Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang)

(KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

AFRILYADI EKO WIBOWO H34086002

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(2)

RINGKASAN

AFRILYADI EKO WIBOWO. Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi.

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO).

Ikan lele sangkuriang memiliki beberapa keunggulan antara lain

keunggulan pada pertumbuhannya yang cepat, daya tetas yang banyak, nilai FCR (Feed Convention Ratio) yang lebih baik, serta ketahanan terhadap penyakit. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra perikanan budidaya air tawar di kabupaten Bogor yang prospektif untuk pengembangan ikan konsumsi.

Komoditas ikan lele sangkuriang menjadi berkembang seiring dengan

perkembangan warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Terbatasnya produksi perikanan terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di Kecamatan Ciampea (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat Kecamatan Ciampea (3) Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh masyarakat Kecamatan Ciampea.

Penelitian dilakukan pada budidaya pembesaran ikan lele, yang berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak UKM lele, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta literatur lainnya yang sudah diterbitkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE dan EFE, analisis IE, analisis SWOT serta QSPM.

Dari tabel EFE diprelihatkan total bobot skor sebesar 2,470. Hal ini menunjukkan bahwa UKM budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Sedangkan dari tabel IFE diketahui total bobot skor sebesar 2,754. Hal ini menunjukkan bahwa usaha memiliki posisi internal yang mampu menggunakan kekuatan dan mengatasi kelemahan dengan baik. Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE pada posisi perusahaan di sel V yaitu dengan strategi umum Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari Matriks SWOT diperoleh tiga strategi yaitu : meningkatkan produksi produk, memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait, mempertahankan produk berkualitas. Berdasarkan hasil analisis QSPM bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah : Meningkatkan produksi produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,843).


(3)

Saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa yang akan datang yaitu a) UKM pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea hendaknya menambah area budidaya baik dengan cara pembelian maupun penyewaan tanah yang berisi kolam-kolam budidaya. b) Perlunya mengguanakan teknologi budidaya yang baik seperti pengguanan konstruksi kolam terpal, semi permanen maupun permanen. c) Penggunaan manajemen pakan yang benar, pemberian vitamin serta saluran masukan dan buangan air kolam yang lancar. d) Penambahan benih dalam jumlah yang besar untuk mengimbangi penambahan area kolam budidaya. e) Hendaknya menggunakan karyawan terampil yang berasal dari masyarakat sekitar. f) Pencarian bantuan modal untuk menunjang realisasi pengembangan usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini.


(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang)

(KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

AFRILYADI EKO WIBOWO H34086002

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(5)

Judul Skripsi

Nama NIM

:

: :

Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Afrilyadi Eko Wibowo

H34086002

Disetujui, Pembimbing

Ir. Joko Purwono, MS NIP1960 0606 1986 01 10 02

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 1958 0908 1984 03 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Afrilyadi Eko Wibowo H34086002


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Afrilyadi Eko Wibowo, lahir di Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah pada tanggal 14 April 1988. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Karly, SP, MMA dan Ibunda Wagini, SP.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1993 di TK Puspita Sari Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pelangsian 10 pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 7 Sampit. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 1 Sampit diselesaikan pada tahun 2005 dan pendidikan tingkat Diploma di Akademi Perikanan Sidoarjo pada tahun 2008.

Penulis diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi umum pada tahun 2008. Selama kuliah di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor ini, penulis telah dua kali menghadiri seminar umum seperti diantaranya Stadium General yang berjudul “ Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Agribisnis : Peluang Atau Ancaman” di Gedung Alumni IPB, Sabtu 22 November 2008 serta The 14th AFBE – PERHEPI International Conference dengan judul “ The Effect Of The Global Economic Crisis On Business In Southast Asia” di IPBInternational Convention Center (IICC) 11 Juni 2010.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi

pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor .

Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di UKM budidaya lele di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal pembudidaya ikan lele sangkuriang di Kecmatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dalam memberi informasi strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Namun demekian, sangat disadarai masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2011


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Kedua orang tua yaitu Ibunda Wagini SP serta Ayahanda Karly SP, MMA yang telah dengan bersusah payah memberikan segala sesuatunya dalam penulisan skripsi pada khususnya serta pada kehidupan ini pada umumnya,

2. Rasul Muhammad saw yang telah banyak memberikan suri tauladannya dalam menyikapi hidup hingga ke jenjang skripsi ini.

3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menulis skripsi.

4. Ir. Burhanudin, MM selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang dengan bimbingan dan arahannya dalam penulisan proposal.

5. Ir. Popong Nurhayati ,MM selaku dosen penguji utama pada sidang penulis atas arahan dan masukannya.

6. Rachmat Yanuar , SP, Msi selaku dosen komite pendidikan pada sidang penulis atas arahan dan masukannya.

7. Dosen-dosen ekstensi yang dengan sabar dan perhatian atas arahan pada kuliah-kuliahnya yang membantu pada proses penulisan skripsi pada tahap selanjutnya. 8. Kang Deni Zaini Hakim selaku pembahas pada sidang dan teman bimbingan yang

dengan setia menjadi salah satu motivator dalam penyelasaian skripsi ini

9. Pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Kecamatan Ciampea, Staff Kantor Kecamatan Ciampea dan Elysa Manalu selaku responden atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

10. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan 5, atas semangat dan sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

11. Keluarga besar yang berada di Jawa Barat serta di Kalimantan Selatan yang selalu memberikan dukungan moril yang begitu menyentuh kalbu.

12. Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan (AMKS) yang menyediakan tempat ternyaman dan memberikan kehangatannya yang pernah ada dalam kehidupan ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan tenangnya.

13. Teman-teman AMKS yang slalu menghiasi hari-hari dengan senyum dan tawa yang mengiringi perjalanan kuliah dalam suka maupun duka.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang ... 7

2.2 Definisi Usaha Kecil Menengah ... 7

2.3 Penelitian Terdahulu ... 8

III KERANGKA PEMIKIRAN 12

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 12

3.1.1 Manajemen Strategis ... 12

3.1.2 Proses Manajemen Strategi ... 14

3.1.3 Analisis Lingkungan Internal ... 15

3.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal ... 18

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 21

IV METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24


(11)

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

4.4. Metode Analisis Data ... 26

4.4.1 Pengumpulan Data ... 26

4.4.2 Pencocokan Data ... 30

4.4.3 Pengambilan Keputusan ... 32

V KEADAAN UMUM ... 35

5.1. Letak geografis ... 35

5.2. Sosial Ekonomi ... 35

5.3. Visi dan Misi ... 36

5.4. Keadaan Teknis ... 36

5.4.1 Akses Jalan dan Transportasi ... 36

5.4.2 Sarana dan Prasarana ... 37

VI ANALISIS LINGKUNGAN PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR ... 38

6.1. Analisis Lingkungan Internal ... 38

6.1.1 Sumber Daya Manusia ... 38

6.1.2 Produksi dan Operasi ... 39

6.1.3 Pemasaran ... 40

6.1.4 Keuangan ... 40

6.1. Analisis Lingkungan Eksternal ... 41

6.2.1 Ekonomi ... 42

6.2.2 Sosial Budaya Demografi dan Lingkungan ... 42

6.2.3 Politik Pemerintahan dan Hukum ... 43

6.2.4 Teknologi ... 43

6.2.5 Kompetitif ... 44

VII PERUMUSAN STRATEGI PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR ... 46


(12)

7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal ... 50

7.3. Analisis Matriks IFE ... 54

7.4. Analisis Matriks EFE ... 55

7.5. Analisis Matriks IE ... 57

7.6. Analisis Matriks SWOT ... 59

7.7. Analisis Matriks QSP ... 65

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

8.1. Kesimpulan ... 69

8.2. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Konsumsi Ikan Perkapita...

