mempertinggi kompetensi budi-aklak-iman kita, dan dengan demikian menjadikan manusia insan kamil di bumi Tuhan. Kerja yang dilakoni dengan paradigma seni
memuaskan dahaga jiwa kita sekaligus mengembangkan talenta seni itu sendiri; membuat kita dipenuhi oleh daya cipta asli, kreasi-kreasi baru, dan gagasan-gagasan
inovatif. Hasilnya, buah pekerjaan kita akan disukai orang lain, pelanggan, atau pengguna.
Seni adalah sarana ekspresi jiwa manusia yang merefleksikan realitas hidup yang ditangkap sebagai sebuah pengalaman batin. Seni adalah segala bentuk
keindahan yang datang dari dorongan perasaan dalam jiwa manusia.Seni adalah menampilkan cita rasa tinggi, yang pada gilirannya sanggup memperkenalkan
kesadaran dan kearifan baru bagi masyarakat penikmatnya, sehingga olehnya kita semua akan lebih beradab dan berbudaya.Pekerjaan yang dihayati sebangai seni
terutama kelihatan dari kemampuan kita berpikir tertib, sistematik, dan konseptual ; juga, kreatif memecahkan masalah, imajinatif menemukan solusi, inovatif
mengimplementasikannya, dan cerdas saat menjualnya.
7. Kerja Adalah Kehormatan. Bekerja Tekun Penuh Keunggulan
Kerja adalah kehormatan karena berkarya dengan kemampuan sendiri adalah kebajikan suatu kebajikan sosial di mana kita diakui sebagai manusia produktif dan
kontributif. Mencari kehormatan merupakan salah satu motivasi terkuat dalam struktur hati manusia yang adalah ekspresi langsung spiritualitas terbaik
kita.Kehormatan yang sejati bersumber pada kepribadian yang otentik, akhlak yang
Universitas Sumatera Utara
mulia, pekerti yang terpuji, hati yang bersih, nurani yang bening, budi yang luhur, karya yang unggul, kinerja yang hebat, dan kualitas yang luarbiasa. Dalam konteks
kerja, kehormatan berarti prestasi unggul karena berprestasi tinggi mengundang rasa hormat orang.
8. Kerja Adalah Pelayanan. Bekerja Tekun Penuh Kerendahan Hati
Apa pun pekerjaan kita sesungguhnya kerja adalah untuk melayani. Secara sosial pelayanan adalah yang mulia, karena itu hakikat pekerjaan kita pun mulia dan
sebangai makluk pekerja kita semua adalah insane yang mulia. Etos pelayanan berporoskan sikap altruistic dan idealistic sangat penting bukan saja sebangai strategi
sukses sejati, tetapi juga langkah utama untuk memanusiakan diri kita. Melalui pekerjaan sesungguhnya kita memuliakan Tuhan, bangsa, organisasi, perusahaan, dan
keluarga kita.
II.3.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Upaya untuk mencapai tujuan yang optimal dalam rangka pelaksanaan tugas yang diemban maka dituntut tingkat etos kerja yang tinggi yang dimaksudkan agar
apa yang ingin dicapai dapat terwujud dengan baik sesuai harapan semua orang. Etos kerja merupakan bagian penting dari keberhasilan manusia, baik dalam komunitas
kerja yang terbatas, maupun dalam lingkungan sosial yang lebih luas yang tentunya ditentukan oleh sikap, perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi individu-individu
manusia di dalam komunitas atau konteks sosialnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sinamo 20005 beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja yaitu:
1. Sikap dan Perilaku Keberhasilan yang bersumber dari sikap atau perilaku yang merupakan cerminan dari
keyakinan, kecerdasan, semangat dan keberanian, kehormatan, pengabdian, dan loyalitas yang khas pada seseorang. Dari perilaku dan sikap seseorang pula dapat
diprediksikan bagaimana etos kerja seseorang yang kelak akan bekerja pada suatu perusahaan atau menjadi wirausaha.
2. Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan cerminan etos kerja. Disiplin dalam kerja terlihat dengan
menghargainya pada jam kerja, tidak keluyuran meninggalkan pekerjaan tanpa ijin apalagi bolos. Dengan disiplin produktivitas akan meningkat. Langsung atau tidak,
sikap ini akan mampu membentuk loyalitas pada pekerjaan, menumbuhkan konsistensi, serta progresifitas pekerjaan dari waktu ke waktu.
3. Lingkungan Lingkungan disini dapat diartikan faktor eksternal yang berperan besar dalam
pembentukan karakter seseorang. Pengaruh situasi lingkungan masyarakat sangat besar pengaruhnya karena setiap anggotannya senantiasa bersinggungan satu sama
lain. Dari pergaulan secara kontinu ini, akan memunculkan karakter-karakter baru pada individu-individunya, disadari atau tidak.
II.4. Prestasi Kerja
Untuk melihat efektivitas penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan, perusahaan perlu untuk melakukan penilaian terhadap perubahan
sikap dan keterampilan para karyawan, baik sebelum maupun sesudah mengikuti program pendidikan dan pelatihan, atau dengan kata lain melihat selisih prestasi
antara sebelum dan sesudah mengikuti program pelatihan dan pengembangan. Penilaian kinerja adalah suatu proses dimana kontribusi karyawan terhadap
organisasi dinilai dalam suatu periode waktu tertentu. Penilaian kinerja bisa juga suatu proses yang dilakukan dalam rangka menilai kinerja pegawai, menilai seberapa
Universitas Sumatera Utara
baik suatu jabatanpekerjaan dilakukan dan apabila perlu dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja karyawan.
Werther dan Davis 1996 merinci kaitan antara hasil dan penilaian kinerja dengan tindakan yang dapat diambil yaitu:
1. Performance improvement memberikan kesempatan bagi karyawan apakah ia pejabat untuk mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan guna meningkatkan kinerja individu maupun kinerja organisasi.
2. Compensation adjustment penilaian kinerja membantu para pembuat keputusan untuk menentukan besaran
pendapatan yang layak diterima oleh seseorang. 3. Placement decisions
penilaian kinerja juga besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah promosi, transfer dan demosi.
4. Training and development needs kinerja yang buruk boleh jadi mengindikasikan perlunya training, sedangkan kinerja
yang baik boleh jadi mengindikasikan perlunya pengembangan lebih lanjut potensi yang sudah ada.
5. Career planning and development Performance feedback dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan
tentang jalur karir yamng spesifik yang seharusnya dipilih oleh seseorang.
Universitas Sumatera Utara
6. Staffing process deficiencies Kinerja yang baik atau buruk menunjukkkan kekuatan dan juga kelemahan pada
prosedur staffing. 7. Informational inaccuracies
berpedoman pada informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan kesalahan dalam hal pengisian pegawai, pelatihan dan konsultasi.
8. Job design errors kinerja yang buruk bisa menyebabkan gejala adanya “penyakit” dalam job design dan
melalui penilaian, penyakit tersebut dapat didiagnosa untuk selanjutnya disembuhkan. 9. Equal employment oppurtumity
penilaian kinerja yang akurat dapat lebih memastikan tidak adanya unsure diskriminasi.
10. External challenges bagian biro SDM melalui penilaian kinerja dapat membantu mengatasi masalah
yang disebabkan olah factor-faktor diluar lingkungan internal. 11. Feedback to human resource
baik atau buruknya kinerja yang ditunjukkan oleh individu atau organisasi bisa menggambarkan seberapa baik biro SDM menjalankan fungsinya.
Menurut Simamora 1997 tiga dimensi kinerja yang perlu dimasukkan dalam penilaian prestasi kerja, yaitu :
1. Tingkat kedisiplinan karyawan sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan organisasi untuk menahan orang-orang di dalam organisasi, yang
dijabarkan dalam penilaian terhadap ketidakhadiran, keterlambatan, dan lama waktu kerja.
Universitas Sumatera Utara
2. Tingkat kemampuan karyawan sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan organisasi untuk memperoleh hasil penyelesaian tugas yang
terandalkan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas kinerja yang harus dicapai oleh seorang karyawan.
