Lapis Beton Aspal Bahan Campuran Beraspal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Lapis Beton Aspal

Lapis beton aspal adalah lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural yang pertama kali dikembangkan di Amerika oleh The Asphalt Institute dengan nama Asphalt Concrete AC. Menurut , campuran ini terdiri atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Beton aspal dengan campuran bergradasi menerus memiliki komposisi yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, mineral pengisi filler dan aspal bitumen sebagai pengikat. Laston AC dapat dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada konstruksi perkerasan jalan, yaitu untuk lapis permukaan atau lapisan aus AC-Wearing Course dan untuk lapis pondasi AC-base, AC-binder, ATB Asphalt Treated Base. Lataston HRS juga dapat digunakan sebagai lapisan aus atau lapis pondasi. Latasir HRSS digunakan untuk lalu lintas ringan 500.000 ESA.[ ]

II.2 Bahan Campuran Beraspal

Campuran beraspal didefenisikan sebagai suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. [ ] Menurut, , Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai : 1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara sesama aspal. 2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada di dalam butir agregat itu sendiri. Menurut , walaupun proporsi aspal yang digunakan dalam campuran relatif sedikit, hanya sekitar 4 hingga 10 terhadap berat total campuran beton aspal, namun aspal merupakan material penting dalam konstruksi jalan dan memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan agregat. II.2.1 Agregat Menurut , agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk didalamnya antara lain kerikil alam, agregat hasil pemecahan oleh stone crusher, abu batu dan pasir, dan di dalam , Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu, dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan, dimana agregat menempati proporsi terbesar dalam campuran, umumnya berkisar antara 90 - 95 dari berat total campuran. 1. Agregat Kasar a. Fraksi agregat kasar untuk pengujian harus terdiri atas batu pecah dan harus disediakan dalam ukuran-ukuran nominal tunggal. b. Fraksi agregat kasar dalam petunjuk ini adalah agregat yang tertahan diatas saringan No.8 2,38 mm. c. Agregat kasar yang digunakan, dalam hal apapun tidak boleh menggunakan agregat kasar kotor dan berdebu. Agregat kasar harus bersih, keras, awet, bebas dari lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi persyaratan yang diberikan pada tabel II.1. Di dalam , ketentuan mengenai agregat kasar adalah sebagai berikut : a. Fraksi agregat kasar adalah yang tertahan pada ayakan no.8 2,36 mm dan harus bersih, keras, awet, dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. b. Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah dan disiapkan dalam ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan. Ukuran maksimum maximum size agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari ukuran nominal maksimum nominal maximum size. Ukuran nominal maksimum adalah satu ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama teratas dengan bahan tertahan kurang dari 10 . c. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel II.1 Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih. d. Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke Unit Pencampur Aspal melalui pemasok penampung dingin cold bin feeds sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik. e. Batas-batas yang ditentukan dalam Tabel II.1 untuk partikel kepipihan dan kelonjongan dapat dinaikkan oleh Direksi Pekerjaan bilamana agregat tersebut memenuhi semua ketentuan lainnya dan semua upaya yang dapat dipertanggungjawabkan telah dilakukan untuk memperoleh bentuk partikel agregat yang baik. Menurut , agregat kasar pada campuran beraspal berfungsi memberikan kekuatan yang pada akhirnya mempengaruhi stabilitas dalam campuran, dengan kondisi saling mengunci interlocking dari masing-masing partikel agregat kasar, sedangkan menurut , agregat kasar mempunyai peranan untuk menjadikan campuran lebih ekonomis, meningkatkan ketahanan mortar terhadap kelelehan flow dan meningkatkan stabilitas. Tabel II.1 Ketentuan Agregat Kasar Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat SNI 03-3407-1994 Maks. 12 Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Min. 40 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 Angularitas SNI 03-6877-2002 9590 Partikel pipik dan lonjong ASTM D-4791 Maks. 10 Catatan : 9590 menunjukkan 95 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dari 90 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5 Sumber : , 2. Agregat Halus Menurut , agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no.8 2,36 mm, yang terdiri dari batu pecah tersaring dan atau pasir alam yang bersih, keras, dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan pada Tabel II.2. Menurut , persyaratan agregat halus adalah sebagai berikut : a. Agregat halus dari sumber manapun, harus terdiri atas pasir atau pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 2,36 mm sesuai SNI 03-6819-2002. b. Pasir boleh digunakan dalam Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton. Persentase maksimum yang diijinkan adalah 10. c. Agregat yang halus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dan harus diproduksi dari batu yang bersih. d. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan dipasok ke Unit Pencampur Aspal melalui pemasok penampung dingin cold bin feeds yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik. Di dalam , ketentuan mengenai agregat halus adalah sebagai berikut : a. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 2,36 mm. b. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari agregat kasar. c. Pasir dapat digunakan dalam campuran aspal. Persentase maksimum yang disarankan untuk Laston AC adalah 15. d. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.1. Agar dapat memenuhi ketentuan Pasal ini batu pecah halus harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok pemecah batu crusher feed harus diayak dan ditempatkan tersendiri sebagai bahan yang tak terpakai kulit batu sebelum proses pemecahan kedua secondary crushing. e. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin cold bin feeds yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik. f. Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel II.2. Tabel II.2 Ketentuan Agregat Halus Pengujian Standar Nilai Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50 Material lolos saringan no.200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8 Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 Sumber ; AASHTO M 323-07 2004, “Superpave Volumetric Mix Design”, persyaratan agregat dibuat berbeda untuk masing-masing kelas lalu-lintas lima kelas, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel II.3. Tabel II.3 Ketentuan Agregat AASHTO M 323-07 2004 ESAL Juta Angularitas agregat kasar 100mm : 100mm Angularitas agregat halus 100mm : 100mm Sand Equivalent Kepipihan dan Kelonjongan 0,3 55- : -- - 40 - 0,3 - 3 75- : 50- 40 : 40 40 10 3 - 10 8580 : 60- 45 : 40 45 10 10 - 30 9590 : 8075 45 : 40 45 10 ≥ 30 100100 : 100100 45 : 45 50 10 Sumber : , Menurut , pada campuran Laston lapis aus AC-WC terdapat persyaratan khusus yaitu kurva Fuller dan daerah larangan restricted zona. Kurva Fuller adalah kurva gradasi dimana kondisi campuran memiliki kepadatan maksimum dengan rongga diantara mineral agregat VMA yang minimum. Kurva Fuller tersebut ditentukan dengan persamaan : Dimana : P = persen lolos saringan dengan bukaan saringan d mm d = ukuran agregat yang diperiksa mm D = ukuran maksimum agregat yang terdapat dalam campuran mm Menurut , restricted zone dalam persyaratan gradasi campuran beraspal panas sangat membatasi kebebasan pemilihan gradasi. Larangan untuk memotong zona tersebut menyebabkan gradasi yang dipilih menjadi cenderung kasar. Gradasi yang kasar akan sulit dipadatkan dilapangan dan cenderung rentan terhadap retak. Berdasarkan hasil penelitian , terlihat adanya indikasi bahwa jika gradasi gabungan campuran beraspal memasuki daerah larangan restricted zone maka nilai VIM refusal akan menurun 2,52. Seperti yang diketahui bahwa dalam , nilai VIM refusal dibatasi minimum 2,5 untuk menghindari terjadinya kerusakan deformasi plastis. Kondisi ini menunjukkan pemilihan gradasi yang memasuki restricted zone masih dapat diijinkan, selama karakteristik campuranyang disyaratkan terpenuhi. II.2.2 Aspal Aspal merupakan material yang diperoleh dari hasil proses destilasi minyak bumi dengan menggunakan berbagai teknik pengolahan. Pada temperatur ruang aspal berwarna hitam, lengket, semisolid dan material dengan viskositas tinggi. Aspal paling banyak digunakan dalam produksi beton aspal campuran panas, yang utamanya digunakan dalam pembangunan perkerasan lentur. Aspal dicairkan dengan melakukan pemanasan dan selanjutnya dicampur dengan agregat untuk membuat beton aspal.