Perkembangan Konsumsi Ikan di Bogor...

Fungsi Dasar Manajemen Produksi ...………

Matriks IFE ...

Matriks EFE ...

Matriks QSP ...

Hasil Analisis Lingkungan Internal ...

Hasil Analisis Lingkungan Eksternal...

Matriks IFE...

Matriks EFE...

1

2

1 8

2 8

2 9

3 4


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Model komprehensif manajemen strategis ...

Kerangka Pemikiran Operasional Srategi Pengembangan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Di Kecamatan

Ciampea...………...

Matriks IE ...

Matriks SWOT ...

Matriks IE usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea

Matriks SWOT usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea ...

15

23

30

32

58


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Kuisoner ...

Analisis Lingkungan Internal Eksternal...

Data SWOT ………...

Matriks Berpasangan ...

Tabel IFAS EFAS ...

Matriks IE ...

Matriks SWOT ...

Dokumentasi Gambar ...

QSPM ...

73

85

86

87

91

93

94

95


(16)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi adalah Ikan lele ( Clarias sp). Hal ini dapat diketahui bahwa ikan lele tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga semata dan memenuhi permintaan pedagang pecel lele, tapi juga telah menjadi salah satu menu utama di restoran-restoran besar. Ikan lele ( Clarias sp) merupakan ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia.

Kebutuhan akan produksi perikanan menjadi baik ketika isu flu burung, sapi gila atau antraks mulai menjadi dilema di bidang peternakan sehingga produk perikanan menjadi alternatif pilihan yang diminati.

Tabel 1. Konsumsi Ikan Perkapita Nasional Tahun 2003

Rincian 2000 2001 2002*) 2003**) Kenaikan (persen) Total (ton) 4,506,93 4,687,64 4,841,55 5,308,68 5,65 Per Kapita

(kg / kap / th)

21,57 22,44 22,84 24,67 4,61

Keterangan :

*) angka sementara **) angka perkiraan Sumber: DKP 2003

Dari Tabel 1 dapat diketahui adanya peningkatan konsumsi ikan perkapita per tahun yaitu sekitar 4,61 persen. Dengan adanya kenaikan konsumsi ikan perkapita ini berarti perlunya peningkatan produksi ikan konsumsi agar permintaan nasional dapat dipenuhi.

Perkembangan produksi ikan lele di Kota Bogor termasuk terbesar kedua setelah ikan mas yaitu 4.440,67 ton per tahun. Setiap tahunannya terjadi peningkatan produksi ikan lele yang menjadikan prospek pengembangan kedepan yang baik. Komoditas ini menjadi berkembang seiring dengan berkembangan warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Perkembangan produksi perikanan daerah Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.


(17)

73

Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Air Tawar Kabupaten Bogor Tahun 2003-2006 (dalam Ton)

Jenis Ikan

Tahun

Jumlah

Jumlah Rata-rata

2003 2004 2005 2006

Mas 2.305,3 4.766,11 7.068,77 8.923,31 23.063,5 5.765,89 Nila 998,89 2.621,09 3.430,78 4.310,67 11.361,4 2.840,36 Gurame 1.063,5 2.035,69 3.453,80 4.357,14 10.910,1 2.727,54 Tawes 985,41 1.237,56 921,01 1.164,62 4.308,60 1.077,15

Tambakan 387,07 164,49 34,54 41,37 627,47 156,87

Lele 1.470,56 3.684,91 5.572,13 7.035,06 17.762,6 4.440,67

Patin 258,81 762,65 57,56 92,03 1.171,05 292,76

Belut 184,17 561,01 23,06 29,09 797,33 199,33

Nilem 288,37 420,30 46,05 54,85 809,57 202,39

Lain-lain 283,86 1.117,43 2.233,40 2.824,78 6.459,47 1.614,87 Jumlah 8.226,04 17.371,24 22.841,10 28.832,92 77.271,30 19.317,83 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2007 (diolah)

Budidaya Ikan lele banyak dilakukan antara lain karena dapat dilakukan pada lahan dan sumber air yang terbatas, dengan padat tebar yang tinggi, teknologi budidaya yang relatif mudah di mengerti masyarakat, relatif tahan terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat, dan bernilai ekonomi relatif tinggi.

Ikan lele ( Clarias sp) banyak digemari karena rasa daging yang khas dan lezat. Selain itu, kandungan gizi pada setiap ekornya cukup tinggi, yaitu protein (17-37 persen); lemak (4,8 persen); mineral (1,2 persen) yang terdiri dari garam fosfat, kalsium, besi, tembaga dan yodium; vitamin (1,2 persen) yaitu vitamin B kompleks yang larut dalam air dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak. Selain itu pemeliharaannya mudah dan murah, pertumbuhannya yang pesat dalam waktu relatif singkat, harga jual yang stabil serta dapat hidup di lingkungan atau kondisi perairan yang jelek sekalipun (Soetomo , 1987).

Lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun lele dumbo biasa. Keunggulan dari lele sangkuriang antara lain, pertumbuhan lele


(18)

74 sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada tahap pedederan I, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 29,26 persen, sementara lele dumbo biasa biasa hanya 20,38 persen. Dengan pertumbuhan lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat dipanen dibanding lele dumbo biasa. Daya tetas telur lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa. Tingkat fekunditasnya dua kali lebih tinggi. Daya telur lele sangkuriang mencapai 40.000-60.000 butir/kg induk, sedangkan lele dumbo biasa hanya 20.000-30.000 butir/kg bobot induk. Feed Conversion Ratio (FCR) adalah perbandingan jumlah pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot ikan. Nilai FCR lele sangkuriang lebih rendah dibanding lele dumbo biasa. Lele sangkuriang memiliki FCR antara 0,8-1,0 sedangkan lele dumbo biasa memiliki FCR antara 0,8-1,0-1,1.

Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa jenis bakteri penyebab penyakit. Daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang lebih baik karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat bahwa semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya. Budidaya lele sangkuriang sebenarnya tidak berbeda dengan budidaya lele dumbo biasa, bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya lele sangkuriang lebih cepat panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit.

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra produk lele di kabupaten Bogor yang prospektif untuk dikembangkan. Akses distribusi ikan lele ini tidak hanya ada untuk kawasan terdekatnya saja tetapi juga di luar Jawa seperti Lampung dan Kalimantan. Ketersediaan pasokan sumber air bersih yang melimpah setiap tahunnya pun menjadikan kecamatan Ciampea menguntungkan dalam hal teknis budidaya.

Dengan berbagai kendala-kendala yang dihadapi dalam bidang perikanan khususnya pada komoditas ikan lele ini diharapkan tidak menjadi momok yang menakutkan bagi pembudidaya atau pengusaha yang bergerak di bidang perikanan. Akan tetapi hal tersebut dapat menjadi kajian atau pembelajaran dalam semakin meningkatkan kinerja, kualitas, serta kuantitas produksi ikan lele.

Berbagai kondisi yang dihadapi seperti penyakit, cuaca dan iklim, mahalnya harga bahan baku, kekurangan modal serta karyawan yang kurang


(19)

75 terampil secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh juga pada kelangsungan usaha perikanan dan berikutnya pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang memerlukan langkah-langkah strategis agar dapat mengembangkan usaha-usaha dalam menghadapi kondisi lingkungan sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi seluruh masyarakat pembudidaya ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea.

Dengan mengetahui faktor-faktor baik internal maupun eksternal yang menghambat atau mengancam produksi atau pengembangan usaha pembesaran ikan lele maka akan dengan mudah menentukan langkah strategi yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan adanya pengaruh perekonomian nasional seperti kenaikan BBM dan TDL yang berimbas secara tidak langsung dengan kenaikan harga bahan baku pakan, sehingga untuk menunjang peningkatan kualitas produk ikan lele menjadi lebih sulit. Begitu pula dengan cuaca dan iklim yang anomali atau tidak menentu sehingga membuat ikan lele mudah mengalami stress bahkan rentan terkena penyakit ancaman ini didukung dengan kelemahan yang ada di usaha pembesaran ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea dengan masalah permodalan yang kurang untuk dipenuhi secara memadai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sehingga dalam kegiatan selanjutnya mengalami beberapa pemangkasan seperti promosi yang kurang, insentif karyawan yang tak memadai serta persediaan bahan baku yang sulit tercukupi.

Seiring berjalannya waktu usaha pembesaran ikan lele ini terus berkembang ditandai dengan berkembangnya warung dan rumah makan pecel lele di berbagai tempat, sehingga persaingan pada usaha pembesaran ikan lele pun ikut berkembang pula. Beberapa usaha pembesaran ikan lele yang banyak dikunjungi pembeli yaitu seperti di kecamatan Parung dan Mega Mendung. Hal ini membuat pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea harus mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh, baik secara nyata maupun tidak nyata terhadap perkembangan usaha pembesaran ikan lele ini di tengah persaingan yang ketat.


(20)

76 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea bahwa produksi perikanan terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat. Sedangkan permintaan yang ada baik berasal dari daerah Bogor maupun daerah Sumatera seperti Lampung adalah diatas 75 ton/siklus produksi. Oleh karena itu perlunya pengembangan lebih lanjut terhadap usaha pemebesaran ikan lele di kecamatan Ciampea. Selain potensi sumber daya alam seperti pasokan sumber air yang bersih dan melimpah juga akses distribusi yang mudah dijangkau.

Meskipun setiap hambatan maupun ancaman yang ada harus ditinjau kembali dengan mengukur kekuatan dan peluang yang ada, sehingga dapat dirumuskan langkah strategi yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Identifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perlu dilakukan guna memetakan formulasi strategi dalam mengembangkan usaha pembesaran ikan lele dengan konsep SWOT dan menentukan prioritas strategi dalam QSPM.

Beberapa permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di kecamatan Ciampea ?

2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea?

3. Prioritas strategi seperti apa yang tepat bagi masyarakat kecamatan Ciampea dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjawab seluruh rumusan permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di kecamatan Ciampea.


(21)

77 2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk

diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea.

3. Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh masyarakat kecamatan Ciampea.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu meliputi analisis faktor-faktor internal dan eksternal dari masyarakat pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea, serta perumusan dan penentuan prioritas strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembudidaya, penulis maupun pembaca, serta masyarakat yang berminat melakukan usaha pada budidaya ikan lele. Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Masyarakat kecamatan Ciampea

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbang saran positif bagi masyarakat kecamatan Ciampea mengenai strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele yang dihasilkan, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi penciptaan laba bagi masyarakat ini khususnya, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

2. Lembaga Pemerintahan

Sebagai bahan masukan dan informasi yang terkait dengan kebijakan pengembangan usaha kecil berbasis perikanan dengan komoditi unggulan ikan lele.


(22)

78

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang

Ikan lele termasuk hewan bertulang belakang yang mempunyai insang untuk bernafas. Badan berbentuk memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik) sedangkan kepala berbentuk pipih berbatok kepala tulang keras, memiliki sungut atau kumis sebanyak 4 pasang.

Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar. Mempunyai alat pernapasan tambahan yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara. Karena itulah ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele bersifat nokturnal yaitu hewan yang aktif di malam hari atau menyukai tempat yang gelap. Ikan lele bersifat karnivora atau pemakan daging, ikan lele juga makan sisa-sisa tumbuhan yang membusuk (Suyanto 1989).

Pada usaha pembesaran ikan lele, kolam dapat terbuat dari kolam tanah, kolam terpal, atau kolam beton, tergantung dengan kondisi tanah dan modal yang dimiliki. Air kolam untuk pemeliharaannya pun tidak harus yang mengalir. Hanya perlu pergantian air beberapa kali per bulan. Proses pemupukan diberikan pada kolam tanah untuk memperbanyak pakan alami. Untuk pakan buatan yang diberikan biasanya berupa pelet dengan kandungan protein hewani yang banyak atau dapat pula diberikan sisa makanan dapur atau tumbuh-tumbuhan utnuk menghemat biaya. Pemanenan biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan tergantung ukuran benih yang ditebar (Suyanto dan Hernowo 2000).

Morfologi ikan lele sangkuriang hampir sama dengan ikan lele pada umumnya. Ikan lele sangkuriang mempunyai beberapa kelebihan dibanding lele pada umumnya yaitu jumlah telur yang dihasilkan lebih tinggi dari ika lele pada umunya yaitu 33,33 persen, pertumbuhan pada saat pendederan dan pembesaran yaitu masing-masing 40 persen dan 10 persen ( Pamunjtak, 2010).