3. Perilaku-perilaku inovatif dan spontan di luar persyaratan-persyaratan tugas formal untuk meningkatkan efektivitas organisasi, antara lain dalam
bentuk kerja sama, tindakan protektif, gagasan-gagasan yang konstruktif dan kreatif, pelatihan diri, serta sikap-sikap lain yang menguntungkan organisasi.
Werther dan Davis 1996 menyatakan agar penilaian prestasi kerja yang dilakukan dapat lebih dipercaya dan obyektif, perlu dirumuskan batasan atau
faktor-faktor penilaian prestasi kerja sebagai berikut : 1. Peformance, keberhasilan atau pencapaian tugas dalam jabatan.
2. Competency, kemahiran atau penguasaan pekerjaan sesuai dengan tuntutan jabatan.
3. Job behavior, kesediaan untuk menampilkan perilaku atau mentalitas yang mendukung peningkatan prestasi kerja.
4. Potency, kemampuan pribadi yang dapat dikembangkan.
II.5. Pengendalian Sikap Locus of Control
Pengendalian sikap individu atau lokus kontrol secara umum merujuk kepada individu, yaitu suatu ekspektasi tentang di mana kontrol atas suatu peristiwa yang
terjadi. Dengan kata lain, apa yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Hal ini dapat dikatakan sejalan dengan, tetapi berbeda dari attributions.
Menurut Weiner menyatakan bahwa teori atribusi bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan,
yakni, atribut untuk menyebabkan perilaku. Ada tiga tahap proses yang melandasi sebuah atribusi. Langkah pertama adalah seseorang harus
menanggapi atau mungkin mematuhi suatu perilaku. Langkah kedua adalah mencoba dan mengetahui perilaku ini dimaksudkan, dan langkah ketiga
adalah untuk menentukan apakah orang tersebut dipaksa untuk melakukan suatu sikap atau perilaku. Fakta merupakan penjelasan untuk peristiwa yang
telah terjadi. Harapan yang menyangkut masa depan merupakan aspek penting dari lokus kontrol. Lokus kontrol dapat menjelaskan perilaku manusia yang
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh persepsi kemungkinan hasil atau peristiwa yang terjadi atas perilaku dalam pertanyaan dan nilai yang dihasilkan. Secara khusus, harapan
atau nilai teori menyatakan bahwa jika a seseorang nilai-nilai tertentu dan hasil b orang yang percaya bahwa mengambil tindakan tertentu yang akan
menghasilkan hasil, kemudian c mereka lebih mungkin untuk mengambil tindakan yang khusus.
Konsep tentang
Locus of control pusat kendali pertama kali dikemukakan oleh Rotter seorang ahli teori pembelajaran sosial.
Menurut Rotter dalam Kustini 2005, ”Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian personility, yang didefinisikan sebagai keyakinan individu
terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib destiny sendiri. Selanjutnya Kreitner Kinichi 2001 mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of control internal
dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol dari keadaan
sekitarnya”. Menurut Rotter dalam Kustini, 2005 ada empat konsep dasar Locus of
control yaitu 1 potensi perilaku yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul pada situasi tertentu, berkaitan dengan hasil yang diinginkan
dalam kehidupan seseorang. 2 harapan, merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan muncul dan dialami oleh seseorang. 3 nilai
unsur penguat adalah pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat muncul pada situasi
serupa. 4 suasana psikologis, adalah bentuk rangsangan baik secara internal maupun eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang
meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan.
