperhatikan letak strategis pasar, luasan lahan, kualitas bangunan, jumlah pedagang, terkait dengan pendapatan pedagang, jumlah kios dan los, pedagang oprokan, waktu efektif, fasilitas.
2.3.3. Lokasi Bangunan Pasar
Lokasi sebuah pasar adalah merupakan faktor yang paling penting dan berpengaruh tehadap keberhasilan pasar tersebut (David Dewar dan Vanessa Watson, 1990). Pada skala kota ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi lokasi tersebut, yaitu :
a. Lokasi Pergerakan Populasi (Location of Population Movement) Pasar sangat peka pada sirkulasi dan konsentrasi dari pejalan kaki dan lalu lintas, disebut berhasil karena dekat dengan pergerakan orang banyak. Dengan demikian, biasanya pasar yang berada di pusat kota sangat besar perkembangannya. Hal ini sangat wajar, karena pada lokasi pasar tersebut, banyak orang berkumpul dan mudah dicapai serta pasar tersebut menyediakan barang kebutuhan sehari-hari.
commit to user
Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan lokasi pasar pada skala kota harus dekat dengan kiriman persediaan (is sitting of mayor sourcess of supply) sumber-sumber utama barang yang diperjual belikan serta memiliki akses mudah dikunjungi.
c. Lokasi Pembeli (Location of Consumers) Faktor ketiga yang mempengaruhi keputusan dalam menentukan lokasi perencanaan sebuah pasar adalah kemudahan untuk melayani kebutuhan konsumen-konsumen kota. Bahwa lokasi pasar seharusnya mudah dijangkau oleh konsumen pasar, baik yang berpenghasilan tinggi (higher income) maupun yang berpenghasilan rendah (lower income). Untuk yang berpenghasilan rendah menggunakan jasa angkutan umum ataupun pejalan kaki, sehingga harus dipertimbangkan titik-titik tempat transit kendaraan umum (halte, sub terminal), juga harus memiliki areal parkir yang cukup untuk pengunjung dengan kendaraan pribadi (roda 4 dan roda 2), selain taxi stand dan mungkin juga diperlukan tempat parkir transit untuk becak, ojek dan sebagainya. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern Lokasi untuk Pendirian Pasar Tradisional, wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenlKota dan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota termasuk peraturan zonasinya
2.3.4. Tata Ruang Pasar
Tata ruang pasar tidak dapat terlepas dari penataan komoditi barang dagangan serta ruang-ruang yang terpinggirkan. Penataan pasar yang berkaitan dengan komoditi barang dagangan, menurut D.Dewar dan Vanessa W. dalam bukunya Urban Market Developing Informal Retailing (1990), dibedakan penempatannya sesuai sifat-sifat barang tersebut. Barang- barang yang mempunyai karakter hampir sama seperti buah-buahan dan
commit to user commit to user
· Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk
mengoptimalkan penjualannya, seperti butuh pencahayaan. · Setiap barang mempunyai efek samping yang berlainan, seperti bau dan
pandangan. · Setiap barang mempunyai karakter penanganan, seperti tempat
bongkarnya, drainase, pencucian dan sebagainya. · Para konsumen/pembeli dengan mudah dapat memilih dan
membandingkan harganya. · Perilaku pembeli sangat beragam, konsentrasi dari sebagian barang-
barang dan pelayanan memberikan efect image dari para konsumen. Berkaitan dengan pemanfaatan fungsi ruang, problem yang sangat berhubungan dengan lay out fisik ruang pasar adalah problem spatial marginalization . Hal ini berkaitan dengan pergerakan populasi pengunjung di dalam pasar dan berhubungan dengan tata ruang/kios-kiosnya. Penyebaran dari pergerakan pedestrian dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu : lingkungan, orientasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang dominan dan kontak visual. Pergerakan/sirkulasi di dalam pasar akan berpengaruh pada sering atau tidaknya los/kios yang dikunjungi atau dilewati oleh pengunjung, sehingga di dalam pasar sering dijumpai tempat yang tidak/kurang dikunjungi (dead spots). Menurut Nelson (1958) karakter pilihan lokasi usaha dari aspek konsumen (pembeli) agar transaksi perdagangan merupakan hasil pilihan pembeli terhadap faktor-faktor daya tarik dan penghambat dari fasilitas perdagangan yang ada, antara lain :
- Ketersediaan barang dagangan. - Keuntungan harga unit retail, standard, harga kompetitif, dampak
promosi, penjualan khusus - Kenyamanan tempat penjualan.
commit to user
- Kemudahan : transportasi umum (biaya, waktu frekwensi), transportasi
pribadi (parkir, aksesibilitas, kondisi lalu lintas, jarak parkir).
Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam merencanakan los perdagangan, menyangkut tanggapan konsumen, menurut Nelson (1958), yaitu :
- Konsumen cenderung mengunjungi pusat perdagangan yang dominan. - Konsumen tidak akan melewati suatu pusat perdagangan untuk menuju
pusat perdagangan lain yang mempunyai fasilitas yang sama.
- Konsumen akan mengunjungi pusat perdagangan terdekat dengan fasilitas yang sama.
- Konsumen cenderung mengikuti pola sirkulasi yang sudah umum.
2.3.5. Fasilitas Pasar
Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, fasilitas pasar meliputi komponen utama dan komponen pendukung. Komponen utama fasilitas pasar terdiri dari :
a. Lahan;
b. Kios;
c. Los;
d. Tempat Dasaran Tenda;
e. Jaringan Listrik;
f. Drainase;
g. Sarana Parkir;
h. Sarana Bongkar Muat;
i. Sarana Ibadah; j. Sarana Kantor Pengelola; k. Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dan Air Bersih; l. Sarana Keamanan dan Pengamanan; m. Sarana Pemadam Kebakaran (Hydrant); n. Sarana Kebersihan;
commit to user commit to user
a. Jaringan Telekomunikasi;
b. Space Iklan;
c. Gudang;
d. Pos Pelayanan Tera Ulang Alat Ukuran Takaran Timbangan dan Perlengkapan (UTTP);
e. Jalan dan/atau Pintu Darurat;
f. Alat Transportasi (Tangga, Eskalator/Lift);
g. Pos Pelayanan Terpadu;
h. Pos Pelayanan Jasa; dan
i. Ruang Terbuka Hijau. Dalam Perda Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, juga dijelaskan mengenai kriteria penilaian klasifikasi pasar tradisional untuk penetapan dasar kelas pasar Kota Surakarta. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
No Komponen
Kriteria
Nilai Keterangan
1 Letak Pasar
Sangat Terjangkau
Letak Pasar:
a. Sangat Terjangkau, Apabila Memenuhi: - Transportasi Lancar (
Angkutan Umum, Kendaraan
Pribadi Dan 2 Arah)
- Terjangkau Penduduk ( Pejalan Kaki)
- Terjangkau Untuk Bongkar
Muat Barang Dagangan
Terjangkau
Kurang Terjangkau 60
2 Luas Lahan
>11.000 M 2 100 >3500 M 2 90 >2000 M 2 80 >1000 M 2 70 <1000 M 2 60
3 Jenis Bangunan
Permanen
Semi Permanen
Tidak Permanen
4 Jumlah Pedagang
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Klasifikasi Pasar Tradisional
commit to user commit to user
( Angkutan Umum, Kendaraan Pribadi Dan 2 Arah)
- Terjangkau Penduduk ( Pejalan
Kaki)
c. Kurang Terjangkau, Apabila Memenuhi: - Terjangkau
Penduduk ( Pejalan Kaki)
Peredaran Uang
7 Jumlah Los >1200 Petak
8 Jumlah Kios
9 Jumlah Pelataran
10 Waktu Efektivitas
11 Fasilitas Pasar
Lengkap Sekali
Fasilitas Pasar:
a. Lengkap Sekali, Apabila Memenuhi Kriteria a s/d j
b. Lengkap, Apabila Memenuhi Kriteria a s/d g
c. Kurang Lengkap, Apabila Memenuhi Kriteria a s/d f
Lengkap Kurang Lengkap Kriteria:
a. Kantor Pasar
b. MCK
c. Listrik
d. Air Bersih
e. Parkir
f. Mushola
g. Bongkar Muat
h. Pos Keamanan
i. Gudang j. Apar
Sumber : Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional
commit to user
37