2.2. Definisi Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp


(23)

79 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 miliar rupiah 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasibuan (2008), meneliti mengenai analisis formulasi strategi pengembangan bisnis ikan hias koi pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor, Jawa Barat. Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran V yakni pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat faktor internal berupa kekuatan seperti kualitas ikan yang baik, modal usaha pribadi, lokasi yang strategis, memiliki suasana kekeluargaan, dan memiliki lahan yang luas. Faktor internal berupa kelemahan seperti kegiatan promosi belum optimal, kinerja setiap divisi kurang baik, penggunaan lahan belum optimal, prosedur pengangaran belum efektif dan kurang mengetahui informasi pasar. Faktor eksternal berupa peluang seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, kebijakan pemerintah yang mendukung, kemajuan teknologi, perdagangan bebas antar negara dan memiliki hubungan baik dengan pemasok. Serta faktor eksternal berupa ancaman seperti kenaikan TDL dan BBM, adanya produk substitusi, penyakit KHV, dan stabilisasi keamanan nasional. Dengan hasil QSPM yaitu : 1) mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan produksi (TAS 15,434). 2) merekrut tenaga kerja yang terampil ( TAS 15,295). 3)


(24)

80 membuat perencanan produksi (TAS 14, 714). 4) menghasilkan jenis ikan Koi yang variatif (TAS 12, 851).

Yulianti (2009), meneliti mengenai analisis strategi pengembangan usaha pembenihan udang vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT suri tani pemuka, kabupaten Serang, Banten). Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran 2 atau tumbuh dan bina dengan strategi intensif dan integratif.

Berdasarkan penelitian diperoleh faktor internal berupa kekuatan seperti lokasi perusahan dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah, produk yang dihasilkan berkualitas, hubungan dan pelayanan yang baik pada pelanggan , merupakan perusahaan pembenihan udang vanamei yan sudah bersertifikat, jaringan pemasaran sudah kuat, komonikasi yang baik antara pemiik dan karyawan dan alat produksi dan sarana pembenihan sudah modern. Faktor internal berupa kelemahan seperti pasar yang dituju sama dengan perusahaan sejenis, pakan alami masih tergantung pada alam dan musim, masyarakat sebelum mengenal jenis udang vanamei karena merupakan komoditas introduksi, jumlah produksi berfluktuasi, kerugian oleh tingkat kematian benih pada saat pengiriman pelanggan yang ditanggung perusahaan dan asuransi yang diberiakn oleh pihak pemasok iduk hanya 24 jam. Faktor eksternal berupa peluang seperti peningkatan jumlah petambak udang vanamei di indonesia, adanya kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan ekspor udang vanamei, merosotnya produksi uadang windu, kecendrungan masyarakat negara maju untuk beralih dari red meat ke white meat karena adanya penyakit mulut sapi, terbinanya hubungan baik dengan pemasok dan harga relatif lebih rendah dibanding dengan udang windu. Faktor eksternal berupa ancaman seperti persaingan antara perusahaan sejeis, kenaikan biaya pembenihan, pengemasan dan transportasi, keadaan iklim yang memepengaruhi ketersediaan bahan bau udang vanamei, ancaman produk substitusi dan adanya penyakit dan bakteri yang menyerang benih udang vaname. Dengan hasil QSPM yaitu : 1) menjaga stabilitas produksi (TAS 7,325). 2) meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen (TAS 7,281). 3) menjaga dan meningkatkan kualitas produk (TAS 7,247). 4)


(25)

81 membudidayakan pakan alami sendiri (TAS 6,878). 5) meningkatkan kerjasama dengan pihak terkait (TAS 6,873). 6) memperluas wilayah pemasaran (TAS 6,530). 7) mengenalkan produk ke masyarakat luas (TAS 6,343). 8) menjalin hubungan yang lebih baik dengan konsumen (TAS 6,325).

Ismanto (2009), menganalisis mengenai strategi pengembangan ikan lele di Parung Bogor. Metode yang digunakan untuk menganlisis persoalan tersebut yaitu dengan menggunakan matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Sehingga dihasilkan dari hasil evaluasi yang menjadi kekuatan utama adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya dengan bobot tertinggi sebesar 0,092 dan yang menjadi ancaman utama adalah harga pakan yang tinggi dengan bobot tertinggi sebesar 0,115.

Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya, potensi jumlah sumberdaya manusia pelaku usaha budidaya lele, keberadaan kelompok pembudidaya lele, program kerja Dinas Peternakan dan Perikanan yang mendukung pengembangan budidaya lele, letak daerah Parung yang dekat dengan pasar Jabodetabek sebagai pasar utama, dan usaha budidaya lele sudah memasyarakat. Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan adalah kemampuan manajemen usaha pembudidaya masih terbatas, pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, lemahnya permodalan, jumlah bibit lele berkualitas terbatas, kualitas dan kuantitas hasil produksi belum optimal dan belum berkembangnya diversifikasi usaha. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang adalah Kebijakan DKP yang mendukung usaha pengembangan budidaya lele, permintaan pasar belum terpenuhi, munculnya permintaan produk olahan, keberadaan industri pakan, keberadaan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Pecel Lele dan perkembangan teknologi budidaya semakin pesat. Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah harga pakan tinggi, harga jual yang berfluktuasi akibat ada pengaruh pengumpul, persaingan usaha semakin kompetitif dengan daerah lain dan pemeliharaan sumber-sumber air belum optimal.

Berdasarkan analisis QSPM yang ditentukan oleh besarnya nilai Total Attractiveness Score (TAS) diperoleh strategi prioritas utama adalah strategi


(26)

82 Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang memenuhi permintaan pasar dengan nilai TAS sebesar 5,641.

Berdasarkan dari penelitian tersebut di atas maka terdapat kesamaan diantaranya umumnya alat analisis yang digunakan pada strategi pengembangan yaitu matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP. Sedangkan faktor-faktor internal berupa kelemahan yaitu seperti promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang, persediaan bahan baku, karyawan kurang terampil dan insentif karyawan. Faktor-faktor internal berupa kekuatan seperti produk yang dihasilkan berkualitas, lokasi yang strategis, harga sesuai dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai dan proses produksi yang baik. Faktor-faktor eksternal berupa ancaman seperti pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga pakan mahal, kenaikan BBM dan TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim. Faktor-faktor eksternal berupa peluang seperti adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat, isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, peranan teknologi manajemen pakan serta akses jalan dan transportasi.


(27)

83

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategis

Menurut David (2004), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapat tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Manajemen strategis memberikan berbagai manfaat bagi organisasi, karena memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam menentukan masa depannya; memungkinkan perusahaan untuk memulai memengaruhi aktivitas organisasinya, sehingga memiliki kontrol terhadap masa depan organisasinya. Secara historis, manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional untuk pilihan strategis.