Pada orang-orang yang memiliki internal locus of control faktor kemampuan dan usaha terlihat dominan, oleh karena itu apabila individu dengan internal locus of
Universitas Sumatera Utara
control mengalami kagagalan mereka akan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka akan
merasa bangga atas hasil usahanya. Hal ini akan membawa pengaruh untuk tindakan selanjutnya dimasa akan
datang bahwa mereka akan mencapai keberhasilan apabila berusaha keras dengan segala kemampuannya. Sebaliknya pada orang yang memiliki external locus of
control melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karena itu apabila mengalami kegagalan mereka cenderung menyalahkan lingkungan
sekitar yang menjadi penyebabnya. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap tindakan dimasa datang, karena merasa tidak mampu dan kurang usahanya maka mereka tidak
mempunyai harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut. Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontinium dari internal menuju
eksternal, oleh karenanya tidak satupun individu yang benar-benar internal atau yang benar-benar eksternal. Kedua tipe locus of control terdapat pada setiap individu,
hanya saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki salah satu tipe locus of control tertentu. Disamping itu locus of control tidak bersifat statis tapi juga dapat berubah.
Individu yang berorientasi internal locus of control dapat berubah menjadi individu yang berorientasi external locus of control dan begitu sebaliknya, hal tersebut
disebabkan karena situasi dan kondisi yang menyertainya yaitu dimana ia tinggal dan sering melakukan aktifitasnya.
Universitas Sumatera Utara
II.6. Lingkungan Internal
Organisasi dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya dan hanya organisasi yang bisa beradaptasi secara tepat terhadap tuntutan lingkungan yang akan dapat
mencapai keberhasilan Lubis dan Huseini, 1997. Lubis dan Husein 1997 menyatakan bahwa ”lingkungan internal sebagai
seluruh elemen yang terdapat di luar batas batas organisasi, yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi sebagian ataupun suatu organisasi secara keseluruhan”.
Suatu organisasi memerlukan tempat untuk dapat menunjukkan eksistensinya, yang berarti berada dalam suatu lingkungan yang secara langsung ataupun tidak
langsung akan mengadakan hubungan antara organisasi dengan lingkungannya, terlebih lagi jika keberadaan suatu organisasi merupakan tuntutan lingkungan atau
jika suatu organisasi sangat tergantung kepada lingkungannya seperti untuk pemenuhan bahan baku suatu organisasi industri produk tertentu.
Menurut Robbins 2000 ada 3 dimensi kunci yang terdapat pada setiap lingkungan internal yaitu:
1. capacity kapasitas, yaitu bagaiman lingkungan itu dapat mendukung
pertumbuhan organisasi. 2. volatility mudah menguap, yaitu adanya tingkat ketidakstabilan
lingkungan, jika terdapat tingkat perubahan yang tidak dapat diprediksi, lingkungan memiliki sifat dinamis.
3. complexity kompleksitas, yaitu tingkat heterogenitas dan konsentrasi diantara elemen lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap organisasi dapat dianalisa melalui dua dimensinya yaitu kompleksitas dan stabilitas lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtanadi Medan. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai dengan
bulan April 2009.
III.2. Metode Penelitian
III.2.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Menurut Nazir 2005 survei adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dan
gejala-gejala yang ada serta mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu
daerah.
III.2.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah asosiatif yaitu penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta- fakta dari gejala–gejala yang ada dan mencari keterangan secara
faktual. Berdasarkan tingkat eksplanasinya penelitian ini menjelaskan kedudukan variabel yang diteliti serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain yaitu
untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan Etos Kerja terhadap Prestasi Kerja karyawan.
Universitas Sumatera Utara
III.2.3. Sifat Penelitian
Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan explanatory, yaitu suatu penelitian yang mencoba menjelaskan fenomena yang terjadi di objek
penelitian.
III.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtanadi Kantor Pusat Medan Pusat Sebanyak 300 orang. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 75 orang pegawai Perusahaan Daerah Air Minum PDAM
Tirtanadi Kantor pusat Medan. Menurut Nazir 2005, sampel adalah sebagian wakil populasi yang diteliti,
dimana dalam pedoman penarikan sampel penelitian jika subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, selanjutnya jika subjeknya lebih
besar dapat diambil 10- 15 per seratus atau 20-25 per seratus atau lebih. Dalam penelitian ini diambil 25 persen dari 300 karyawan yaitu 75 orang
sampel penelitian.