II.3 Perencanaan Campuran Beraspal

Dokumen yang terkait

Perbandingan Lama Rendaman Campuran Aspal AC-WC Dengan Memakai Air Laut Dan Air Tawar Teradap Karakteristik Marshall

16 90 146

Studi Eksperimental Dan Simulasi Ansys 12 Pembuatan Aspal Polimer Dengan Perbandingan Campuran Polistirena Pada Aspal 0:50, 5:45, 15:35, 25:25 Dengan Agregat 300 Gr Pasir”

4 59 230

Studi Perbandingan Penggunaan Retona Blend 55 Dan Aspal PEN 60/70 Terhadap Rancangan Campuran

32 230 87

Pengaruh Penggunaan Limbah Serbuk Besi Terhadap Campuran Aspal Jenis AC-WC

18 180 82

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Lama Rendaman Campuran Aspal AC-WC Dengan Memakai Air Laut Dan Air Tawar Teradap Karakteristik Marshall

0 1 52

BAB I PENDAHULUAN - Perbandingan Lama Rendaman Campuran Aspal AC-WC Dengan Memakai Air Laut Dan Air Tawar Teradap Karakteristik Marshall

0 1 10

1. Data Perhitungan Daya Serap Air - Studi Eksperimental Dan Simulasi Ansys 12 Pembuatan Aspal Polimer Dengan Perbandingan Campuran Polistirena Pada Aspal 0:50, 5:45, 15:35, 25:25 Dengan Agregat 300 Gr Pasir”

0 0 110

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Eksperimental Dan Simulasi Ansys 12 Pembuatan Aspal Polimer Dengan Perbandingan Campuran Polistirena Pada Aspal 0:50, 5:45, 15:35, 25:25 Dengan Agregat 300 Gr Pasir”

0 1 35

Studi Eksperimental Dan Simulasi Ansys 12 Pembuatan Aspal Polimer Dengan Perbandingan Campuran Polistirena Pada Aspal 0:50, 5:45, 15:35, 25:25 Dengan Agregat 300 Gr Pasir”

0 1 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Eksperimental Dan Simulasi Pengaruh Variasi Campuran Polistirena Dan Aspal Penetrasi 60/70 Dengan Menggunakan Program Ansys 12

1 2 35