Secara spesifik, manajemen strategis memiliki dua jenis manfaat, yaitu manfaat finansial dan manfaat nonfinansial. Dari sisi finansial, organisasi yang menerapkan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki kinerja tinggi cenderung melakukan perencanaan yang sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi dimasa depan dalam lingkungan eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat mirip dengan teori manajemen strategis menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik dibanding industrinya, serta juga menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis.


(28)

84 Sedangkan dari sisi nonfinansial, dengan menerapkan manajemen strategis, dapat membantu organisasi meningkatkan kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing, meningkatkan produktivitas karyawan, mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan.

Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing untuk menghadapi persaingan. Menurut David (2004), terdapat beberapa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu:

1) Strategi Integrasi

a) Strategi integrasi ke depan, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer perusahaan.

b) Strategi integrasi ke belakang, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok perusahaan. c) Strategi integrasi horizontal, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi

kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pesaing perusahaan. 2) Strategi Intensif

a) Strategi penetrasi pasar, yaitu dimana perusahaan sebaiknya meningkatkan pangsa pasar suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar, misalnya dengan menambah tenaga penjual, biaya iklan, promosi penjualan atau usaha-usaha promosi lainnya. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar melalui usaha pemasaran yang lebih besar.

b) Strategi pengembangan pasar, yaitu suatu strategi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah-daerah baru. Tujuan dari strategi ini yaitu untuk memperbesar pangsa pasar.

c) Strategi pengembangan produk, yaitu strategi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada sekarang atau mengembangkan produk atau jasa yang baru.


(29)

85 3) Strategi Diversifikasi

a) Strategi diversifikasi konsentrik, yaitu suatu strategi dengan cara menambah produk atau jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Jadi, tujuan strategi ini yaitu untuk membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama.

b) Strategi diversifikasi konglomerat, yaitu suatu strategi dimana perusahaan menambahkan produk atau jasa yang baru namun tidak saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Strategi ini bertujuan untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda

c) Strategi diversifikasi horizontal, yaitu suatu strategi dimana perusahaan menambahkan produk atau jasa pelayanan yang baru, yang tidak saling berhubungan namun untuk konsumen yang sudah ada. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk memuaskan konsumen yang sama melalui penambahan produk atau jasa baru.

4) Strategi Bertahan

a) Strategi penciutan biaya, yaitu dimana perusahaan melakukan pengurangan biaya dan aset perusahaan dengan tujuan menghemat biaya agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset perusahaan.

b) Strategi penciutan usaha, yaitu dimana perusahaan menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan untuk menambah modal dari suatu rencana investasi.

c) Strategi likuidasi, yaitu dimana perusahaan menjual seluruh aset perusahaan yang dapat dihitung nilainya. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menutup perusahaan, jika perusahaan sudah tidak dapat lagi dipertahankan lagi keberadaannya.

3.1.2. Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Adanya suatu peubahan pada komponen utama dalam model, dapat menyebabkan perubahan pada salah satu atau semua komponen lainnya. Model manajemen strategis


(30)

86 menggambarkan perubahan pendekatan yang jelas dan praktis mengenai formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Hubungan antar bagian utama dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam model berikut.

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis (Sumber : David, 2004)

Menurut David (2004), untuk membuat suatu konsep manajemen strategis yang baik dan dapat diterapkan oleh perusahaan, maka diperlukan suatu proses manajemen strategis yang terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal

Faktor lingkungan internal yaitu segala faktor yang terkait dengan fungsi perusahaan tersebut yang dapat menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan

Mengemban gkan pernyataan visi dan Misi Menetapkan Sasaran Jangka Panjang Mengukur dan Mengeval uasi Kinerja Merumuska n mengevalua si dan Memilih Strategi Implementas i Strategi Isu-Isu Manajemen Melakukan Audit Internal Melakukan Audit Eksternal Implementas i Strategi Isu-Isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang,SIM Formulasi Strategi Implementas i Strategi Evaluasi Strategi


(31)

87 perusahaan yang sifatnya dapat dikendalikan oleh pemimpin perusahaan. Menurut David (2004), kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Faktor-faktor internal ini muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis.

1. Aspek Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa (David, 2004). Dalam rangka inilah, maka setiap perusahaan perlu selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menjanjikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya.

Variabel strategi bauran pemasaran tersebut adalah: 1) Strategi Produk

Strategi produk dalam hal ini adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan pangsa pasar.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan, pilihan yang ada, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, macam, jaminan, dan pelayanan. Sedangkan strategi produk yang dapat dilakukan mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk, merek dagang, cara pembungkusan/kemasan produk, tingkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan yang diberikan.

2) Strategi Harga

Strategi penetapan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam pangsa pasar


(32)

88 perusahaan, disamping untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga yaitu: harga bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah, yang merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi. Sedangkan faktor yang tidak langsung mempengaruhi yaitu harga produk sejenis yang dijual pesaing, pengaruh harga terhadap produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan harga untuk para penyalur dan konsumen.

3) Strategi Distribusi

Kegiatan distribusi atau penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran dan distribusi fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi, persediaan dan alat transportasi.

4) Strategi Promosi

Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu dalam menunjang keberhasilan kegiatan pemasaran yang dilakukan dan efektifnya rencana pemasaran yang disusun, maka perusahaan haruslah menetapkan dan menjalankan strategi promosi yang tepat. Unsur-unsur dari strategi promosi terdiri dari: iklan, penjualan personal, promosi penjualan, dan publisitas.

2. Aspek Keuangan atau Akuntansi

Analisis keuangan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area investasi, pendanaan dan deviden. Beberapa hal yang dikaji dalam aspek keuangan yaitu mengenai bagaimana analisis keuangan perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal perusahaan, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham.


(33)

89 3. Aspek Produksi atau Operasi

Manajemen produksi operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Fungsi produksi operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa.

Tabel 3. Fungsi Dasar Manajemen Produksi

Fungsi Deskripsi

Proses Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik. Kapasitas Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang

optimal untuk organisasi.

Persediaan Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.

Tenaga Kerja

Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan yang terampil, tidak terampil, klerikal, dan manajerial.

Kualitas Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi berkualitas tinggi.

Sumber: David,2004

4. Aspek Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi dapat disebut pekerja, karyawan atau tenaga kerja. Perusahaan akan berjalan dengan lancar apabila didukung juga dengan sumber daya manusia yang baik dan mampu menjalankan sistem tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai aset yang berharga begi perusahaan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis

kemampuan sumberdaya manusia adalah keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.