Nazir 1999 menyatakan bahwa simple random sampling digunakan jika populasi yang diteliti pada di satu tempat dan satu lokasi. Berdasarkan populasi pada
penelitian ini, maka sampel diambil dari masing-masing stratum tingkat pendidikan. Rumus untuk menghitung jumlah sampel dari populasi adalah sebagai berikut Mason
dan Lind, 1996 : n
=
Q P
N d
Q P
N .
. 1
. .
2 2
2
Universitas Sumatera Utara
Dimana : n = Jumlah Sampel
P = Q = 0,5 = Probabilitas diambil atau tidak menjadi sampel d = Derajat Kesalahan
2
= dengan dk= 1, taraf kesalahan 5 Berdasarkan uraian diatas, rincian sampel penelitian ini sebagai berikut :
n = 5
. .
5 .
. 96
. 1
1 300
05 .
05 .
5 .
. 300
96 .
1
2 2
2 2
n =74.93 dibulatkan menjadi 75 orang Dengan rumus diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:
Tabel III.1. Jumlah Populasi dan Sampel
No. Departemen Populasi
orang Sampel
orang 1 Satuan
Pengawasan Intern
13 13:300x75=3
2 Sumber Daya Manusia
16 16:300x75=4
3 Keuangan 25
25:300x75=6 4 Umum
28 28:300x75=7
5 Zona I
88 88:300x75=21
6 Zona II
10 10:300x75=3
7 Air Limbah
27 27:300x75=7
8 Instalasi 16
16:300x75=4 9 Perencanaan
Pengembangan 12
12:300x75=3 10
Tim Pemeriksa Barang 6
6:300x75 =2 11
Sistem Informasi Manajemen 20
20:300x75=5 12
Public Relation 9
9:300x75 =2 13
Bengkel Meter 8
8:300x75 =2 14 MUDP
10 10:300x75=3
15 TimPenenggulangan Kebocoran Air
12 12:300x75=3
Jumlah 300
75 Sumber
:
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtanadi Medan, 2009.
Universitas Sumatera Utara
III.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara intervew, dan
melalui penyebaran daftar pertanyaan questionaire kepada responden, yaitu pegawai Kantor Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtanadi Medan.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan dokumen- dokumen dari Kantor Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtanadi Medan.
III.5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah : 1. Wawancara interview adalah berdialog dengan bagian Sumber Daya Manusia
SDM dan beberapa karyawan secara acak untuk mengetahui tentang budaya organisasi, Etos kerja dan kinerja karyawan di Kantor Perusahaan Daerah Air
Minum PDAM Tirtanadi Medan. 2. Daftar Pertanyaan kuesioner adalah memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada pegawai berdasarkan ukuran sampel yang telah ditentukan.
3. Studi dokumentasi dan sumber sumber data lain yang mendukung penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
III.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel III.6.1. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama
Pada hipotesis pertama, variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Variabel Terikat Dependent Variable dengan simbol Y, yaitu prestasi kerja pada Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtanadi Medan
b. Variabel Bebas Independent Variable dengan simbol X, yaitu terdiri dari Budaya Organisasi dan Etos Kerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum
PDAM Tirtanadi Medan Definisi operasional variabel pada hipotesis pertama sebagai berikut:
1. Variabel independen X
1
adalah Budaya Organisasi adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi, yang dapat menggambarkan tentang cara-cara
melakukan suatu pekerjaan di tempat tertentu serta asumsi kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi, diukur berdasarkan Integritas,
Profesionalisme, keteladanan dan Perhargaan pada SDM. 2. Variabel Independen X
2
