II.6 Perencanaan Campuran Beraspal Panas Dengan Pendekatan Kepadaan Mutlak
menyatakan bahwa pada tahun 1999, Departemen Pekerjaan Umum mengeluarkan Pedoman Teknik Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Pendekatan
Kepadatan Kepadatan mutlak ini dimaksudkan sebagai kepadatan tertinggi maksimum yang dapat dicapai oleh campuran sehingga campuran tersebut tidak dapat menjadi lebih padat
lagi. Kepadatan mutlak ini berguna untuk menjamin bahwa dengan pendekatan adanya pemadatan oleh lalu lintas setelah beberapa tahun umur rencana, lapis permukaan tidak akan
mengalami perubahan bentuk plastis plastic deformation. Untuk kondisi lalu lintas berat, Marshall konvensional menetapkan pemadatan benda
uji dengan 2 x 75 tumbukan dengan batas rongga campuran antara 3 - 5. Hasil pengujian pengendalian mutu menunjukkan bahwa kesesuaian parameter kontrol di lapangan seringkali
tidak terpenuhi untuk mencapai persyaratan dalam spesifikasi sehingga kinerja perkerasan jalan tidak tercapai. Kondisi ini sulit untuk menjamin campuran yang tahan terhadap
kerusakan berbentuk alur plastis. Untuk mengatasi masalah tersebut dibuat pengujian Pemadatan dilakukan dengan
menggunakan alat pemadat getar listrik atau dapat dilakukan dengan pemadatan Marshall konvensional dengan jumlah tumbukan 2 x 400 kali.
II.7 Metode Pengujian Campuran
Dalam pengujian rencana campuran aspal panas dikenal beberapa metode yang sering dipakai, yaitu : [
]
II.7.1 Imersion Compression Test
Pengujian ini dipakai untuk mengukur pengiisi dari bahan bitumen pada campuran kering atau basah. Hasil pengujian akan memprlihatkan pengaruh air terhadap
harga stabilitas aspal panas, denga membandingkan harga stabilitas sampel yang direndam
dengan yang tidak direndam.
Pengujian ini dilakukan terhadap sekurang-kurangnya dua sampel pekerjaan, yang dipadatkan pada cetakan dengan diameter 10,2 cm dengan tinggi 10,2 cm dan dengan beban
17000 kg. setelah ditimbang beratnya, satu sampel direndam dalam air selama empat hari, dan yang lain dibiarkan di udara dalam waktu yang sama.
Setelah empat hari kedua sampel diuji dengan menggunakan unconfined compression. Harga yang didapat merupakan harga stabilitas campuran dalam keadaan kering dan basah.
Ratio stabilitas dinyatakan sebagai stabilitas basah dibagi stabilitas kering.
II.7.2 Hubbard Field Test
Merupakan salah satu metode pengujian stabilitas campuran aspal panas yang cukup luas dipakai.Metode ini telah distandarisasi oleh ASTM. Pertama skali metode ini digunakan
untuk campuran aspal panas dengan agregat halus sand sheet, tetapi belakangan ini dipakai juga untuk campuran aspal panas yang mengandung agregat kasar sampai ukuran ¾”.
Pada metode ini, pengujian dilakukan terhadap sampel percobaan dengan diameter 15 cm dan tinggi 7,5 cm. sampel percobaan kemudian diuji dengan menggunakan static
compression load dengan beban sebesar 10000 lb.
Beban maksimum yang diperoleh saat sampel hancur dinyatakan sebagai harga stabilitas
.
II.7.3 Triaxial Compression Test
Pengujian ini mungkin yang paling menarik dibanding dengan pengujian-pengujian yang lain dari sudut penelitian. Pada pengujian ini diukur kohesi dan gaya gesek dalam arti
campuran perkerasan aspal.
II.7.4 Stabilometer Hveem, Stability Test
Metode stabilometer ini digunakan untuk merencanakan campuran aspal yang dipakai oleh California Division of Highway dan sering juga disebut metode perencanaan Hveem.
Pengujian ini digunakan untuk mengukur stabilitas, density dan kandungan pori untuk mendapatkan persentase aspal dari suatu sampel percobaan.
Keistimewaan pengujian ini adalah menguji sampel percobaan dengan empat jenis pengujian yang berbeda, yaitu :
1 Swell Test
2 Stabilometer Test
3 Bulk Density Determination Test
4 Cohesiometer
II.7.5 Marshall Test
Pengujian Marshall merupakan pengujian yang paling banyak dan paling umum dipakai saat ini. Hal ini disebabkan karena alatnya sederhana dan cukup praktis untuk
dimobilisasi.
Pengujian Marshall bertujuan untuk mengukur daya tahan stabilitas campuran agregat dan aspal terhadap kelelehan plastis flow. Flow didefenisikan sebagai perubahan
deformasi atau regangan suatu campuran mulai dari tanpa beban, sampai beban maksimum dan dinyatakan dalam milimeter atau 0.01”.
Pengujian Marshall merupakan pengujian yang paling banyak dan paling umum dipakai saat ini. Hal ini disebabkan karena alatnya sederhana dan cukup praktis untuk
dimobilisasi. Pada penelitian tugas akhir ini, penulis menggunakan metode Marshall. Setelah
gradasi agregat ditentukan, selanjutnya adalah pembuatan contoh benda uji dan pengujian di laboratorium.
II.7.1 Parameter pengujian Marshall
Beton aspal dibentuk dari agregat, aspal dan atau tanpa bahan tambahan yang dicampur secara merata atau homogeny pada suhu tertentu. Campuran kemudian
dihamparkan dan dipadatkan, sehingga terbentuk beton aspal padat. Sifat-sifat campuran beton aspal dapat dilihat dari parameter-parameter pengujian
marshall antara lain :
a. Stabilitas Marshall
Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing-masing yang ditunjukkan oleh jarum dial. Menurut
, stabilitas merupakan parameter yang menunujukkan batas maksimum beban yang dapat diterima oleh suatu campuran
beraspal saat terjadi keruntuhan yang dinyatakan dalam kilogram. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi akan menghasilkan perkerasan yang terlalu kaku sehingga
tingkat keawetannya berkurang.
b. Kelelehan flow
Seperti halnya cara memperoleh nilai stabilitas, nilai flow merupakan nilai dari masing-masing yang ditunjukkan olegh jarum dial. Hanya saja jarum dial flow
biasanya dalam satuan mm millimeter. Menurut , suatu campuran yang
memiliki kelelehan yang rendah akan lebih kaku dan kecenderungan untuk mengalami retak dini pada usia pelayanannya.
c. Hasil Bagi Marshall Marshall Quotient