3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal

Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang pada dasarnya terletak di luar dan terlepas dari perusahaan (Umar, 2008). Faktor-faktor

lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman yang berada diluar kendali perusahaan seperti :

1. Aspek Politik

Menurut Umar (2008), faktor politik terkait dengan arah, kebijakan, dan stabilitas pemerintah. Stabilitas politik yang baik akan sangat mempengaruhi


(34)

90 keadaan dunia usaha. Beberapa hal terkait dengan faktor politik yang perlu

diperhatikan yaitu: undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.

2. Aspek Ekonomi

Menurut Umar (2008), kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan yaitu: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.

3. Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan

Menurut David (2004), perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa dan pelanggan. Adanya kondisi yang selalu berubah-ubah tersebut sebaiknya

diantisipasi oleh perusahaan, misalnya perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan.

4. Aspek Teknologi

Menurut Umar (2008), kemajuan perkembangan teknologi yang begitu pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis sangat mempengaruhi keadaan usaha suatu perusahaan. Agar setiap kegiatan usaha dapat terus berjalan terus-menerus, maka perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.

5. Aspek Persaingan

Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat

dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan : (1) persaingan antarperusahaan saingan, (2) potensi masuknya pesaing baru, (3) potensi pengembangan produk-produk pengganti , (4) daya tawar pemasok dan (5) daya tawar konsumen.

 Persaingan Antar Perusahaan Saingan

Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoly, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar sedangkan pada pasar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower


(35)

91 termasuk dalam harga produk. Intensitas persaingan antarperusahaan saingan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri itu menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Persaingan juga meningkat manakala konsumen dapat beralih merek dengan mudah; ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi; tatkala biaya tetap tinggi; kala produk bisa rusak atau musnah; ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan budaya; serta manakala merger dan akusisi lazim di dalam industri. Saat persaingan antarperusahaan saingan meningkat, laba industri menurun, dalam beberapa kasus sampai pada titik di mana sebuah industri menjadi tidak menarik.

 Potensi Masuknya Pesaing Baru

Sebuah perusahaan yang masuk sebagai pendatang baru akan

menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas dan pada akhirnya intensitas persaingan antarperusahaan akan meningkat. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada.

 Potensi Pengembangan Produk Pengganti

Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dalam industri lain yang memproduksi produk pengganti. Produk pengganti muncul dalam bentuk

berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain. Ancaman produk subsitusi kuat bila konsumen dihadapkan pada switching cost

yang sedikit dan jika barang substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. Ancaman produk pengganti dapat berada pada beberapa situasi harga dari produk pengganti lebih murah, biaya peralihan kepada produk pengganti rendah dan kecondongan pembeli terhadap produk pengganti. Besarnya tekanan persaingan biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk meningkatkan kapasitas produksi, selain angka penjualan dan pertumbuhan laba perusahaan tersebut.


(36)

92

 Daya Tawar Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan dengan kemampuan mereka untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk dan pelayanan. Pemasok atau kelompok pemasok kuat jika memenuhi persyaratan antara lain : jumlah pemasok sedikit, produk atau jasa unik dan atau produk itu memiliki biaya pengganti yang menambah kekuatan, produk pengganti tidak tersedia, pemasok dapat mengintegrasi ke depan dan bersaing secara langsung dengan pelanggan, serta kepentingan pelanggan lebih tinggi.

 Daya Tawar Konsumen

Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas mutu dan pelayanan serta memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Beberapa kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan kekuatan ini antara lain yaitu pembeli membeli sebagaian besar dari produk perusahaan, pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, sifat produk tidak terdeferensiasi dan banyak pemasok, switching value pemasok kecil, pembeli mempunyai tingkat keuntungan rendah sehingga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis, dan produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli sehingga pembeli mudah mencari subsitusinya. Ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja atau membeli dalam volume besar, daya tawar mereka dapat mempresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Ciampea ini menggunakan kolam setengah permanen yaitu pinggiran menggunakan penampang beton serta dasar berupa tanah kolam untuk membudidayakan ikan lele sangkuriang. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang banyak menghadapi kendala. Sumber-sumber yang menjadi faktor penyebabnya dalam bidudaya ikan lele sangkuriang tersebut antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim yang saat ini sulit diprediksi serta serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan serta penyedian pakan yang


(37)

93 kurang memadai. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi. Kerugian akibat hal tersebut yang dialami antara lain adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Rendahnya produksi tersebut berdampak terhadap pendapatan yang diterima petani. Sehingga diperlukan strategi pengembangan usaha yang diperhitungkan dengan tepat.

Agar usaha pembesaran ikan lele sangkuriang yang dikembangkan oleh kecamatan Ciampea Bogor dapat berkembang dengan baik, diperlukan suatu perumusan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk dapat diterapkan oleh kecamatan Ciampea Bogor. Perumusan strategi pengembangan usaha ini akan melalui tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yang diawali dengan

menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor tersebut. Analisis lingkungan internal yaitu berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan dari usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan eksternal yaitu berupa identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap berikutnya yaitu menggabungkan antara analisis faktor internal dan faktor-faktor eksternal dalam suatu bentuk matriks SWOT.

Melalui analisis ini, kekuatan dan kelemahan usaha, serta peluang dan ancaman yang dihadapi usaha tersebut akan dicocokkan satu sama lainnya

sehingga akan terbentuk empat tipe strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (SO), strategi kelemahan-peluang (WO), strategi kekuatan-ancaman (ST), dan strategi kelemahan-ancaman (WT). Keluaran dari alternatif-alternatif strategi tersebut akhirnya akan di analisis kembali melalui Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM) untuk menentukan alternatif strategi mana yang terbaik yang sebaiknya diterapkan pada usaha pembesaran ikan lele di kecamatan Ciampea Bogor. QSPM merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari tahap kerangka pengambilan keputusan strategi. Keluaran dari matriks QSPM yaitu berupa skor, dimana strategi dengan skor tertinggi merupakan strategi yang harus diprioritaskan untuk diterapkan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.