adalah Etos Kerja yaitu sikap yang tertanam dalam diri untuk senantiasa menghayati dan menghargai suatu pekerjaan dengan terus
meningkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu etos kerja dalam penelitian ini adalah kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan, kerja
adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah kehormatan dan kerja adalah pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
3. Variabel Dependen Y : Prestasi kerja merupakan kemampuan dan kecakapan seorang karyawan untuk melakukan suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya
sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki kinerja karyawan diukur berdasarkan keberhasilan mengerjakan tugas Kemahirancompetency, dan
Perilaku-perilaku inovatif Untuk mengetahui pengaruh variabel penelitian yang dinyatakan dalam
hipotesis yang telah dirumuskan, maka variabel-varibel yang telah dioperasionalisasikan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel III.2 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.2. Defenisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama
Variabel Definisi Operasional
Indikator Pengukuran
Budaya Organisasi
X
1
Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi, yang
dapat menggambarkan tentang cara-cara melakukan suatu
pekerjaan di tempat tertentu serta asumsi kepercayaan dasar
yang terdapat di antara anggota organisasi, diukur berdasarkan
Integritas, Profesionalisme, keteladanan dan Perhargaan
pada SDM. 1. Norma-norma perilaku yang
ditetapkan organisasi 2. Nilai-nilai yang dianjurkan
dan diharapkan organisasi 3. Kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan organisasi 4. Pedoman-pedoman yang
ditentukan organisasi Skala Likert
Etos Kerja X
2
Sikap yang tertanam dalam diri untuk senantiasa menghayati
dan menghargai suatu pekerjaan dengan terus
meningkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu Etos kerja
dalam penelitian ini adalah Kerja Adalah Rahmat, Kerja
adalah Amanah, Kerja adalah Panggilan, Kerja
adalahAktualisasi, Kerja adalah Ibadah, Kerja adalah
Seni, Kerja adalah Kehormatan dan Kerja adalah Pelayanan.
1. Kerja Adalah Rahmat, 2. Kerja adalah Amanah,
3. Kerja adalah Panggilan, 4. Kerja adalahAktualisasi,
5. Kerja adalah Ibadah, 6. Kerja adalah Seni,
7. Kerja adalah Kehormatan dan 8. Kerja adalah Pelayanan.
Skala Likert
Prestasi Kerja
Y Kemampuan dan kecakapan
seorang karyawan untuk melakukan suatu pekerjaan
yang dibebankan kepadanya sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki kinerja karyawan diukur
berdasarkan keberhasilan mengerjakan tugas
Kemahirancompetency, dan Perilaku-perilaku inovatif
1. Kualitas kerja 2. Tanggung jawap terhadap
pekerjaan 3. Kerjasama dengan rekan
kerja 4. Motivasi kerja
5. Inisiatif pegawai Skala Likert
Universitas Sumatera Utara
III.6.2. Identifikasai dan Defenisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua
Pada hipotesis kedua variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Variabel Terikat Dependent Variable dengan simbol Y, yaitu etos kerja pada Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtanadi Medan
b. Variabel Bebas Independent Variable dengan simbol X, yaitu terdiri dari Pengendalian Sikap dan Lingkungan internal karyawan Perusahaan Daerah Air
Minum PDAM Tirtanadi Medan Definisi operasional variabel hipotesis kedua sebagai berikut:
1. Sikap X
1
adalah keyakinan dan tingkatan seseorang mampu menerima tanggung jawab pribadi terhadap apa yang terjadi dalam diri mereka sendiri.
