II.2.3. Membangun Budaya Perusahaan yang Unggul
Dari keterang diatas kita yakin bahwa budaya perusahaan adalah sumber kekuatan perusahaan. Sehingga budaya perusahaan bisa kita definisikan sebagai nilai-
nilai pokok yang menjadi inti dari falsafah bekerja dalam organisasi, yang membimbing seluruh karyawan dalam bekerja, sehingga perusahaan akan mencapai
sukses dalam usahanya. Perusahaan yang memiliki budaya yang kuat akan mampu bertahan lama. Apabila budaya itu tidak dimiliki, bisa saja perusahaan itu sukses,
tetapi keberhasilannya hanya bersifat sementara, tidak berlangsung lama atau abadi. Menurut Tani 2006 ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam
membentuk dan memelihara budaya perusahaan. Langkah awal adalah perlunya upaya untuk “membaca” atau menemukan, menyadari, dan
menguraikan budaya perusahaan yang berada “di bawah kulit” organisasi. Hal-hal yang ditemukan pada usaha itu terdiri dari norma-norma positif dan
norma-norma negatif, atau hal-hal yang hendak dipertahankan ataupun diperkuat dan hal-hal yang merupakan perselisihan antara apa yang ditemukan
dan budaya perusahaan yang dikehendaki.
Usaha berikutnya meliputi penetapan sasaran-sasaran yang jelas dan dapat diukur mengenai bagaimanakah perselisihan dapat dikurangi dan norma-norma
positif bisa dipertahankan. Sasaran-sasaran tersebut sebaiknya ditetapkan pada tiga tingkatan, yaitu 1 sasaran prestasi, 2 sasaran program, dan 3 sasaran kultural,
yaitu keyakinan, sikap, serta perilaku. Kegiatan itu disusul dengan perencanaan dan penerapan dari tindakan-tindakan yang secara ideal akan mewujudkan perubahan
pada empat dimensi, yaitu 1 pada setiap individu, 2 pada tim-tim sekerja, 3 pada pimpinan, dan 4 pada organisasi secara proses, sistem, kebijakan, dan struktur. Oleh
karena “cara bekerja” sebuah perusahaan harus disesuaikan dengan situasi dan
Universitas Sumatera Utara
kondisi yang terus berubah, maka upaya untuk membentuk budaya perusahaan sebaiknya ditinjau sebagai suatu sistem. Timbal balik sebaiknya diperoleh secara
berkala guna meninjau kembali kecocokan dari asumsi-asumsi semula dan menyesuaikan dalam tindakan selanjutnya. Secara ringkas, garis besar dari langkah-
langkah yang dapat ditempuh dalam program pembentukan budaya perusahaan setelah membacanya dan menemukan norma-norma yang hendak diubah adalah
sebagai berikut : 1 Tunjukkan kesungguhan dari upaya untuk mengadakan perubahan sebagaimana yang diinginkan, 2 Teliti dan temu kenali norma apa saja
yang mempengaruhi tabiat atau kelakuan karyawan, 3 Bantu para anggota organisasi untuk mengerti norma yang telah ditemukannya, 4 Tetapkan kawasan-
kawasan kunci yang dapat mempengaruhi persepsi karyawan atau key influence areas, 5 Usahakan untuk menghablurkan norma-norma yang negatif sekaligus
menguatkan atau menempatkan norma yang positif pada kawasan kunci yang telah ditetapkan, dan 6 Periksa dan buat suatu evaluasi dari usaha pembentukan atau
pemeliharaan itu. Menurut Martoadmojo 2006 secara kognitif, budaya organisasi dapat dipilah
menjadi 4 empat gugus yaitu : 1 atribut perusahaan yang kasat mata, seperti bangunan, perlengkapan kantor, seragam, mesin-mesin , kendaraan
dan logonya. 2 pernyataan tertulis dan tersirat yang berisi kumpulan mindset semua SDM perusahaan. 3 gugus kebutuhan dan kemauan dari
pendiri dan pemilik perusahaan yang setiap saat berubah dan tidak diketaui setiap orang, baik di dalam maupun di luar organisasi. 4 Gugus prilaku
organisasi yang paradoksal.
Universitas Sumatera Utara
Standar moral serta estetika dari para pemimpin perusahaan yang kadang membingungkan karena sering bertentangan dengan praktik sebagai bussiness
animal. yaitu, praktik perusahaan yang senantiasa ingin meraup laba dan menguasai pangsa pasar.
Gugus pertama dan kedua merupakan unsur yang relatif mudah diubah. Keduanya dpat diibaratkan dari sebuah gunung es organisasi. Gugus ketiga dan
keempat merupakan elemen yang sulit diubah karena hakikatnya dinamis, abstrak dan tacit. Berdasarkan pengalaman menerapkan perubahan dan pembaharuan budaya
organisasi atas empat perusahaan, kedua gugus awal hanya membutuhkan waktu sekitar enam bulan, sedangkan untuk gugus ketiga dan empat membutuhkan waktu
yang lama dan nyaris tanpa henti karena snantiasa memerlukan pegembangan terus- menerus.
II.2.4. Budaya Perusahaan di Era Pengetahuaan