(38)

94

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Srategi Pengembangan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Di Kecamatan Ciampea

Pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor

Kurangnya produksi ikan lele sangkuriang dengan permintaan pasar ikan lele di

pasaran

Matriks SWOT

Analisis Lingkungan Eksternal:

Aspek Politik

Aspek Ekonomi

Aspek Sosial Budaya,

Demografi dan Lingkungan

Aspek Teknologi

Aspek Persaingan Analisis Lingkungan

Internal:

 Aspek SDM

 Aspek Pemasaran

 Aspek Keuangan/Akuntansi

 Aspek Produksi/Operasi

Rekomendasi Prioritas Strategi Matriks IE

Matriks IFE

Matriks EFE

Alternatif startegi


(39)

95

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada pembudidaya pembesaran ikan lele, yang berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa pengembangan usaha pembesaran ikan lele mulai terus bertambah seiring berjalannya waktu dengan didukung faktor alam yang baik seperti pasokan air bersih yang melimpah, akses benih yang dekat, kondisi lahan yang luas dan subur serta pasokan pakan alami yang tersedia. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui informasi dan pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan usaha dan hasil wawancara dengan responden yang terdiri dari pelaku usaha pembesaran lele di Kecamatan Ciampea, pegawai penyuluh lapang Kecamatan Ciampea serta pegawai yang berwenang di kantor Kecamatan Ciampea. Data primer yang diperoleh digunakan untuk melakukan analisis internal dan eksternal yang merupakan dasar bagi analisis perumusan strategi selanjutnya yang berisi :

Faktor internal usaha meliputi :

a. Aspek pemasaran yang meliputi variabel produk, harga, tempat, distribusi dan promosi.

b. Aspek keuangan yang meliputi analisis keuangan, kemampuan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham.

c. Aspek produksi dan operasi yang meliputi proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja serta mutu.


(40)

96 d. Aspek sumber daya manusia yang meliputi Faktor eksternal dalam usaha

meliputi keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.

Faktor eksternal meliputi :

a. Aspek politik seperti undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan. b. Aspek ekonomi seperti siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku

bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.

c. Aspek sosial, budaya, demografi dan lingkungan seperti perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal .

d. Aspek teknologi seperti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. e. Aspek persaingan seperti kekuatan tawar pemasok, kekuatan tawar pembeli,

persaingan industri, adanya produk substitusi dan adanya hambatan masuk. Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis dari lembaga atau instansi terkait dan dokumen atau arsip. Data yang dapat diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) kabupaten Bogor, kantor kecamatan Ciampea. Sebagai data penunjang digunakan data yang berasal dari studi pustaka dan literatur yang relevan dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini.

4. 3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel non probability sampling, dimana tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi, dalam hal ini populasi penelitian adalah pembudidaya ikan lele sangkuriang. Pembudidaya ikan lele saangkuriang di Kecamatan Ciampea berjumlah lima orang, tapi dalam penilitian ini hanya diambil satu orang yang


(41)

97 merupakan tokoh dan dianggap banyak mengetahui tentang budidayya lele sangkuriang di kecamatan Ciampea.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara : 1) Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan untuk melihat

dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha budidaya pembesran ikan lele di daerah Ciampea.

2) Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, agar data yang digunakan merupakan kondisi yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan yang menjadi pengambil keputusan pada usaha, yaitu pengelola usaha pembesaran ikan lele.

3) Memberikan lembar penilaian berupa kuisioner kepada responden.

4) Membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan penelitian.

4.4. Metode Analisis Data

Proses penentuan strategi dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data atau the input stage, tahap pencocokan atau the matchingstage

dan terakhir adalah tahap pengambilan keputusan atau the decision stage. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan alat hitung kalkulator. Rincian dari proses penentuan strategi adalah sebagai berikut:

4.4.1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, data yang diambil berkaitan dengan gambaran umum kecamatan Ciampea dan keadaan usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang yang di budidayakan oleh pembudidaya, faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan usahanya, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman usahanya. Informasi mengenai data internal didapat dari responden Ibu Elysa Manalu sebagai tokoh pembudidaya yang banyak mengetahui tentang budidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea. Informasi mengenai data eksternal diperoleh dari Bapak Derai sebagai staff Kantor kecamatan Ciampea untuk pengumpulan data kecamatan, potensi


(42)

98 kecamatan dan serta dari Ibu Heti sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea untuk data perikanan kecamataan Ciampea. Data dari faktor internal di analisis dengan menggunakan matriks IFE, sedangkan data-data dari faktor eksternal dianalisis menggunakan matriks EFE.

Analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan dua matriks yang berbeda, yaitu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks

Eksternal Factor Evaluation (EFE).

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan sebuah alat formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:

1) Tuliskan faktor internal seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. 2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat

penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0.

3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan mayor (peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4, dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Jadi, peringkat adalah berdasarkan, sedangkan bobot adalah berdasarkan industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel.

5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Nilai rata-rata


(43)

99 adalah 2,5. Total rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat.

Tabel 4. Matriks IFE

Faktor-faktor Internal

Bobot Peringkat Bobot x

Rating

Kekuatan 1.

2. ...

Kelemahan 1.

2. ...

Total 1,00

Sumber : David, 2004

2. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan persaingan (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:

1) Buat daftar faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal.

2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0.

3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi saat ini dalam merespon faktor tersebut,


(44)

100 dimana 4 = respon superior, 3 = respon di atas rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi , sedangkan bobot didasarkan pada industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang.

5) Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Nilai nilai tertimbang tertinggi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.

Tabel 5. Matriks EFE

Faktor-faktor Eksternal

Bobot Peringkat Bobot x

Rating

Kekuatan 1.

2. ...

Kelemahan 1.

2. ...

Total 1,00

Sumber : David, 2004

4.4.2. Pencocokan Data

Tahap yang kedua adalah pemaduan atau pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam Matriks IE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah menganalisis matrik IE selanjutnya dilakukan analisis SWOT.


(45)

101 Matiks IE (Internal-Eksternal) mempunyai sembilan sel strategi, dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

1. Divisi pada sel I, II dan IV disebut Strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang cocok adalah strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal).

2. Divisi pada sel III, V dan VII disebut Strategi Pertahankan dan Pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila berada dalam sel ini.

3. Divisi pada sel VI, VIII dan IX disebut Strategi Panen dan Divestasi. Nilai-nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0-4,0), Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks IE (Internal Evaluation) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat pada Gambar 3.

Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot Kuat Rata-rata Lemah 4,0 3,0-4,0 ,0-2,99 1,0-1,99

T

ot

al

N

il

ai

E

F

E

Y

an

g

D

ib

er

i

B

ob

ot

Tinggi

3,0-4,0 3,0

(I) (II) (III)

Menengah 2,0-2,99 2,0

(IV) (V) (VI)

Rendah

1,0-1,99 1,0

(VII) (VIII) (IX)

Gambar 3. Matriks IE Sumber : David, 2004


(46)

102

2. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT)

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis lingkungan yang berupa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) disebut analisis SWOT atau Matriks SWOT.

Matriks ini memberikan gambaran dimana faktor lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman digabungkan dengan faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh . Beberapa alternatif strategi tersebut yaitu (David, 2004):

1) Strategi kekuatan-peluang (Strategi SO), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.

2) Strategi kelemahan-peluang (Strategi WO), yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

3) Strategi kekuatan-ancaman (Strategi ST), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal secara langsung.

4) Strategi kelemahan-ancaman (Strategi WT), yaitu taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada Gambar 6. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, diantaranya terdiri dari empat sel faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci, diberi nama S,W,O, dan T. Delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT yaitu (David, 2004):

1) Tuliskan peluang eksternal . 2) Tuliskan ancaman eksternal . 3) Tuliskan kekuatan internal . 4) Tuliskan kelemahan internal .


(47)

103 5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya

dalam sel strategi SO.

6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi WO.

7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.

8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.

Faktor Internal (IFE)

Faktor Eksternal (EFE)

Kekuatan (S)

Daftar Kekuatan Internal 1.

2. ...

Kelemahan (W)

Daftar Kelemahan Internal 1.

2. ... Peluang (O)

Daftar Peluang Eksternal 1.

2. ...

Strategi SO Gunakan keluatan untuk

memanfaatkan peluang.

Strategi WO Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang.

Ancaman (T)

Daftar Ancaman Eksternal 1.

2. ...

Strategi ST Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman.

Strategi WT Minimalkan kelemahan dan

hindari ancaman.

Gambar 4. Matriks SWOT Sumber : David, 2004

4.4.3. Pengambilan Keputusan

Pada tahap ini akan ditentukan strategi pemasaran terbaik dari beberapa alternatif strategi yang muncul dari matriks SWOT. Selanjutnya, penentuan strategi terbaik bagi usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini akan dihasilkan berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix).

1. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP)

Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2004).

Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam


(48)

104 satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi-strategi dalam satu set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama yang dapat dievaluasi satu sama lain.

Langkah-langkah dalam pengembangan matriks QSP yaitu:

1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci di kolom kiri dalam QSPM.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan ekternal. Bobot ini identik dengan matriks EFE dan IFE.

3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam set yang independen jika memungkinkan.

4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS) yaitu angka yang mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk mengidentifikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. jangkauan untuk nilai daya tarik adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik dan 4 = sangat menarik.

5. Hitunglah total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score-TAS) yang didapat dari perkalian bobot dengan nilai daya tarik (AS) dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal terdekat.

6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik (STAS). Tambahkan total nilai daya tarik (TAS) dalam masing-masing kolom dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.


(49)

105

Tabel 6. Matriks QSP

Faktor-faktor Sukses Kritis

Bobot Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor-faktor Kunci Internal 1.

2. ...

Total Bobot 1,0

Faktor-faktor Kunci Eksternal

1. 2. ...

Total Bobot 1,0

Jumlah Nilai TAS


(1)

159 Lampiran 6. Matriks IE ( Internal Eksternal )

SKOR BOBOT TOTAL IFE

Kuat Sedang Lemah 3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99

2,755

4,0 3,0 2,0 1,0

I

Grow and Build

II

Grow and Build

III

Hold and Maintain

IV

Grow and Build

V

Hold and Maintain

VI

Harvest or Divest

VII

Hold and Maintain

VIII

Harvest or Divest

IX

Harvest or Divest S K O R B O B O T T O T A L E F E 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0 – 4,0

Sedang 2,0 – 2,99

Rendah 1,0 – 1,99 2,470


(2)

160 Lampiran 7. MATRIKS SWOT

Internal

Eksternal

KEKUATAN ( Strengths – S) 1. Produk yang dihasilkan

berkualitas

2. Lokasi yang strategis 3. Harga yang diberikan

sesuai dengan produk yang dihasilkan

4. Sarana dan parasarana yang memadai

5. Proses produksi yang baik

KELEMAHAN (Weekness - W)

1. Promosi yang kurang 2.Kecukupan modal jangka pendek

3.Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang

4.Persediaan bahan baku

5.Karyawan kurang terampil

6.Insentif karyawan PELUANG

(Opportunities-O) 6. Adanya peraturan

pemerintah atau dinas terkait setempat

7. Isu flu burung dan antraks

8. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele 9. Peranan teknologi

manajemen pakan 10. Akses jalan

dan transportasi

STRATEGI – SO 1. Meningkatkan

produksi dengan

menambah area

budidaya dan penebaran benih (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5)

STRATEGI –WO 1. Memanfaatkan

bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya(W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5) ANCAMAN

(Threats-T)

1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan

2. Harga bahan baku mahal

3. Pengaruh perekonomian nasional

4. Pengaruh produk substitusi

5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim

STRATEGI – ST 1. Mempertahankan

kualitas produk (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6)

STRATEGI – WT 1. Mengusahakan pakan

alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5)


(3)

161

Kolam semi permanen Saluran sumber air

Saung Penutup kolam


(4)

162 Pengeringan kolam

Kolam terpal Akses jalan masuk kolam


(5)

Lampiran 9 . QSPM

Faktor-faktor

Utama Bobot

Alternatif Strategi

1 2 3 4

Meningkatkan produksi

Memanfaatkan bantuan dari

pemerintahan dan dinas terkait Mempertahankan produk berkualitas

Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan

penyedia bahan baku

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang

Peluang 1 0,103 3 0,309 4 0,412 4 0,412 4 0,412

Peluang 2 0,101 4 0,404 4 0,404 4 0,404 1 0,101

Peluang 3 0,112 4 0,448 4 0,448 4 0,448 2 0,224

Peluang 4 0,067 4 0,268 3 0,201 4 0,268 4 0,268

Peluang 5 0,094 3 0,282 3 0,282 2 0,188 3 0,282

Ancaman 0

Ancaman 1 0,064 2 0,128 3 0,192 2 0,128 1 0,064

Ancaman 2 0,124 4 0,496 4 0,496 4 0,496 4 0,496

Ancaman 3 0,099 3 0,297 3 0,297 2 0,198 4 0,396

Ancaman 4 0,048 1 0,048 2 0,096 2 0,096 3 0,144

Ancaman 5 0,092 3 0,276 2 0,184 3 0,276 3 0,276

Ancaman 6 0,096 3 0,288 2 0,192 3 0,288 1 0,096

Kekuatan 0

Kekuatan 1 0,077 4 0,308 3 0,231 4 0,308 4 0,308

Kekuatan 2 0,091 4 0,364 4 0,364 2 0,182 3 0,273

Kekuatan 3 0,095 4 0,38 2 0,19 2 0,19 3 0,285

Kekuatan 4 0,091 4 0,364 2 0,182 3 0,273 3 0,273

Kekuatan 5 0,091 4 0,364 2 0,182 3 0,273 3 0,273

Kelemahan 0

Kelemahan 1 0,045 2 0,09 2 0,09 1 0,045 2 0,09

Kelemahan 2 0,118 4 0,472 4 0,472 4 0,472 4 0,472

Kelemahan 3 0,127 4 0,508 4 0,508 4 0,508 4 0,508

Kelemahan 4 0,105 4 0,42 4 0,42 4 0,42 4 0,42

kelemahan 5 0,105 3 0,315 3 0,315 4 0,42 2 0,21

kelemahan 6 0,055 1 0,055 1 0,055 1 0,055 1 0,055


(6)