2. Lingkungan internal X
2
adalah suatu wadah atau tempat untuk pegawai dalam mengerjakan tugasnya atau pekerjaannya sehari hari dengan suasana yang lebih
kondusif, sehingga mampu meningkatkan semangat kerja bagi pegawai dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Untuk mengetahui pengaruh variabel penelitian yang dinyatakan dalam hipotesis yang telah dirumuskan, maka variabel-varibel yang telah
dioperasionalisasikan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel III.3 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.3. Defenisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua
Variabel Definisi Operasional
Indikator Pengukuran
Sikap X
1
Merupakan keyakinan dan tingkatan seseorang mampu
menerima tanggungjawab pribadi terhadap apa yang
terjadi dalam diri mereka sendiri yang terdiri dari
Internal dan Ekternal 1. Kehormatan sebagai
sesuatu layak diterima 2. Yang terjadi adalah hasil
perbuatan sendiri 3. Tidak ada kaitannya dengan
keberuntungan 4. Penempatan jabatan
ditentukan oleh kemampuannya
5. Tidak beruntung akibat perbuatannya sendiri
6. Membuat perencanaan 7. Pengakuan kesalahan
8. Hasil kerja yang berharga sering diabaikan
9. Merasa tidak memiliki cukup kendali untuk
mengarahkan tujuan hidup 10. Membuat perencanaan ke
depan adalah hal yang bagus
11. Hal terbaik adalah memperbaiki kesalahan
Skala Likert
Lingkungan internal
X
2
Tempat untuk pegawai dalam mengerjakan pekerjaannya
sehari hari dengan suasana yang kondusif agar mampu
meningkatkan semangat kerja dalam menyelesaikan tugas
1. Hubungan kerja yang baik 2. ukuran dan tata letak
3. teknologi pendukung 4. perlengkapan
5. keamanan Kerja Skala Likert
III.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini perlu diuji sampai sejauh mana alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang ingin diukur validitas, dan juga sampai
sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten reliabilitas. Hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
dilakukan agar pengujian hipotesis penelitian dapat mengenai sasarannya, oleh karena itu data yang dipakai untuk menguji hipotesis harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
III.7.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Ghozali,2005. Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, maka perlu diuji dulu kesahihannya
dengan alat uji validitas item. Berdasarkan hasil uji validitas terhadap 75 tujuh puluh lima responden,
maka 18 delapan belas pertanyaan dari 19 sembilan belas pertanyaan dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat pada Tabel III.5, yang terdapat pada kolom corrected item-
total correlation yang seluruhnya lebih besar r tabel product moment dimana r=0.1914 75-2=73. Dimana dari 19 sembilan pertanyaan tersebut yang disisihkan
adalah pertanyaan nomor 1 satu dibuang. Untuk pengujian ini dilakukan dengan Statistical Product and Service Solutions SPSS. Atas hal tersebut terdapat pada
Tabel III.4 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.4. Uji Validitas Budaya Organisasi, Etos Kerja, dan Prestasi Kerja
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted Scale
Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation Cronbach’s
Alpha if Item Deleted
VAR00002 62.4667 103.844 .593
.940 VAR00003 62.6667
99.402 .755
.937 VAR00004 62.6333 104.171
.514 .942
VAR00005 62.3333 100.920 .698
.938 VAR00006 62.3667
99.826 .760
.937 VAR00007 62.3333
98.437 .775
.937 VAR00008 62.3333
99.954 .817
.937 VAR00009 62.4000 102.731
.642 .940
VAR00010 62.7667 98.944
.629 .940
VAR00011 62.4333 100.668 .616
.940 VAR00012 62.3000 102.217
.522 .942
VAR00013 62.5000 99.983
.545 .942
VAR00014 62.5667 99.771
.690 .939
VAR00015 62.9000 99.541
.649 .940
VAR00016 62.3333 101.333 .717
.938 VAR00017 62.1333 100.533
.733 .938
VAR00018 62.1333 99.016
.789 .937
VAR00019 62.1000 98.990
.728 .938
Sumber : Hasil Penelitian 2009 Data diolah
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.5. Uji Validitas Sikap, Lingkungan Internal dan Etos Kerja
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted Scale
Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation Cronbach’s
Alpha if Item Deleted
X1.1 51.77 43.529 .281 .697 X1.2 51.92 42.966 .373 .687
X1.3 51.88 42.539 .332 .691 X1.4 51.69 45.215 .224 .703
X1.5 51.71 42.318 .412 .683 X1.6 52.05 43.348 .347 .690
X1.7 51.80 44.973 .207 .705 X1.8 51.87 44.090 .295 .696
X1.9 51.76 40.861 .436 .678
X1.10 51.65 42.500 .406 .684 X1.11 51.65 42.500 .406 .684
X2.1 51.73 44.468 .183 .710 X2.2 51.55 45.008 .188 .707
X2.3 51.61 46.511 .110 .713 X2.4 51.52 42.658 .303 .695
X2.5 51.83 43.551 .369 .689
Sumber : Hasil Penelitian 2009 Data diolah
Berdasarkan dari pengujian validitas tersebut menunjukkan hanya pertanyaan nomor 1 satu dinyatakan tidak valid sedangkan pertanyaan nomor 2 dua sampai
pertanyaan ke 19 sembilan belas dinyatakan valid.
III.7.2. Uji Reliabilitas
Suatu angket dikatakan reliabel andal jika jawaban seseorang terhadap suatu pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas
pada dasarnya bisa dilakukan dengan : 1 repeated measure, 2 one shot. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan satu kali pengukuran saja one shot,
karena pengukuran yang dilakukan berulang, membutuhkan waktu dan biaya yang
Universitas Sumatera Utara
cukup besar. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0.60. Ghozali, 2005.
Dari hasil uji reliabilitas, ternyata seluruh item dikatakan reliabel. Hal ini dapat dilihat pada Tabel III.5 bahwa nilai Cronbach Alpha keseluruhannya adalah
melewati 0,60 0.942 atau 94,2 . Hal tersebut tergambar pada Tabel III.5 berikut:
Tabel III.6. Nilai Cronbach’s Alpha Hipotesis Pertama
Reliability Statistics
Sumber: Hasil penelitian 2009 Data diolah
Cronbach’s Alpha
N of Items .942 18
Dari hasil uji reliabilitas, ternyata seluruh item dikatakan reliabel. Hal ini dapat dilihat pada Tabel III.5 bahwa nilai Cronbach Alpha keseluruhannya adalah melewati 0,60
0.708 atau 70,8 . Hal tersebut tergambar pada Tabel III.7 berikut:
Tabel III.7. Nilai Cronbach’s Alpha Hipotesis Kedua
Reliability Statistics Cronbach’s
Alpha N of Items
.708 16
Sumber: Hasil penelitian 2009 Data diolah
III.8. Model Analisis Data III.8.1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu: Budaya Organisasi dan Etos Kerja berpengaruh terhadap Prestasi Kerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air
Minum PDAM Tirtanadi Medan H
: B
1
, B
2
= 0 budaya organisasi, etos kerja tidak berpengaruh terhadap prestasi kerja
Universitas Sumatera Utara
H
1
: B
1
, B
2
≠ 0 budaya organisasi, etos kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat uji Regresi
Linier Berganda multiple regression analysis untuk mengukur pengaruh Budaya Organisasi dan etos kerja terhadap prestasi kerja. Regresi Linier Berganda digunakan
oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan naik turunnya variabel dependen kriterium, bila dua atau lebih variabel independen
sebagai predictor dimanipulasi dinaik turunkan nilainya Jadi analisis regresi linier berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2 dua
Sugiyono 2004. Metode regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :
2 2
1 1
Y Dimana:
Y = Pengendalian Sikap
1
= Budaya Organisasi.
2
= Etos Kerja
= Konstanta.
1
= Koefisien variabel
1
2
= Koefisien variabel
2
= Epsilon atau Variabel tidak terungkap.
Universitas Sumatera Utara
Untuk membuktikan hipotesis maka digunakan alat uji sebagai berikut :
1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 =0,05. Urutan
dalam melakukan uji F : a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.
H : β
1
= β
2
=
H
a
: Paling sedikit ada satu β
i
0 i = 1,2 b. Menghitung F-hitung dengan menggunakan rumus yaitu :
1 1
2 2
k
n R
k R
dimana : R
2
= koefesien determinasi n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas
Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai F
hitung
yang dibandingkan dengan F
tabel
dengan tingkat resiko level of significant dalam hal ini 0,05 dan degree of freedom = n-k-1.
c. Kriteria Pengujian : dimana : F
hitung
F
tabel
= H ditolak
F
hitung
F
tabel
= H diterima
2. Uji Koefesien Determinasi R
2
, melihat berapa proporsi variasi dari variabel bebas
secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas, dengan formula Gujarati, dalam Zain, 1999 : 207 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Y R
Jk Jk
R
2
dimana : JK
R
= jumlah kuadrat regresi explained sum of squares
JK
Y
= jumlah total kuadrat total sum of squares Dalam hasil output SPSS maka yang menjadi patokan adalah Adjusted R Square.
3. Uji-t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas